Empat Puluh

2.7K 161 20
                                    

"Yang sabar ya, Fin, ya. Orang sabar disayang Tuhan." Sheryn mengelus pundak gue dan berekspresi sangat dramatis.

"Budhe, makasih ya info-infonya. Fiona duduk dulu, mau ngabisini coklatnya." Gue membalikkan badan dan pergi menuju kursi panjang yang tadi gue duduki.

"Yaelah, baperan amat sih lo. Budhe tuh bisa aja ngelebih-lebihin, majas hiperbola gitu. Udah, jangan dimasukin hati elah." Sheryn berusaha menenangkan gue.

Alay sih, tapi pasti nggak enak banget kalau tau ternyata saingan kita lebih banyak dari yang kita perkirakan. Boro-boro berhasil ngalahin semua saingan, ngalahin satu orang aja kagak bisa. Ya udah sih, gue mah apa atuh, Cuma bisa berdoa, berharap, dan bermimpi.

****

Gue duduk berhadapan dengan Sheryn di kedai baca depan perpustakaan. Gadis itu bersebelahan dengan lelaki kesayangannya, siapa lagi kalau bukan David. Tidak hanya itu, Arkan juga turut hadir, ia duduk di sebelah gue dengan gaya yang masih cuek dan dingin.

Gue mengeluarkan sesuatu berwarna hitam dari ransel gue. Benda ini akan menjadi saksi bisu dimana sebuah permainan akan dimainkan. Setelah memilih siapa korban pertama, ternyata Sheryn lah korban yang menjadi pembuka permainan Whisper Challenge.

"Jangan lagu yang susah, susah nih dengernya," pinta Sheryn sembari memasangkan headphone di kepalanya.

"Makenya yang bener." David membenarkan posisi headphone di kepala Sheryn dengan lembut, membuat gadi itu tersipu.

"Siap ya? Gue pilihin nih lagunya." Arkan memilih lagu yang sangat berisik untuk menyusahkan Sheryn. Setelah memainkan lagu yang ia anggap sudah sangat ramai, Arkan mengeraskan volume-nya, membuat Sheryn sedikit meringis karena saking kerasnya.

"LO MAU BIKIN GUE BUDEG, HA?" teriak Sheryn.

"Maap dah, kagak sengaja. Lo denger gue nggak sih?" tanya Arkan.

"NGOMONG APA LO? YANG KERAS ANJIR, KAGAK DENGER GUE!" teriaknya lagi.

"LO DENGER GUE KAGAK?" balas Arkan.

"APAAN SIH? CIYUS DAH, GUE NGGAK DENGER APA-APA!" Ini kenapa malah teriak-teriakan ya. Lama-lama gue yang budeg gegara dengerin teriakannya Arkan sama Sheryn. "INI UDAH MULAI BELUM SIH?"

"BELUM," jawab gue keras.

"HA? APA? KAGAK DENGER, NYET!"

"BE... EE... EL...UU... EM.... BEL...LUM!" Susah amat ya kalau gini, berasa komunikasi sama orang yang budeg akut.

"Mulai gih, siapa yang bikin kata-katanya?" tanya Arkan.

"Gue lah, siapa lagi." David sedikit merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. "Dengerin gue ya." David mengambil napas panjang. "Kapan jalan bareng gue!" seru David tapi nggak teriak.

"HA? APAAN SIH?" Lagi-lagi Sheryn teriak.

"KAPAN JALAN BARENG GUE?" teriak David. Gue dan Arkan ketawa-ketiwi gegara lihat mereka teriak-teriakan kayak kesurupan masal.

"MAKAN PADANG GORENG KUE?" tebak Sheryn ngawur dengan nada yang masih sama.

"Jauh amat nebaknya," gerutu David.

"Apaan dah. Makan padang goreng kue, lo kata rumah makan? Lo kata ini pantun?" celetuk Arkan.

"YANG JELAS, DAVID!"

"KA... PAN... JA...LANN... BA...RENGG, GU... WE...!" Ini mah berasa ayah ngajarin anaknya ngomong, ya nggak?

"APAAN SIH! KAGAK TAU GUE!" Sheryn melepaskan headphone yang sedari tadi terpasang di kepalanya dengan kasar. "Anjirlah, telinga gue kayak ada lebahnya, ngung ngung gimana gitu. Ini mah cara ampuh buat bikin orang budeg," oceh Sheryn.

He(A)rt - [SELESAI]Where stories live. Discover now