Lima

5.6K 326 27
                                    

Arkan sama Kak Jessi udah fix nggak ada hubungan. Kok gue tau? Karena kemarin malam Kak Jessi tiba-tiba jadiin gue tempat curhatnya. Dengan mudahnya, Kak Jessi cerita semuanya ke gue dan akhirnya gue tau semuanya. Yah, meskipun sebenernya gue nyesek sih saat Kak Jessi cerita semua kisah romance-nya sama Arkan, tapi gue bisa tahan, kok. Kapan lagi, kan, tau fakta dari orangnya sendiri?

Hari ini adalah hari yang paling bikin gue kepo, gegara si Delvin main rahasia-rahasiaan sama gue. Emang kenapa kalau sekarang ulang tahunnya Shania? Ada yang spesial ya? Entahlah, gue juga belum tau dan akan cari tau.

"Fin, ikut gue yuk," ajak Delvin tiba-tiba.

"Kemana?"

"Ke gedung belakang sekolah."

"Ngapain kesana? Lo nggak ada kerjaan atau gimana sih, Vin?" tanya gue bingung.

"Lo ikut aja deh. Yang lain udah disana."

Gue pun ikut Delvin dan sampailah gue di gedung yang dimaksud Delvin. Lumayan ramai. Mungkin ada yang ulang tahun. Gue melihat tembok dan menemukan jawabannya. Ya, perayaan ulang tahun Shania. Siapa ya yang bikin acara gini? Romantis banget. Gue melirik Delvin yang berdiri di sebelah gue, lalu gue mencari Abel dan Bintar. Abel di bagian lumayan jauh dari posisi gue, dia sama Rara, mungkin mereka udah akrab. Dan Bintar? Entahlah, gue nggak kelihatan.

"Happy Birthday, Shania" ucap seseorang di tengah-tengah kerumunan -gue baru sadar kalau orang disekitar gue membentuk lingkaran, mengelilingi sesuatu.

"Siapa?" bisik gue pada Delvin.

"Temen lo," jawabnya singkat.

Temen gue? Si Bintar nembak Shania? Virus kepo gue kambuh, gue pun masuk lebih depan dan melihat dengan jelas apa dan siapa disana.

Seorang cowok berpesona mengangumkan, dingin tapi menyenangkan, memegang sebuah kue tart di tangannya lalu memberikannya pada Shania. Shania menutup mulutnya, terharu. Mata gue membulat sempurna dan memfokuskan pikiran gue pada dua objek yang menjadi poros lingkaran di gedung ini.

Cowok itu meletakkan kue tart yang tadi ia pegang di meja kecil yang sudah ia sediakan lalu mengambil beberapa kertas di tangannya. Di kertas pertama ada tulisan 'GUE SAYANG LO' lalu membuka lembar selanjutnya 'LO MAU KAN...' dibuka lagi 'JADI PACAR GUE?' Cowok itu mendekat ke arah Shania dan memegang tangan Shania sambil tersenyum hangat. Hangat sekali. Semuanya ber-cie ria, sedangkan Shania menangis terharu. Dengan pasti Shania mengangguk dan mereka berdua saling berpegangan tangan.

Mata gue tidak fokus. Ada tekanan di dada gue. Kenapa? Ini mimpi kan? Ini cuma mimpi kan? Jawab gue kalau ini mimpi. Gue berusaha menahan air mata gue agar tidak tumpah disini, di keramaian yang menyesakkan hati gue. Sakit. Kenapa hidup gue jadi gini? Arkan udah jadian sama Shania, dan itu di depan mata gue. Sakit banget. Gue memejamkan mata gue dan menunduk, membiarkan temen-temen gue yang menyenggol gue sekenannya. Kalau pun gue terdorong dan terjatuh karena mereka, gue nggak peduli. Gue menjaga air mata gue agar tetep terkontrol dan tidak menjerit histeris disini.

Lo jahat, Kan. Lo jahat. Kenapa lo punya pesona yang bikin gue jatuh suka sama lo? Kenapa lo semudah itu bikin gue ngerasa seneng di deket lo? Kenapa lo bikin gue seneng dan sakit disaat yang bersamaan? Kenapa, Kan? Kenapa?

Dengan sisa tenaga, gue meninggalkan kerumunan dan kembali ke sekolah, menuju kelas. Sesampainya di kelas, gue berlari menuju bangku, menenggelamkan wajah gue dan mengeluarkan emosi yang sedari tadi gue pendam. Gue nggak peduli temen-temen di kelas bilang apa, yang pasti gue udah nggak tahan nyembunyiin emosi gue. Bodoh. Gue bodoh banget bisa suka sama pesona Arkan. Bukan, gue suka sama Arkan, bukan suka pesonanya.

He(A)rt - [SELESAI]Where stories live. Discover now