Delapan

4.8K 267 13
                                    

Gue duduk di salah satu bangku panjang yang ada di kantin, menunggu Clara, Prilla, dan Andin yang sedang sibuk memesan makanan. Gue lesu banget, entah apa penyebabnya. Tangan gue meraih Iphone di saku lalu stalker Instagram-nya Arkan.

Like.

Anjir, gue ngak sengaja pencet tombol hati di salah satu postingan Arkan. Duh, kalau Arkan tau gue stalker gimana?

Dengan cepat gue Unlike postingan Arkan dan me-nonaktifkan data seluler gue. Fiona, lo ceroboh banget sih.

"Eh, Shania sama Arkan udah renggang loh."

Tak sengaja kalimat dari para siswi penggosip di belakang gue menyusup ke dalam rongga telinga. Gue yang mendengar itu langsung menajamkan pendengaran gue. Masa sih udah renggang? Cepet banget.

"Iya, katanya sih, Arkan deket sama kakak kelas. Kalau nggak salah namanya Kak Dinda,"

Kak Dinda? Siapa lagi? Kok gue nggak pernah tau?

"Arkan perfect, tapi kalau player ,kan, percuma, gue nggak suka."

"Iya, ternyata Arkan player ya. Kirain aja setia."

Player? Entah mengapa gue nggak yakin kalau Arkan adalah cowok player. Mungkin karena gue ada rasa  sama Arkan, makanya gue bisa berpikiran begitu. Tapi masa sih, Arkan deket sama Kak Dinda?

"Fin, sorry lama, tapi antrinya panjang," kata Clara yang sudah duduk di depan gue. Tepat pada saat itu, Andin dan Prilla menyusul.

"Iya, nggak apa," jawab gue singkat. Pikiran gue masih berputar tentang percakapan tadi. Masa sih? "Guys, gue ke kelas dulu," pamit gue.

"Kenapa?" tanya Prilla.

"Ada urusan bentar," kata gue dan berlalu.

Kalian tau gue mau kemana? Gue mau mastiin gosip tadi. Entah mau tanya ke siapa, yang pasti bukan ke Arkan atau Shania. Delvin? Mungkin Delvin bisa bantu gue. Kalau misalnya nggak bisa, gue tanya Tirta aja, siapa tau Tirta bisa jawab.

****

"Delvin mana?" tanya gue yang baru memasuki kelas.

"Delvin ke kantin sama Arkan, kenapa?" tanya Abel.

"Oh, nggak apa," jawab gue. "Tirta mana?" tanya gue lagi.

"Di belakang, main laptop," jawab Abel.

"Thanks," ucap gue. Dengan cepat gue menghampiri Tirta yang sedang bermain game di laptopnya.

Tirta, temen kecil gue sampai sekarang. Kalau nggak salah, gue sekelas sama Tirta udah sembilan tahun, bosen banget. Pernah suatu saat ada gosip nggak enak antara gue sama Tirta. Kalian mau tau gosipnya? Gue sama Tirta digosipin pernah pacaran selama lima tahun dan renggang gegara ada Vania dikehidupan Tirta. Ngarang banget kan ceritanya, padahal gue sama Tirta cuma sahabatan aja, sahabat yang sering banget bertengkar.

"Kak," panggil gue dan duduk di sebelah Tirta. Gue udah nganggep Tirta sebagai kakak gue sendiri.

"Apaan?" tanya Tirta tanpa menatap gue, lawan bicaranya.

"Gue mau nanya."

"Nanya aja."

"Lihat gue dong, elah. Gue nggak mau nanya kalau lo ngelihatin laptop."

"Apa sih? Kalau nggak mau nanya ya udah."

"Serius."

"Apaan? Nanya aja repot banget."

He(A)rt - [SELESAI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora