Tiga Puluh

3.4K 184 8
                                    

Grace, Sheryn, dan Nayla memutar kepala untuk melihat lebih jelas siapa yang menciptakan kegaduhan yang meresahkan ini.

"Itu kan David," kata Sheryn pelan tapi gue masih bisa mendengarnya.

"Eh iya, ternyata mereka yang bikin gaduh," ucap Nayla.

"Eh anjir, merusak suasana aja. Tuh liat, emang tuh jalan punya nyokapnya apa, main parkir sembarangan," oceh Grace. "Guys, ayo bubarin mereka, merusak suasana aja."

Gue melangkah mendekati Nathan yang sedang duduk cakep di atas sepeda motornya. "Kalau lo mau nonton, parkir dulu yang bener, jangan parkir sembarangan," kata gue to the point. Nathan hanya menatap gue dan tetap diam, tidak memedulikan apa yang baru saja gue katakan. "Lo nonton kagak sih? Kalau iya parkir dulu yang bener, Nathan. Sekalian ajak temen-temen lo buat parkir di tempatnya," oceh gue.

"Iya iya, bawel banget sih," kata Nathan yang mulai menyalakan mesin sepeda motornya lalu memarkir speedanya di tempat yang sudah di sediakan. "Sob, parkir dulu yang bener, entar dimarahin sama dia," kata Nathan sembari menunjuk gue. Gue punya nama kali, Nath, untung dah si Nathan cogan jadi ya terserah dia lah, COGAN MAH BEBAS.

Sesuai perintah Nathan, semua teman segerombolannya mulai memarkirkan sepeda motornya di tempat yang sudah di sediakan. Gue menoleh ke arah Sheryn yang sedang fokus menatap sosok David yang sedang berdiri tidak jauh dari tempatnya. Dengan langkah penuh kejahilan, gue mendekat ke arah Sheryn yang sama sekali tidak berkedip menatap sosok pujaan hatinya.

"Woi, awas kesambet, Mbak," goda gue.

"Ih, apasih, ganggu ae lo. Itu David keren banget, memang ciptaan Tuhan yang paling mengagumkan," gumam Sheryn.

"Ye, gitu amat lo. Ya gini dah kalau ada doi sampe nggak mau kedip sedetik pun." Gue duduk di salah satu kursi yang kebetulan tak jauh dari tempat gue berdiri. "Ryn, lo nggak haus? Ke perpustakaan yuk," ajak gue.

"Ngapain kesana?"

"Minta minum, kali aja ada yang baik ngasih kita camilan."

"Entar, lo jangan gangguin gue ngelihatin David," tolak Sheryn membuat gue menatapnya datar.

"Oke, fix. Tapi lo harus tanggung jawab kalau gue meninggal di tempat gegara dehidrasi nungguin lo ngelihatin David."

"Eh anjir, gitu banget lo sama kawan sendiri juga."

"Harusnya gue yang bilang gitu ke elo, Sheryn."

"Iya deh, ayo ke perpus," kata Sheryn menyerah dan mulai melangkah menuju perpustakaan. Dengan cepat gue menyusulnya dan berjalan berdampingan dengan Sheryn.

Mata gue menangkap sosok pembuat rusuh lain yang sedang bersantai di kedai baca sebelah perpustakaan. Jujur saja, gue tidak begitu mengenal gerombolan Lana dan lebih mengenal dengan gerombolan David. Mereka adalah dua gerombolan yang selalu membuat sekolah berwarna karena tingkah konyol bin rusuh yang mereka ciptakan.

Gue melirik ke arah Sheryn yang sedang membuang muka, tidak ingin melihat gerombolan Lana-lebih tepatnya melihat Tirta-karena menurutnya itu adalah sebuah pelanggaran besar. Kenapa? Karena mereka adalah dua orang yang saling membenci entah karena apa. "Cepetan, Fin, gue mending lihat David daripada lihat si kunyuk," ujarnya berjalan lebih cepat.

****

Acara Malam Pentas Seni masih belum berakhir dan membuat gue merasa lelah. Dengan pasti gue melangkah menuju pos utama untuk beristirahat. Sheryn, Grace, dan Nayla juga mengikuti apa yang gue lakukan. Semua bersenang-senang tapi tidak untuk gue, gue sangat kelelahan dan bisa dipastikan sepulang acara ini gue jatuh sakit.

He(A)rt - [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang