Meica melirik meja kerjanya, masih berserakan dokumen – dokumen yang belum selesai ia periksa "aku gak bisa, masih banyak kerjaan!"

"oh ayolah Putri.. kita 'kan udah lama gak ketemu, ditambah ini 'kan untuk nebus kesalahan aku, oke? Aku yang traktir.." kata Ferdy dengan senyum mengembang diwajahnya.

Akhirnya Meica menyerah, lagi pula ini memang waktunya istirahat 'kan batin Meica, "oke aku setuju. Tapi sebagai gantinya aku mau makan siang yang luar biasa. Kamu tahu 'kan maksud aku gimana, karena kamu juga udah ganggu kerja aku jadi... makan siang di Jimbaran Outdoor gak ada masalah dong.."

"Jimbaran Outdoor? Nice choice. Sedang stres hem?" tanya Ferdy memastikan.

Meica berjalan menuju meja kerjanya, membereskan dokumen – dokumen dan mengambil tasnya. "he~em.. begitulah. Aku butuh suasana yang fresh akhir – akhir ini banyak yang mengganggu pikiran ku. Yuk berangkat" dan menggamit lengan Ferdy.

Diana pov

"Na... please deh lo harus nolong gue. Gue udah bosen, budek, capek di kejer – kejer Adit mulu yang pertanyaannya sama aja. Selalu nanya gimana cara, buat lo bisa maafin dia dan mau balik lagi sama dia. Argh... kenapa gak lo biarin aja si dia nemuin lo sekali aja, untuk jelasin semuanya" ya sudah setengah jam lebih Trisya disini, di ruang rawat inap ku mengoceh tanpa henti mengenai Adit yang terus mengganggunya.

Adit selalu menghubungi Trisya atau jika Trisya tidak memedulikan semua pesan yang dikirim Adit. Ditambah lagi rumah Adit dan Trisya yang tidak terlalu jauh, hanya berjarak sekitar 50 meter membuat Adit nekat mengunjungi rumah Trisya. Aku jadi tidak mengerti sebenarnya dia datang kesini untuk menjengukku atau hanya ingin mengeluh mengenai Adit? Huft...

"ya elah Tris lo 'kan tahu dia udah gimana sama gue. Gue juga gak akan ngasih kesempatan kedua untuk orang – orang yang berani maen belakang" tegasku

Wajah Trisya tampak sangat frustasi. Sekarang dia pasti sangat bingung bagaimana lagi harus menjelaskan pada Adit. Aku mengerti apa yang sedang dia rasakan tapi keputusanku sudah bulat. "iya gue paham Na sorry gue udah maksa lo"

"atau jangan – jangan nih ya.. Adit itu psikopat kali ya, ih~ serem" timpal Reika dengan mimik wajah yang dibuat – buat.

Mendengar kalimat Reika, Trisya segera mencubit gemas lengan gadis itu "gila lo ya.. nuduh orang gitu aja tanpa ada bukti ckckck, otak lo abis kebentur dimana deh Rei"

Reika memberengut kesal pada Tris atas aksi cubitan yang baru terjadi, "yee.. sakit tahu! Lagian kalo bukan psikopat terus apa dong namanya?" kini pandangan Reika beralih padaku.

"hahaha udah deh Rei gak usah lebay gitu, gimana juga gue pernah sama dia jadi gue jamin dia bukan seorang psikopat. Adit emang gitu orangnya, terkadang terlalu ambisi sama sesuatu" jelasku.

"tuh denger tuh" celetuk Trisya sementara Reika hanya ber"oh". "tante Ayu tadi pamit kemana Na?" tanya Tris.

"pulang sebentar ada yang mau harus dikerjain. Nah lo bedua gak ke kampus?"

"gue udah dari kampus tadi, selesai nyari bahan tambahan gue langsung jemput tuan putri Trisya" jawab Reika.

"kalo gue si, bahan – bahan gue belum lengkap jadi ke kampusnya ntar aja deh, hehe" jawab Trisya. Aku bersyukur karena kami di semester akhir ini sudah bisa fokus hanya untuk skripsi saja.

Masih banyak teman – teman sekelasku yang kurang beruntung. Ada yang sambil menyusun juga mengulang mata kuliah, ada juga yang judulnya selalu ditolak oleh doping mereka.

Tok tok...

Tanpa menunggu persetujuan dariku, seseorang itu sudah langsung menerobos masuk, tanpa disuruh otakku secara otomatis membuat senyuman untuknya.

"oh maaf... saya harap saya tidak mengganggu kalian" kata Ricard menyadari di ruangan ini bukan hanya aku seorang. Ricard datang dengan membawa satu kotak besar donat, satu kotak coklat merek ternama dan beberapa camilan lainnya. Aku bersyukur dia tidak membawa bunga, karena jujur saja menurut ku itu hal yang sia – sia. Bunga tidak bisa dimakan 'kan... lagi pula setelah beberapa hari bunga – bunga itu akan layu dan mati lalu terbuang begitu saja. Itu yang aku ucapkan padanya kemarin saat dia dating menjenguk pertama kali. Ditambah lagi, aku sangat suka makan, jadi ya... aku lebih suka makanan.

"psst! Siapa? ganteng cuuuy..." kata Tris yang berbisik ke Reika namun suaranya masih bias ku dengar.

"norak ah lo Tris bikin malu tahu gak," jawab Reika. "sorry ya Ricard, temen gue yang satu ini emang suka bikin malu" lalu mendelik pada Trisya.

"yee... 'kan gue gak tahu, kenalin gue kali Na.." balas Trisya.

"kenalin Ricard, itu temen baik aku di kampus namanya Trisya"

"teman baik Diana hmm?. Ricard" sapa Ricard

"Trisya, tapi biasa dipanggil Tris. Kamu sendiri saya panggil Ricard? Kak Ricard? Atau Om Ricard? " Tanya Trisya antusias.

Aku hanya menahan tawa melihat tingkah laku Tris, sementara Reika sudah tampak ingin menimpali ucapan Trisya. "biasa aja kali Tris gak usah lebay gitu... pake aku kamu lagi, punya temen tuh inget," benar saja akhirnya Reika berkomentar kembali.

Tris tampak tak peduli dengan perkataan Reika, dan menunggu jawaban Ricard. "terserah saja, saya tidak masalah" jawab Ricard.

"kalau gitu, kak Ricard! Aslinya lebih ganteng ya, dari yang sering aku lihat di majalah – majalah, aku kira pangeran dari mana". Aku memerhatikan ekspresi Ricard yang terlihat seperti tidak terganggu, sepertinya dia tipe yang bias berapdatasi dengan cepat. Meski menghadapi kelakuan Tris yang aneh bin ajaib itu.

Ricard menghampiriku dan membelai lembut kepalaku lalu duduk disamping bed. "kamu apa kabar? Sudah makan? Sudah minum obatnya?"

"sudah semua, kamu kesini jam segini? Sedang tidak sibuk?"

"tidak, aku sangat sibuk. Aku baru selesai menghadiri makan siang di daerah dekat sini tapi aku kemari untuk mampir dan mengantarkan mu beberapa camilan" jelasnya dan menggodaku.

"ck! Mengejek ku ha..."balas ku, "kemarikan sini, sepertinya donat – donat itu dari tadi memanggilku dan berkata 'Diana.. makan kami.. makan kami..' haha" sambungku.

"selalu tidak takut gemuk.." yang ku balas dengan cengiran yang lebar.

"Tris Rei, camilan.." tawar ku

"mau!" jawab mereka kompak."akhirnya dibuka, gue dari tadi nungguin lo nawarin tahu gak? Haha" sambung Reika. Inilah kami bertiga, tiga wanita yang sangat suka makan, tetapi bentuk badan kami tidak terlalu berubah. Betapa beruntungnya kan kami...

"oh iya, gimana kata dokter? Besok jadi keluar dari rumah sakit?" Tanya Ricard.

"aah.. eso, kaha dokte eso dah isa lang" jawabku dengan mulut yang masih terisi donut ditambah dengan toping coklat yang membuat ku semakin susah bicara.

"habisin dulu yang dimulut, baru jawab" Ricard memberi tahu.

"he... maaf, iya besok aku sudah bisa pulang. Kata dokter semuanya bagus dan tidak ada masalah yang perlu dikhawatirkan jadi sudah bias keluar" jawab ku setelah menelan donut tadi dan mengelap ujung bibir.

Tok tok tok...

Pintu kamarku dikembali diketok. Kali ini yang datang sungguh membuatku tegang. Seketika donat – donat yang terlihat sangat menggiurkan tadi teranggurkan olehku. Reika yang juga mengetahui siapa yang datang ikut terdiam, aku memerhatikan Ricard yang terlihat tak peduli dengan seseorang yang baru datang.

"apa aku boleh masuk?" Tanyanya

"ah oh iya masuk Fer.." jawabku bingung.

"loh kok jadi pada diem? Aku dengar dari luar tadi rame, kok jadi sepi?" Tanya Ferdy.

"ini siapa lagi Rei?" Tanya Tris sangat pelan,.

"mantan Diana Tris" jawab Reika berbisik. "eh lo datang lagi Fer?" Tanya Reika memecah keheningan.

___

Maaf untuk keterlambatan update dan terlalu lama hiatus.

Jangan lupa Vote dan Comment. Terimakasih

New_angel95

aWC=+T

Love My C.E.O !!! (The End)Where stories live. Discover now