Posesif Boyfriend (4)

118 26 0
                                    

New caracter unlocked :

Johnny Suh as Doni Adrian
Lee Taeyong as Tio Pakusadewo
Nakamoto Yuta as Yudha Pakusadewo

-----


Rasanya pengen cepet pulang ke rumah sendiri. Selama di rumah sakit gue merasa badan gue semakin nggak karuan sakitnya ditambah pusing banget dengerin ocehannya Bang Doni yang bikin kepala gue semakin senut-senut. Bukannya mendatangi sang adik yang lagi dirawat di rumah sakit, dia malah sibuk dengan pekerjaannya yang ada di Bali.

Kenapa sih cowok di dekat gue rata-rata super sibuk sekali. Nggak mungkin rasanya kalau gue harus mengabari Mama dan Papa kalau gue sendiri melarang kakak kandung gue untuk mengabari mereka.

"Gue bilang ke Papa sama Mama ya?"

"Nggak, nanti mereka malah tambah khawatir. Udah biarin aja kayak gini, lagian mereka juga masih pada di rumah Grandma sama Granpa kan? Gue nggak mau malah bikin heboh kalau pada tahu. Cuma luka kecil kok," terang gue.

Masalahnya kalau Mama sama Papa sampai tahu, gue nggak akan dibolehin tinggal di Jakarta seorang diri lagi. Gue bakalan disuruh balik ke Singapura nemenin mereka di sana karena kebetulan Papa lagi sering berobat jalan.

Bang Doni berdecak pelan, agaknya dia sedikit khawatir terlebih dia tahu kalau kaki gue jadi pincang gini. "Terus lo sama siapa di sana Dek? Siapa yang ngurusin lo nanti. Serius, demi deh Dek, gue lagi nggak bisa ke Jakarta."

"Gue bisa sendiri lah, lagian gue juga terbiasa di rumah sendirian."

"Gue minta Mbok Yum balik kerja di rumah ya?"

"Nggak usah, Mbok Yum udah terlalu tua buat kerja. Gue bisa ngurus diri sendiri ya Doni Adrian. Nggak usah rewel dan nggak usah ngatur. Lo tahu sendiri kalau adek lo nggak suka diatur."

"Gue itu khawatir sama lo cumi, emang nggak ada sopan santunnya ini bocah."

Dia yang khawatir kayak sekarang gini bikin kepala gue semakin sakit. Banyak banget ocehannya, minta gue buat nggak melakukan ini dan itu, pokoknya pantangannya banyak banget.

Gue memijat pangkal hidung gue. "Udah ya, nggak usah ribet. Gue bisa jaga diri, nggak akan kenapa-kenapa juga."

"Bisa jaga diri dari mana kalau sekarang aja lo bisa masuk rumah sakit? Si Fabian ngapain aja sih? Gue ngerestuin dia buat jadi pacar lo karena gue yakin dia bisa jagain lo. Perlu banget gue omelin itu anak."

"Ngapain?"

"Lah, kenapa ngapain?"

"Gue sama dia udah putus," sahut gue jujur.

Fabian merupakan teman kampusnya dulu. Gue sempat bertemu Fabian sesekali waktu dia masih jaman kuliah tetapi dia baru berani meminta ijin kepada Bang Doni setelah dia mendapatkan pekerjaan dan merasa layak untuk mendapatkan gue, katanya.

"Aligh, kok kalian diem-diem aja. Nggak ngabarin gue apa-apa?"

"Ngapain juga lo mesti tahu urusan dapur orang. Gue sama dia udah nggak cocok, daripada saling menyakiti lebih baik udahan kan?"

"Gue masih nggak ngerti. Fabian itu cinta mati sama lo asal lo tahu. Dia rela nunggu waktu yang tepat buat jadiin elo pacarnya."

"Halah bullshit, jangan dikira gue nggak tahu. Sebelum jadian sama gue dia punya pacar kan? Ngomong sama tembok DPR sana, mana yang katanya nunggu waktu yang tepat?"

"Banyak yang belum lo tahu, Dek. Kalau suatu saat lo tahu alasan kenapa dia bisa gitu, lo pasti memahami sikap dia sekarang."

"Mau sampai kapan? Itu yang bikin gue menyerah, gue nggak tahan. Dia nggak pernah mau jujur tentang masa lalunya ke gue. Udah, nggak usah dibahas. Nggak usah minta Bang Tio atau Bang Yudha buat nemenin gue di rumah. Yang ada makin sakit kepala gue kalau ada mereka berdua." Setelah mengatakan kalimat panjang itu. Gue mematikan sambungan telepon secara sepihak. Bodo amat sama dia yang bakal ngomel-ngomel nanti.

JUST IMAGINES JUNG JAEHYUNWhere stories live. Discover now