Childhood friends (END) ⚠️

456 114 163
                                    

Mention of kissing

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mention of kissing.
---------------

Hari ini adalah hari pertunangan gue dengan Mas Theo digelar yang tentunya banyak hal yang telah kita lewati untuk sampai pada hari ini. Dari berbagai rintangan yang menghadang dan masalah yang terlewati sama-sama. Beruntungnya Mas Theo cepat dalam mengambil sikap.

Seringkali gue katakan bahwa pria itu adalah sosok pria yang sangat penyabar. Di saat gue melakukan kesalahan, dia akan selalu memaafkan termasuk gue yang hanya berdiam diri waktu Javas melakukan hal yang tidak seharusnya. Bisa aja Mas Theo marah ke gue saat itu kan, tapi apa yang dia lakuin?

"Aku nggak bisa marah sama kamu karena kamu nggak salah. Biar aku yang bicara sama Javas."  Itu kalimat yang dia lontarkan. Padahal gue bisa menghindar. Padahal gue bisa melayangkan pukulan keras ke arah Javas, tapi apa yang gue lakuin? Gue justru nggak bisa berkutik. Perasaan gue ke Javas masih sama dan sialnya belum pernah berkurang sedikit pun.

Terkadang gue berpikir untuk menyudahi pertunangan ini. Gue nggak mau melihat calon tunangan gue semakin sakit hati. Berulangkali gue berpikir, tapi gue nggak menemukan jawaban. Satu hal yang gue tahu, gue nggak boleh mengecewakan dia lagi. Jadi, inilah jalan yang gue pilih dengan melanjutkan pertunangan bersama Mas Theo.

Cantik, satu kata yang bisa gue deskripsikan pada pantulan yang terlihat di cermin. Gue baru menyadarinya, ternyata setelah dipoles dengan make up, wajah gue nggak kalah cantik dengan gadis yang sering dikencani Javas.

Ayolah, berhenti bahas ini.

Suasana di luar begitu ramai. Sanak saudara telah hadir beberapa jam yang lalu. Semuanya sudah berkumpul termasuk keluarga dari Papa dan Mama tak terkecuali juga keluarga jauh gue. Hanya satu orang yang nggak terlihat batang hidungnya sejak gue menginap selama seminggu di rumah ini.

Iya, Javas, pria jangkung itu nggak pernah menampakkan wajahnya lagi tepat di depan gue setelah kejadian tempo hari.

Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, seseorang memasuki kamar. Antensi gue pun teralih ke arah daun pintu berwarna cokelat bersiap untuk berdiri karena gue mengira mama dari Javas yang datang.

"Udah pada datang ya Ma— Javas?"

Terkejut sudah pasti. Orang yang nggak pernah terlihat batang hidungnya beberapa hari belakangan ini justru udah berdiri tepat di hadapan gue setelah menutup pintu.

"Ikut gue," pintanya sembari menarik pergelangan tangan gue secara kasar.

"Kamu mau ngapain?" Gue menepis tangan dia yang mencoba mencari cara agar gue mau mengikuti kemauannya itu.

"Ikut!"

"Nggak. Aku nggak mau Javas. Apa yang lagi kamu lakuin Javas? Jangan tarik-tarik. Kamu nggak lihat aku pakai baju kayak gini?!" sentak gue dengan jengkel.

Gue lagi memakai kebaya sebagai atasan dan kain batik berwarna cokelat sebagai bawahan. Sudah pasti gue akan kesulitan berjalan ditambah high heels yang sedang gue kenakan cukup menyiksa diri ini.

JUST IMAGINES JUNG JAEHYUNWhere stories live. Discover now