Childhood friends (4)

288 112 174
                                    

Gue mendadak bingung melihat mobil yang gue kenali baru aja melintas melewati toko tempat gue bekerja

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Gue mendadak bingung melihat mobil yang gue kenali baru aja melintas melewati toko tempat gue bekerja. "Mobil Javas kan? Dia ngapain ada disini?"

"Kenapa?"

"Ah, itu, nggak ada apa-apa Mas. Kamu jadi ketemuan sama pemilik butik Ranjani?"

Mas Theo mengangguk. "Jadi kok, temenin aku ya?" pintanya sedikit memohon.

"Manja betul," ledek gue. Yang diledek pun cuma ketawa ganteng. Nggak pernah terbesit di pikiran gue kalau gue yang bakalan jadi future wife atasan gue sendiri.

Iya, kami udah meresmikan hubungan kami menjadi sepasang kekasih sebelum acara lamaran diadakan bulan depan. Gue teramat bersyukur karena beruntung memiliki calon yang penyabar. Pria itu rela bersabar menunggu hati gue sepenuhnya buat dia. Meskipun dia tahu kepada siapa hati ini masih berlabuh.

"Memangnya nggak boleh ya minta temenin sama Mbak pacar?"

"Mbak Pacar banget nih? Udah nggak pantes kayak gini tahu."

"Astaga sayang, jiwa aku masih muda. Aku buktiin nanti kalau kamu masih nggak percaya," jawab dia yakin. Gue cuma ketawa melihat respon dia yang suka berlebihan itu.

Perbedaan usia kita yang terpaut lima tahun ngebuat dia harus mengimbangi gue. Sebenarnya gue nggak pernah mempermasalahkan itu karena dia merupakan laki-laki yang cukup dewasa. Mas Theo bisa menempatkan dirinya menjadi figur seorang kekasih, teman, bahkan ayah buat gue.  

Apalagi yang gue cari di cowok lain kalau Mas Theo sendiri sudah punya segalanya?

"Javas gimana?" tanyanya tiba-tiba.

Alis gue berkerut, merasa bingung bakal ke arah mana pembicaraan kita. Gue yakin banget dia tahu pembahasan mengenai Javas bakal menjadi hal yang paling sensitif buat gue.

"Nggak gimana-gimana. Udah ya, nggak usah bahas dia?"

Sama sekali nggak ada pikiran buat gue membenci Javas. Gue cuma mau melupakan rasa cinta gue buat dia dan yang paling penting gue cuma takut ketika gue membahas Javas, tanpa sadar gue akan menyakiti hati Mas Theo. Dia terlalu baik, rasanya nggak pantas kalau dia harus menerima itu.

"Perasaan kamu ke dia masih sama?"

"Mas, tolong," pinta gue dengan wajah memelas. Kalau sudah begini dia akan paham. Mas Theo memilih untuk merubah topik dengan cara mengajak gue makan bersama di salah satu restoran yang ada di daerah Jakarta Selatan sekaligus mencari sesuatu yang mau dirinya beli.


***


Pria yang baru aja menjadi kekasih gue beberapa hari belakangan ini menarik pergelangan tangan gue, meminta gue untuk berdiri lalu bertukar tempat. Jujur, gue nggak tahu alasan dia ngelakuin itu bahkan dia terlihat nggak fokus, nggak kayak biasanya. "Kenapa Mas?" tanya gue berinisiatif.

JUST IMAGINES JUNG JAEHYUNWo Geschichten leben. Entdecke jetzt