Can We Go Back? (2)

91 33 2
                                    

Suara ketukan yang berasal dari meja administrasi ngebuat fokus gue teralihkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara ketukan yang berasal dari meja administrasi ngebuat fokus gue teralihkan. Gue yang lagi duduk sambil menulis pun mendongak mencari tahu siapa pelakunya.

Mas Aga? Sepagi ini dia sampai?

Sambil menyimpan sekantong kresek berwarna hitam di atas meja, Mas Aga tersenyum cerah. Nggak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir tipisnya itu. Cukup sekali dia menepuk kresek yang dia bawa seakan memberitahu kalau dia sengaja membawakannya buat gue.

Bukan hanya sekali atau dua kali Mas Aga melakukan ini, kegiatan tersebut sudah menjadi rutinitas yang dia lakukan di setiap harinya ketika dia sampai di puskesmas. Kalau dia belum melihat gue datang, dia akan menitipkannya ke rekan kerja kami dengan dalih gue yang menitip.

"Tolong kasih ke Inggit ya, tadi dia titip ini."

Yang padahal gue nggak pernah nitip apapun ke dia.

Ada saja memang tingkahnya.

Sejujurnya gue sedikit was-was kalau kedekatan kami akan terungkap, meskipun gue udah nggak ada status lebih sama dia sekarang.

Gue menatap punggung Mas Aga yang berjalan memasuki ruangannya. Setelah mendengar suara pintu tertutup, fokus gue teralih pada kresek berwarna hitam yang Mas Aga simpan barusan. Ada secarik kertas ketika gue membukanya dan gue hapal betul dengan isinya, sekotak susu rasa strawberry ditemani sepotong roti dimana strawberry merupakan salah satu varian rasa favorit gue.

Gue baru tahu ternyata dia bisa jadi pria yang super romantis. Apa mungkin karena kita bekerja di gedung yang sama, sehingga mudah bagi dia untuk mengekspresikan perasaannya seperti sekarang?

Membaca rangkaian kalimat yang tertulis pada secarik kertas tersebut. Air wajah gue berubah drastis, sedikit memanas, lalu tersenyum sambil tersipu malu dibuatnya.

'Good morning my future and my angel. Jangan lupa dihabiskan ya? Susah payah saya jalan ke toko pertigaan diterangi minim cahaya cuma buat beliin kamu ini. Anggap itu sebagai penambah energi kamu pagi ini. Semangat untuk hari ini, sayang. I love you and always.'

Masih dengan tersenyum gue meremat secarik kertas itu lalu menyimpannya di dalam saku celana.

"Masih terlalu pagi buat dia ngebucin," celetuk gue asal.

"Siapa yang ngebucin?"

"Astaga, dokter Izhar." Gue terlonjak kaget melihat wajahnya sudah ada tepat di depan gue. Bergerak mundur dia cuma tertawa geli melihat tingkah gue. "Dokter ngagetin, tiba-tiba udah ada di sini?"

"Maaf, saya nggak tahu kalau kamu bisa seterkejut ini."

Tumben banget gue melihat Mas Aga dan dokter Izhar datang sepagi ini. Biasanya mereka akan datang di jam tujuh lewat lima belas menit sedangkan Jam baru menunjukkan pukul enam pagi sekarang.

Se-profesional itu mereka ternyata.

"Yang lain belum datang?" tanya dokter Izhar.

"Baru saya dan dokter Sagara."

JUST IMAGINES JUNG JAEHYUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang