Can We Go Back (7)

91 24 4
                                    

"Dimana kamu?" Tanpa salam Mas Aga bertanya dimana keberadaan gue sekarang. Seharusnya dia sudah tahu kemana lagi gue berada kalau nggak di rumah.

"Rumah Mira," jawab gue lesu.

"Saya di rumah kamu sekarang. Saya juga sudah bicara sama Bapak dan Ibu."

Gue terlonjak kaget sampai harus merubah posisi dari tiduran menjadi duduk. "Mas, apa yang kamu bicarain ke mereka? Kamu bilang masalah Mira?"

"Iya."

Santai banget dia bicara, nggak ada rasa bersalah sedikitpun. "Orang tua kamu mesti tahu Inggit, dan kamu harus tahu kalau nggak ada yang mendukung pikiran gila kamu itu."

Maksudnya?

"Bapak sama Ibu setuju kita menikah dalam waktu dekat. Biar saya yang urus semuanya."

"Mas?"

"Apa? Saya nggak menerima penolakan."

Gue jadi greget sendiri sama Mas Aga. Kenapa nggak bicarain ke gue dulu? "Mas, kamu nggak bisa maksa saya."

"Papa, Mama, Ibu, Bapak, Mbak Kayla bahkan Joyie setuju. Kamu kalah suara, Inggita."

"Kamu pulang ke Jakarta karena masalah ini?" tebak gue. Jadi yang dia bilang masalah penting itu masalah pernikahan kami?

Suara kekehan kecil terdengar di telinga. "Iya, tebakan kamu nggak salah. Inggit, sebelumnya saya sudah kasih kamu warning, mungkin kamu lupa. Saya nggak suka kamu bahas perjodohan konyol kamu itu. Saya nggak cinta sama Mira sedangkan kamu dan saya, kita saling mencintai jadi saya pikir sudah seharusnya saya memikirkan pernikahan ini."

"Mas Aga?"

"Apa sayang?"

"Gimana sama perasaan Mira kalau sampai tahu orang yang dia cinta justru menikah sama saudaranya sendiri?"

"Kamu memikirkan itu, Git? Kamu pernah nggak memikirkan gimana perasaan saya waktu kamu menerima perjodohan kamu dengan Dimas?"

"Mas..."

"Mengorbankan satu perasaan lebih baik daripada harus mengorbankan dua perasaan atau bahkan mengecewakan lebih banyak orang, paham sampai sini?"

Gue menghela napas pelan. Masih berusaha untuk memberi pengertian. Gue mau kok nikah dengan dia tapi nggak dalam waktu dekat. Gue perlu mencari waktu yang tepat buat menjelaskan masalah ini ke Mira. "Masalah Mira, saya butuh waktu buat menjelaskan ke dia."

"Git, kamu percaya sama saya kan?"

"Inggita?"

"Inggit nggak tahu Mas, Inggit cuma nggak mau bikin sedih atau menyakiti saudara Inggit sendiri."

Mas Aga menghela napas berat. "Sayang, kamu itu nggak salah. Kita jauh lebih dulu saling mengenal sebelum Mira mengenal saya. Jadi kamu nggak perlu khawatir, jangan punya pikiran kalau kamu merebut kebahagiaan saudara kamu sendiri. Sekarang kamu bisa pulang ke rumah dulu? Ada yang perlu kita bahas."

"Iya, saya siap-siap dulu."

"Hati-hati, saya jemput kamu di jembatan."

Gue nggak berniat menimpali ucapan Mas Aga. Apa iya gue menikah dengan dia dalam waktu dekat? Apa gue siap? Bukan karena masalah Mira sebenarnya, gue takut mengecewakan Mas Aga karena gue yang belum punya persiapan apapun untuk menjadi istrinya.

"Mbak?"

"Iya? Kenapa Git?"

"Aku mau pulang dulu sebentar. Mau ambil sesuatu."

JUST IMAGINES JUNG JAEHYUNजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें