You're My Angel (17)

90 32 4
                                    

D-2

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

D-2

Hari dimana gue masih memantapkan hati bahwa pilihan gue sudah tepat. Banyak hal yang gue bicarakan bersama dengan Mas Dimas semalam, soal dia yang tiba-tiba sudah sampai Sragen padahal baru kemarin pagi dia menghubungi gue sekedar memberi info kalau dia nggak bisa pulang.

"Rapatnya dibatalin, jadi saya pikir lebih baik saya pulang bantu-bantu persiapan acara kita."

Ada waktu dimana gue nggak bisa menjawab pertanyaannya. Sebuah pertanyaan yang nggak pernah gue duga bakal keluar dari bibirnya itu.

"Maaf kalau pertanyaan saya menyinggung hati kamu, Git. Kamu sudah yakin? Saya cuma nggak mau kamu menjalani semua ini dengan keterpaksaan. Saya cinta sama kamu itu sebuah fakta yang harus kamu tahu, tapi saya juga nggak mau kalau pada akhirnya saya yang justru menyakiti hati kamu, Inggita. Sekali lagi, apa kamu terpaksa menerima saya?"

Apakah ada yang mampu menjawab pertanyaannya? Entah seberapa besar harapan dia untuk kami hidup bersama.

Bukan soal keterpaksaan yang menjadi masalah buat gue. Sayangnya nggak ada kepedulian tentang itu. Silahkan kalian menghujat gue karena yang gue pedulikan hanyalah kebahagiaan Bapak dan Ibu meskipun pada akhirnya gue harus mengorbankan perasaan dan kebahagiaan gue sendiri seperti apa yang sering dikatakan Mas Aga.

Suara kekehan khas milik Joyie terdengar di indera pendengaran. Gue terkesiap saat manik mata gue bertemu pandang dengan manik mata milik Mas Dimas. Mereka berdua sedang bersenda gurau di ruang tamu.

Sejak kapan mereka bisa seakrab itu?

Mas Dimas menatap gue dengan kerutan alis pertanda dia sedang bingung. "Kenapa yang? Ada yang kurang?"

"Enggak, Mas," jawab gue singkat.

Dia merubah posisinya menjadi berdiri lalu berjalan menghampiri gue, meninggalkan Joyie di atas sofa yang sedang memperhatikan pergerakan kami berdua.

Dapat gue rasakan tangannya mengusap kepala gue pelan. "Istirahat dulu kalau kamu capek."

Gue mendongak, menatapnya yang lagi tersenyum hingga gue baru menyadari seorang bertubuh tinggi yang belakangan tinggal di rumah ini melewati kami. Dari ujung mata gue bisa melihat Mas Aga menghampiri keponakannya.

"Ikut Om yuk?"

"Ndak auuu!"
(Nggak mau!)

"Beli es krim, mau ya? Tante Inggit lagi sibuk, sayang. Joyie nggak boleh ganggu kesibukan Tante."

"Beyi es kyim sama Ante ja."
(Beli es krim sama Tante aja.)

"Joyie, kan Om udah sering bilang kalau Joyie nggak boleh nakal dan harus nurut."

Gue berkedip dan memberi kode kepada Mas Dimas. Dia yang paham segera mengambil alih Joyie. Menggendong bocah itu sebelum terjadi huru-hara. "Nggak apa-apa, biar Joyie sama saya dan Inggit dulu."

JUST IMAGINES JUNG JAEHYUNWhere stories live. Discover now