Not Your Fault (2)

99 30 2
                                    

Tuhan itu Maha Adil

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Tuhan itu Maha Adil.

Bersyukur banget rasanya karena sekarang gue sudah memiliki pekerjaan. Sudah bisa menafkahi diri sendiri dan juga dia yang sedang berkembang di dalam rahim gue. Tentunya gue bisa membuktikan kepada si tua bangka kalau gue bisa melanjutkan hidup tanpa bantuan darinya.

Gue cuma bisa berharap semoga mereka nggak pernah keberatan dengan status gue yang hamil diluar nikah. Rasanya nggak mungkin kalau gue harus menutupi kehamilan gue nanti sedangkan lambat laun perut gue bakalan membesar, nggak selamanya gue bisa menutupi itu. Terlebih sulit buat gue mengaku ke perusahaan kalau gue sudah menikah, mengingat kartu identitas gue pun masih tertulis 'belum menikah'. Kalau pun gue mengaku sudah menikah dan belum memperbaharui status, gue juga harus melampirkan kartu keluarga dan kartu identitas suami untuk kepengurusan jaminan kesehatan.

Pilihan yang gue ambil sekarang sudah benar kan? Toh gue berpikir pegawai di tempat gue bekerja sekarang nggak akan mengurusi soal ini.

"Sayang, hadirnya kamu di rahim Mama membawa rejeki buat kita. Mama nggak pernah sangka bisa bekerja di ARKTIK COMPANY. Rasanya masih kayak mimpi bisa bekerja di perusahaan ini. Saingan Mama banyak loh, tapi kamu benar-benar membawa berkah buat Mama. Jangan takut, Kamu nggak akan Mama biarin kekurangan apapun mulai sekarang."

Tangan gue mengusap perut gue yang masih rata. Selalu berharap bahwa janin di rahim gue bakalan terus sehat dan berkembang dengan baik. Nggak akan gue biarin dia kekurangan apapun. Fokus gue saat ini cuma dia. Hadirnya dia di hidup gue itu karunia, bukan petaka. Dia nggak salah apa-apa. Gue yang salah disini. Jadi, biarin gue yang menanggungnya seorang diri.

Ada satu hal yang gue takuti, yakni, saat dia sudah besar nanti. Gue harus menjelaskan apa kalau dia bertanya tentang papa nya? Nggak selamanya gue bisa menutupi dan mengalihkan perhatiannya agar dia nggak teringat dengan sang papa. Nggak mungkin gue bilang ke dia kalau dia nggak punya Papa kan? Atau gue harus bilang kalau Papa nya itu udah meninggal? Terus kalau dia minta foto almarhum Papa-nya gimana?

Gue harus gimana kalau suatu saat nanti dia bertanya. "Mama, Papa kemana?"

Satu pertanyaan yang sebenarnya bisa dijawab dengan mudah. Gue harus memikirkan ini dari sekarang, memikirkan jawaban yang tepat buat menjelaskan ke dia nanti.

"Nggak sekarang, gue bisa pikirin itu lagi nanti. Sekarang gue harus fokus kerja dulu."

Suara pintu terbuka dari arah luar ngebuat atensi gue teralih. Gue melirik jam yang melingkar di tangan kanan. Sudah lima belas menit gue berada di dalam toilet.

Seorang wanita yang gue yakini sedang mengandung berjalan mendekati wastafel, sesaat dia tersenyum ke arah gue ngebuat gue membalas senyumannya.

Tapi tunggu?

Wanita ini, bukannya wanita yang ada di rumah sakit waktu itu? Wanita yang datang ke rumah sakit bersama suami dan anaknya kan? Kenapa dia bisa ada di kantor ini? Apa dia juga bekerja di perusahaan ini?

JUST IMAGINES JUNG JAEHYUNOù les histoires vivent. Découvrez maintenant