Because of You (2)

101 32 1
                                    

Pria yang juga aku benci sedang berdiri tepat di hadapanku. Aku baru tahu jika pria yang pertama kali merenggut apa yang seharusnya menjadi hak suamiku pun ternyata bekerja di perusahaan Jeffry menjadi HRD dimana dia yang memutuskan apakah aku akan diterima bekerja di sini ataupun tidak.

Jujur, aku sangat muak melihat dirinya yang sedang menatapku dengan tatapan kurang ajar.

Apa ada yang salah dengan setelan kerja yang aku kenakan?

"Nona Nara?"

Berhenti memanggil namaku pria mesum!

"Apa wajah saya terlalu tampan sampai membuatmu tidak berkutik seperti ini, hum?"

"Kalau Bapak menerima saya karena untuk hal seperti ini, sepertinya Bapak salah paham. Saya permisi," ujarku tegas.

Aku tak suka dia selalu merendahkan wanita. Tatapannya yang seperti itu membuat aku menjadi wanita yang paling hina. Apakah dia menatap semua wanita seperti itu? Sama seperti halnya saat dimana aku masih menjadi Syaqilla?

"Hey, jangan salah paham."

Langkahku terhenti. Kembali aku berbalik badan lalu melihat gesture tubuhnya. Kedua telapak tangan yang saling bersentuhan seakan dia sedang memohon agar aku tetap tinggal.

"Saya menerima kamu karena memang kamu kandidat yang paling tepat untuk menjadi sekretaris seorang Jeffryan, bukan karena hal lain. Ayolah, upah yang kamu dapat juga lebih dari cukup. Hitung-hitung kamu membantu saya karena saya malas mendengar ocehan si Jeffryan setiap hari. Semenjak ditinggal sang istri tingkahnya semakin menyebalkan."

Aku mengerutkan alis. Benarkah? Kalau aku menerima tawarannya, sepertinya akan dengan mudah aku mendapatkan informasi perihal Jefrry. Kurasa dia pun tidak mengenaliku. Bukankah ini kabar bagus?

"Pak Jeffryan duda?" tanyaku dengan hati-hati. Yessa tertawa kecil, dia memperhatikanku dengan lamat.

"Kenapa? Tertarik dengannya? Kalau iya, buang jauh-jauh pemikiranmu nona, karena hati Jeffryan sudah lama membeku. Sampai sekarangpun dia masih mencari keberadaan istrinya yang menghilang tanpa kabar."

Kenapa dia bisa segamblang itu menceritakan rahasia atasannya sendiri. Apakah dia tidak takut dipecat? Lalu untuk apa Jeffryan mencariku, ingin menyiksaku lagi kah? Sayangnya aku bukan lagi Syaqilla, Jeff. Syaqilla sudah lama mati. Tidak akan aku biarkan kamu menyakiti wanita lain lagi termasuk Nara Anandita.

"Mari, ke ruangan Bapak Jeffry." Aku mengekori dia yang membawaku ke ruangan seseorang yang paling aku benci. Kalau saja aku tidak mengingat atas apa yang telah aku lalui karena dia, aku malas menginjakkan kaki di perusahaan yang seperti neraka ini.

Suara ketukan terdengar di telinga. Yessa mengetuk pintu ruangan dengan pelan, perlahan dia membukanya setelah mendapat persetujuan dari si empunya ruangan.

Sosok tinggi itu sedang duduk di kursi kebanggaannya. Menatap dengan serius ke arah berkas yang ada di atas meja. Tangannya pun dengan lincah membuhi tanda tangan di secarik kertas itu.

"Ada apa?"

"Jeff?"

Jeffry menghentikan aktivitasnya sesaat. Dia mendongak menatap  anak buahnya berjalan ke arah kursi yang ada di hadapan Jeffry. Dengan tak tahu malunya Yessa menoleh, memintaku untuk menghampiri tanpa suara. Aku mengerti gesture tangannya yang sedang melambai memintaku untuk memasuki ruangan si brengsek Jeffryan ini.

Nara, kamu pasti bisa!

Kuhembuskan napas berkali-kali, menghilangkan rasa kesal dan tegang yang menyelimuti diri. Aku jadi teringat pembicaraan mereka di masa lalu. Aku benci ketika mengingat masa-masa kelam itu. Kalau saja membunuh diperbolehkan sudah aku todongkan pisau yang ada di atas meja di paling sudut ke arah mereka.

JUST IMAGINES JUNG JAEHYUNWo Geschichten leben. Entdecke jetzt