••• Bonus Chapter •••

450 7 5
                                    

Hai guysss!!

Gimana kabar kalian?

Ada yang masih nyimpen cerita ini di perpustakaan nga? Kalau ada makasih banget untuk kalian.

Aku juga mengucapkan terimakasih banyak yang telah membaca cerita aku yang mungkin banyak kesalahan 😊

Kita jumpa lagi dengan kabar yang gembira, di sini aku bawain bonus chapter untuk kalian. Semoga kalian suka ya🤗🤗

🏵️🏵️🏵️

Gadis dengan gamis pink bermotif bunga-bunga itu terbangun dari tidurnya dengan wajah sumringah. Seperti habis bermimpi indah. Matanya mengerjap cantik menyesuaikan pencahayaan. Ia celingak-celinguk, mencari jilbab masuk untuk berjalan ke bawah. Sebenarnya Ara tidak ingin memakainya, namun takutnya ada tamu di bawah. Jadi untuk berjaga-jaga saja.

Sesudah mengambil dan memakai jilbab, Ara turun ke bawah karena perutnya yang berbunyi. Ia lupa kapan dia tidur, dan ketika terbangun, semua sudah gelap. Bukan gelap karena mati lampu, namum langitnya yang sudah gelap, yang artinya sudah malam.

"Mama!" teriak Ara dengan kaki yang terus menuruni anak tangga.

Ternyata mamanya sedang berada di dapur, berkutat dengan alat-alat masakan, persis seperti chef. Ara ingin menghampiri mamanya, namun pandangannya teralihkan oleh seseorang yang sedang menonton televisi. Bukan, bukan abangnya. Ara tahu dan hafal jelas bentuk tubuh abangnya, sedangkan lelaki yang sedang menonton televisi tersebut mempunyai tubuh yang berbeda. Apa mamanya punya tamu? Tapi, kok sendiri? Udah gitu badannya masih kecil, tidak seperti om-om.

Buru-buru Ara menghampiri mamanya, ingin menanyakan semuanya. Tapi suara panggilan yang memanggil namanya membuat Ara berhenti, kemudian berbalik.

"Itu, orang, siapa sih?!" gumam Ara sedikit takut dengan nada suara yang keluar.

Ara tidak menanggapi panggilan tersebut. Ia menghampiri mamanya kemudian menatap mamanya. "Ma, itu siapa sih? Mama ada tamu?"

Elisa menghentikan pergerakan tangannya kemudian menatap putrinya yang sudah terbangun dengan bingung. Setelah itu menatap lelaki yang ada di depan televisi. Elisa tidak menjawab, melainkan hanya tersenyum yang membuat Ara tambah heran.

"Iiihh! Mama kok malah senyum?" Ara menatap mamanya kesal sembari memegangi perutnya yang kembali berbunyi.

"Itu El, sayang."

"Nih, kamu makan dulu. Lapar pasti, kan." Elisa mengarahkan makanan pada putrinya.

"Itu beneran kak El?" Ara kembali menatap lelaki tersebut dari belakang.

"Iya, cepetan makan! Nanti temuin El. Jangan lupa, cuci muka dulu. Ilermu masih nempel," kata Elisa kemudian berlalu pergi menghampiri El.

Ara hanya mendengus kemudian meraba wajahnya. Ternyata benar, ia lupa belum cuci muka setelah bangun tadi.

🏵️🏵️🏵️

Setelah selesai makan dan mencuci wajahnya, kini Ara dan lelaki itu-yang ternyata El- duduk di kursi yang ada di teras rumah. Pintu rumah terbuka lebar dan Ara memilih di luar, biar sekalian liat bintang yang berkeliaran.

"Kenapa ke sini malam-malam?" Ara menoleh ke kanan, melihat wajah El dari samping.

El hanya diam dengan perasaan yang sulit diartikan. Gadisnya ini, seperti tidak suka dengan keberadaannya. "Kenapa?" El balik bertanya yang membuat Ara bingung.

ELARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang