Elara 28 : ••• Matematika •••

363 16 0
                                    

Budayakan vote dulu sebelum membaca >3

Haii!! Ini cerita pertama aku. Mungkin kalo masih banyak yang kurang dimaklumin aja karena baru pertama hehehe.

🏵️🏵️🏵️

Di dalam kamar nuansa biru langit tersebut, terdapat seorang gadis yang saat ini duduk di meja belajar. Di rumah hanya ia sendirian, orang tua dan abangnya entah pergi ke mana.

Di sinilah Ara, di meja belajar, mengerjakan tugas yang sangat dibencinya. Matematika. Semua mata pelajaran ia pintar, tapi kenapa matematika bodoh. Sebenarnya kalau udah tau rumus dan jalannya, Ara bisa ngerjain sendiri.

"Ini giman sih?!" gerutu Ara, membanting pulpennya. Ia sudah mengerjakan berulangkali, tapi belum juga menemukan jawaban yang benar.

"Ayo Ra, lo pasti bisa!" Ara menghela nafas panjang, mengingat kembali materi yang dijelaskan di sekolah.

Ara mulai kembali mengerjakan, mencari cara agar menemukan jawaban yang sebenarnya. Dengan pelan Ara mengerjakan, sangat begitu teliti.

"Nga ketemu juga," ujar Ara pasrah. Menundukkan kepalanya di meja lalu menangis.

"Kenapa gue bodoh di matematika ya?"

"Minta bantuan siapa ya?" Ara menegakkan badannya, memikirkan siapa orang yang bakal dimintai tolong. Karena sekarang, Ara sudah pasrah dan sangat kesusahan untuk mengerjakannya.

"Gimana kalau kak El? Tapi di mau nga ya?"

"Coba dulu, kalau nga diangkat samanya, gue bunuh dia."

Ara bangkit dari kursi belajarnya. Mencari ponselnya yang sedari tadi di dalam tas, tidak dikeluarkannya. Ia pun merogoh tasnya hingga akhirnya menemukan ponselnya.

"Masih delapan puluh," kata Ara melihat baterai ponselnya. Kenapa ponsel Ara masih lumayan penuh? Karena Ara yang jarang main ponsel.

Ara kembali ke meja belajarnya lalu memutuskan memakai jilbab masuk yang ada di lemarinya. "Gue video call aja, sekalian liat wajah tampannya." Ara terkekeh sendiri.

Nomor El berdering, tapi sama sekali belum terjawab. Ara kembali mencoba untuk kedua kalinya. Namun tetap sama, nomornya berdering tapi tidak diangkat.

Kayaknya El memang tidak berniat untuk menjawab. Ara pasrah, jika El tidak mengangkatnya. Ia akan meminta bantuan yang lain. Ara memposisikan ponselnya berdiri, hingga menampilkan wajahnya yang sedih. Tidak berselang lama, El menjawab panggilan video tersebut dan Ara tidak menyadari. Karena ia menenggelamkan wajahnya di atas tangannya.

"Jawab dong! Gue kangen tau." Ara masih dalam posisi menundukkan kepalanya. Ia sama sekali tidak menyadari jika di seberang sana, El memperhatikan Ara lewat panggilan video tersebut.

"Ra."

Suara panggilan itu terdengar di telinga Ara. Ara bangkit dari posisinya lalu menoleh ke belakang. Memeriksa kalau tadi dia beneran mendengar suara panggilan.

"Itu suara siapa? Kayaknya tadi kak El manggil gue," kata Ara masih memastikan di belakangnya jika tidak ada orang.

"Hahaha..." Di panggilan video tersebut, El tertawa melihat sikap Ara yang begitu polos. Tawa yang benar-benar lepas dirasakannya.

"Kak El?" Ara langsung menatap ke ponselnya dan barus sadar. Ia langsung menutup wajahnya dengan tangan. Karena malu, bahkan pipinya merona merah.

"Kok nga ngomong dari tadi?" cicit Ara yang masih menutup wajahnya. Ia masih malu karena sikapnya yang sangat memalukan.

ELARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang