Elara 26 : ••• Berubah •••

534 21 1
                                    

Budayakan vote dulu sebelum membaca >3

Haii!! Ini cerita pertama aku. Mungkin kalo masih banyak yang kurang dimaklumin aja karena baru pertama hehehe.

🏵️🏵️🏵️

"Tidak tau kenapa, ketika bertemu dengannya aku menemukan jati diriku yang berbeda. Ternyata, setiap manusia akan berubah ketika menemukan seseorang yang begitu tepat."
-El Denandra-

°°°

Weshh!

Suara deru motor yang lewat begitu saja, masuk ke indra pendengaran Ara. Di atas motor tersebut terdapat dua remaja. Siapa lagi kalau bukan Nara dan El. Tatapan sendu mengarah pada El dari gadis berjilbab yang menatap kecewa.

Secepat itu lo berubah

Mendadak, El kembali berubah atau Ara yang hanya terlalu berharap. El kembali ke sikapnya, dingin dan cuek pada perempuan. Ara tidak terlalu tahu jelas sebab El berubah. Ia pun berjalan melewati keduanya yang sedang turun dari motor. Ia tersenyum miris, karena terlalu berharap keajaiban itu ada. Dan El melihat Ara sekilas.

Sudah tiga hari El mengantar dan menjemput Nara, sahabatnya. Mereka seperti orang pacaran pada umumnya. Pegangan tangan menuju kelas, pulang bareng, pergi bareng. Bahkan ada rumor yang mengatakan kalau mereka pacaran beneran tapi belum di publik. Dan semua rumor itu, membuat Ara sedih.

Ini hari ketiga juga Tio yang tidak kunjung datang ke sekolah. Keterangannya sakit, mungkin rahangnya masih sakit. Karena pukulan dari singanya Lufiax yang begitu kuat.

Ara memasuki kelasnya dengan langkah pelan, sembari bersenandung kecil. Ia berjalan ke kursinya lalu menidurkan tubuhnya.

"Lo kenapa, Ra?" tanya Nabila sembari berkaca. Menata wajah dan rambutnya dengan benar.

"Gue?" Ara membenarkan duduknya lalu menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi sedih.

"Gue sedih karena El berubah."

"Nga usah sedih, masih banyak cowok di luar sana," ujar Meka menenangkan.

"Tapi gue maunya dia."

"Menurut lo, El berubah nga?" tanya Ara pada Nabila. Meminta pendapat karena sangking sedihnya.

Nabila menggeleng, lalu berpikir sejenak. "El nga berubah. Lo aja yang kebaperan sampai berharap."

"Bener juga." Ucapan Nabila ada benarnya, ia terlalu bawa perasaan. Sampai lupa kalau manusia itu mudah berubah tanpa sebab.

"Gue punya ide tapi nga tau ngaruh apa nga. Gimana kalau lo ngomong sama kak El berdua, empat mata," ujar Meka merasa kasihan melihat sahabatnya yang terus sedih.

"Kalian nga ada komunikasi dari kemarin-kemarin kan?" Ara berpikir lalu mengangguk. Memang sejak kejadian El meninju Tio, tidak ada komunikasi di antara El dan Ara.

"Oke. Nanti gue coba," putus Ara menampilkan senyumnya.

"Gitu dong, jangan sedih-sedih." Nabila menyenggol lengan Ara. Menampilkan senyum menggoda membuat Ara mengangguk kemudian menunduk. Kepalanya diletakkan di meja, lalu Ara melihat luar jendela.

ELARAWhere stories live. Discover now