Elara 30 : ••• Malam Minggu •••

395 20 0
                                    

Budayakan vote dulu sebelum membaca >3

Haii!! Ini cerita pertama aku. Mungkin kalo masih banyak yang kurang dimaklumin aja karena baru pertama hehehe.

🏵️🏵️🏵️

Bulan menyinarkan cahayanya yang semulanya malu-malu, kini bersinar terang benderang. Menerangi malam pemuda dan pemudi yang sedang kasmaran. Bintang juga ikut menghiasi langit yang gelap, menambah kesan indah pada malam Minggu ini.

Terdapat gadis cantik yang sekarang sedang berada di teras rumahnya, hanya untuk sekedar melihat pesonanya bulan dan juga bintang. Memakai piyama bermotif bunga dipadukan dengan jilbab masuk hitam, menambah kesan baik dan manis dalam dirinya.

Ia tidak menyangka bisa dekat dengan El meskipun belum ada status di antara keduanya. Kalau ini mimpi, ia berdoa kepada Allah semoga kelak dibangunnya nanti seperti ini, tidak ada yang berubah, tidak ada yang berbeda.

"Gue masih heran. Kenapa lo bisa seromantis itu ya?" Ara bertanya sambil menatap langit. Menunggu langit menjawab, tapi tidak ada jawaban yang didapatkan, hanya hembusan angin yang terdengar.

Ara masih setia memandangi keindahan tuhan yang telah menciptakan segalanya. Sampai ia tidak sadar, kalau mamanya sudah berdiri di belakangnya memperhatikan putrinya dengan senyum yang terukir.

"Kenapa sayang. Mau malam mingguan?" tanya Elisa sembari berjalan ke putrinya.

Ara menoleh ke arah Elisa. "Malam minggu sama siapa? Cowok aja nga punya," jawab Ara diselingi candaan dan juga tawa.

Tidak berselang lama, Brian keluar rumah dengan pakaian yang sangat rapi. Celana jeans dipadukan baju sweater ditambah topi menambah ketampanan Brian. Sebenarnya banyak gadis tergila-gila karena Brian yang begitu mempesona dengan sikap sopannya kepada semua perempuan. Namun Brian lebih suka sendiri, langsung jalur halal, katanya.

"Mau kemana bang?" tanya Elisa melihat Brian yang tidak seperti biasanya.

"Biasa Ma, anak muda. Malam mingguan," jawabnya sembari menyugarkan rambutnya lalu memakai topi yang sedari tadi dipegang.

"Lo nga keluar, Ra?" tanya Brian, karena melihat pakaian tidur yang sedang digunakan Ara begitu juga mamanya.

"Lo ngejek gue?" Ara tidak terima menerima ejekan dari abangnya. Ia berjalan maju ke depan, menuju abangnya.

"Gue kan cuma nanya," sahut Brian santai. Ia mengedarkan pandangan, menatap langit yang sangat memukau.

"Yaudah, Brian berangkat dulu." Brian pun menyalim tangan mamanya dan Ara menyalim tangan abangnya. Brian mengambil terlebih dahulu motornya yang berada di garasi lalu menghidupkan motornya.

"Jangan pulang malam-malam!" peringat Elisa. Brian mengangguk lalu menjalankan motornya meninggalkan Ara dan Elisa yang menatapnya sedari tadi.

Ara memeluk mamanya tiba-tiba sembari mengerucutkan bibirnya. Ia juga ingin malam mingguan seperti remaja sekarang, tapi pasti ayahnya akan melarang. Banyak alasan yang Pasha berikan, mulai dari masih kecillah, nanti terjadi sesuatu, pokoknya masih banyak lagi.

Elisa membalas pelukan putrinya sembari tersenyum, melihat wajah putrinya yang terlihat jelek.

Elisa pun mengajak putrinya untuk masuk ke dalam dan Ara menurut. Mereka berdua masuk ke dalam dengan beriringan.

ELARADonde viven las historias. Descúbrelo ahora