Elara 14 : ••• Pingsan •••

619 26 0
                                    

Budayakan vote dulu sebelum membaca >3

Haii!! Ini cerita pertama aku. Mungkin kalo masih banyak yang kurang dimaklumin aja karena baru pertama hehehe.

🏵️🏵️🏵️

"Mama!" Sembari menuruni anak tangga dengan terburu-buru, Ara berteriak panik. Memikirkan datang ke sekolah tanpa terlambat.

"Apaan sih lo! Teriak-teriak nga jelas." Ara tidak memedulikan kekesalan abangnya. Ia terus berjalan menuju pintu rumah dengan cepat.

"Sayang, kamu nga sarapan." Langkah Ara terhenti untuk menoleh ke belakang, menatap mamanya dengan gelengan kepala. "Engga Ma. Udah nga sempet!"

"Hati-hati sayang!" Teriakan Elisa hanya diberi jempol oleh putrinya.

Setelah sampai di tempat biasa, Ara langsung menaiki angkot yang datang. Dan untungnya angkot biasanya datang tepat waktu.

"Biasa mang." Sopir angkot tersebut mengangguk dan langsung menjalankan angkotnya menuju SMA Nusa Karya.

Setelah angkot berhenti ditujuan, Ara turun. Tidak lupa memberikan uang ongkos lalu turun. Ara berlari cepat, masuk ke gerbang sekolah kemudian menuju kelasnya.

Tepat ketika Ara memasuki kelas, bel tanda masuk berbunyi. Tentunya Ara bernafas lega karena dirinya tidak terlambat. Setelah mengatur nafasnya, Ara berjalan menuju kursinya yang sudah ada Tio dengan ponselnya.

"Lama banget, sekalian aja nga usah datang," sindir Nabila dengan wajah yang begitu mengesalkan.

"Gue tadi bangunnya kesiangan."

"Emang lo nga solat?" Meka menoleh, menatap Ara dengan alis terangkat.

"Solat. Tapi gue tidur lagi." Setelahnya Ara menyengir tanpa bersalah.

"Selamat pagi semuanya." Tidak lama Ara duduk di kursinya, guru olahraga datang.

"Selamat pagi, Pak."

"Hari ini, guru penjas kalian tidak hadir. Beliau mengamanahkan kalian pada saya. Kalian bakal bergabung sama kelas XII IPS 1," ucap Pak guru tersebut datang diamanatkan.

"Hore!" Ara berseru dengan begitu senang sampai lupa mengecilkan intonasi suaranya. Seketika saja, seisi kelas langsung menatap gadis berjilbab di ujung dengan heran, begitu juga Pak guru yang berdiri di depan pintu.

"Kenapa lo?" Tio menatap Ara dengan alis bertaut.

Ara menunduk setelah menatap seisi kelas. Sekarang ia benar-benar malu, ingin sekali ia menghilang begitu saja. "Gue ngapapa."

"Segera ganti pakaian . Saya akan menunggu di lapangan dalam sepuluh menit." Setelahnya guru itu keluar dari kelas sepuluh.

Sehabis kepergian guru olahraga tersebut, seluruh murid mulai berhamburan keluar dengan berpasang-pasangan. Nabila dan Meka mendekat ke Ara dengan alis yang masih berkerut. "Kenapa lo tadi?" tanya Nabila.

"Itu kelasnya kak El!" Ara kembali bersemangat, bahkan saat menyebut n El saja, sudah membuat Rara Adhisti Wijaya tersenyum salting.

"Pantes kayak orang gila," sahut Meka menyindir.

"Gue nga gila!"

Suaranya ketiga gadis di depannya seperti tikus kejepit, membuat kedua telinganya ternodai. Tio beranjak pergi, pusing dengan ketiganya.

"Udah! Sekarang kita ganti pakaian," putus Nabila, menghentikan perdebatan Ara dan Meka. Mereka pun keluar menuju loker untuk mengambil pakaian olahraga.

ELARADove le storie prendono vita. Scoprilo ora