Elara 11 : ••• Upacara •••

527 25 0
                                    

Budayakan vote dulu sebelum membaca >3

Haii!! Ini cerita pertama aku. Mungkin kalo masih banyak yang kurang dimaklumin aja karena baru pertama hehehe.

🏵️🏵️🏵️

"Kak El!!"

"WOII! EL!!"

Ara berlari, berusaha menyamai langkah singanya Lufiax. Nafasnya sudah sengal-sengal, tapi Ara tetap mengejarnya. Untungnya Ara tidak mempunyai penyakit asma. Mungkin Ara bisa kehabisan nafas gara-gara mengejar El.

"Lo patung ya?" tanya Ara kesal.

Seketika El berhenti, menoleh ke gadis itu karena tidak terima dikatakan patung. Padahal memang aslinya patung. Ara ikut berhenti lalu menunduk, merasa bersalah.

Tatapan dingin El mengarah langsung pada gadis itu, membuat gadis itu menunduk ketakutan. Senyum seringai terbit di bibir El, melihat lawan yang ketakutan.

"Kak," panggil Ara memainkan kukunya karena gugup.

"Hmm." Hanya deheman yang terdengar dari El.

"Gue suka sama lo."

"Gue nga."

"Gue nga."

Ara dan El menjawab dengan kompak. Ara sudah tahu jawabannya, makanya ia menirukan jawaban El yang pasti sama.

"Makasih atas jawabannya Tuan. Hati saya ikut senang mendengarnya," ujar Ara menatap bola mata El yang dingin.

"Tuan, akan gue tunggu. Saat lo suka sama gue."

El hanya mendengar sembari membalas tatapan sedih gadis itu. Ia maju selangkah, mendekati Ara yang terus menatapnya. "Akan gue tunggu," kata El.

Tingg!

Bel berbunyi nyaring, membuat Ara dan El langsung menatap podium yang terdapat guru. Karena hari ini, hari Senin, pastinya akan mengadakan upacara bendera seperti biasanya.

"AYO CEPAT BARISNYA! JANGAN LAMA-LAMA!" Teriakan podium itu berasal dari seorang guru pendek berkacamata, yang memegang mikrofon.

Ara menoleh kembali pada El yang ternyata sudah pergi. Bahkan suara langkah kaki El sama sekali tidak terdengar sama Ara.

"Nih anak ke mana sih?!" Nabila terus mencari sahabatnya yang menghilang. Upacara bendera segera dimulai, namun Ara mendadak menghilang.

"Kita cari di sana." Meka menunjuk koridor kelas dua belas yang sunyi.

"Itu tuh!" Meka terlihat antusias ketika melihat Ara yang hanya berdiri terdiam seperti melamun.

"WOII!" teriak Nabila yang memukul pundak Ara.

"SAKIT!" Ara memegang pundaknya lalu menatap Nabila kesal. Yang ditatap hanya cengengesan tidak jelas.

"Itu siswi yang di kelas dua belas. CEPAT BARIS!" teriak guru itu yang melihat tiga siswi masih berdiri sambil cerita di kelas dua belas.

Mendengar teriakkan guru tersebut yang menggelegar, Ara dan keduanya mencari keberadaan orang yang dimaksud guru tersebut.

"Kok malah lihat kanan kiri. CEPET BARIS!"

Ara yang menyadari jika perintah itu untuk mereka langsung menarik pergelangan tangan Meka dan Nabila. Membiarkan keduanya terseret dengan wajah yang cemberut.

🏵️🏵️🏵️

"Nyesel gue, ngikutin saran dari lo." Alfan menunjuk tepat pada El, mengungkapkan rasa kekesalannya.

ELARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang