Elara 48 : ••• Terungkap •••

510 22 0
                                    

Budayakan vote dulu sebelum membaca >3

Haii!! Ini cerita pertama aku. Mungkin kalo masih banyak yang kurang dimaklumin aja karena baru pertama hehehe.

🏵️🏵️🏵️

"Gue udah cari tau. Tapi masih sedikit yang gue dapat," ujar Kenzo menyalakan laptopnya. Ia menyimpan semua informasi yang didapatnya di laptop.

"Lo dapat bukti apa?" tanya Sani mendekati Kenzo yang sedang mengotak-atik laptopnya.

"Fruit Punch yang diminum El, ada kandungan alkohol kadar tingginya." Kenzo menatap Sani lalu El yang berada di depannya.

"Pantes, El nga sadarkan diri," sahut Alfan.

"Tapi, kenapa, El nga langsung tepar aja?" tanya Tirta, merasa aneh. Jika minuman El memiliki kandungan alkohol tinggi, kenapa El tidak langsung pingsan.

"Kandungannya tinggi, tapi dikit yang dimasukkan," kata Andra.

"Gue rasa, bukan alkohol aja. Kayaknya ada obat tidur." Sani berujar, mengeluarkan isi pikirannya.

"Bisa jadi." Nara tersenyum setuju dengan Sani.

"Gue pikir, gue pintar. Ternyata bodoh," kata El, tidak memikirkan sampai jauh. Pada saat itu, El hanya bisa terdiam seperti orang linglung.

"Terus kalau lo bodoh, kita apa?" Andra menatap El bertanya. Jika El yang pintar saja bisa bodoh, terus Andra dan yang lain apa?

Nara terkekeh melihat wajah Andra. "Goblok!"

"Heh! Kita juga sama! Di sini, yang pintar cuma El!" Andra menatap Nara yang masih tertawa tidak sadar. Kalau Nara juga sama sepertinya.

"Gue nga bodoh," ujar Sani.

"Gue juga," ikut Tirta, dilanjut Alfan dan Kenzo.

"Nga sadar diri," celetuk Andra dan Nara serentak lalu saling menyatukan tangan mereka.

Sudah dua hari, para inti Lufiax mencari bukti di rumah El tanpa sepengetahuan gadis yang mengaku hamil anak El. Mereka merencanakan ini diam-diam, karena merasa janggal dengan kehamilan tersebut.

"Gue semalam liat lo sama Ara, ngapain?" Semalam Nara tidak sengaja lewat kamar mandi yang sunyi dan sepi. Nara tidak terlalu peduli, tapi hari ini, Nara jadi penasaran.

El menatap Nara lalu menggeleng. "Ngapapa."

"Bohong. Gue liat wajah Ara kayak marah gitu," kata Nara mendesak.

El tidak menjawab, membuat Nara mendengus karena tidak mendapatkan jawaban. Padahal Nara penasaran.

Ara menarik tangan El menuju kamar mandi yang dulu Nara menguncinya. Di tempat itu sunyi dan sepi, memungkinkan mereka bisa berbicara sesuka hati, dan orang lain tidak bisa mendengarnya.

Sebenarnya El ingin menghempaskan tangan gadis berjilbab di depannya yang tiba-tiba menariknya pergi. Tapi, ia tidak tega, makanya El hanya diam saja, mengikuti gadis itu yang terus menariknya.

Ara melepaskan tangan El, memojokkan El di sudut sembari menatap sekitar. Kini, ia berhadapan kembali dengan cinta bertepuk sebelah tangannya. Dan semua tentangnya masih ada, tersimpan rapi.

"Kak! Gue nga percaya lo bisa kayak gitu!" Ara menatap El serius dengan emosi yang membuncah.

Kedua netra Ara memerah dengan kerutan alis yang begitu jelas. Ia perempuan, sesama perempuan, Ara tidak bisa diam melihat kenyataan di depan mata. Serah harus mendapatkan keadilan dan tanggung jawab dari pelaku, bukan kesedihan. Meskipun pelaku sudah punya pacar.

ELARAWhere stories live. Discover now