59. Final Battle and... Sleep

5.4K 487 168
                                    

Suara erangan khas bangun tidur terdengar mengisi penjuru kamar Jaemin. Si pelaku, Haechan merenggangkan badan nya dan menggaruk pelan pipi nya. Wajah bantal dan bengkak laki-laki itu terlihat sungguh mengenaskan.

"Udah malam," gumam Haechan ketika melihat ke luar balkon yang ternyata langit sudah begitu gelap.

Haechan turun dari tempat tidur dan bergerak menutup tirai balkon kamar Jaemin. Saat hendak berjalan keluar kamar, ia terpaku sejenak menatap salah satu hoodie hitam milik Jaemin yang menggantung di belakang pintu.

Dengan perlahan, Haechan bergerak mendekati pintu dan mengambil hoodie hitam tersebut. Ia memakai nya dengan senyuman sedih, semakin sendu senyuman nya ketika merasakan Jaemin hadir di samping nya.

"Bahkan wangi lo selalu buat gue mau nangis lagi, Na." Kekeh Haechan tercekat dan berlalu keluar dari kamar Jaemin.

Laki-laki itu terdiam melihat dan mengamati seisi mansion yang begitu sepi. Hanya terdengar suara cucian piring dari lantai bawah, tepat nya di dapur.

Haechan berjalan menelusuri mansion, menggunakan tangga spiral yang berada di tengah-tengah mansion besar tersebut.

"Baru bangun?" Tanya Mark yang baru keluar dari ruang kerja.

Haechan hanya mengangguk kecil. "Gue lapar," ujar Haechan dengan wajah malas.

Mark tersenyum tipis ketika menyadari hoodie yang di pakai oleh Haechan adalah milik Jaemin. Wangi laki-laki Na tersebut begitu halus dan membuat nyaman.

Si Abang menepuk-nepuk pelan pundak Haechan. "Makan sana. Renjun udah masak tadi." Suruh Mark tersenyum kecil.

"Lo sama yang lain?" Tanya Haechan dengan kernyitan dahi, bingung.

"Kita udah makan dari tadi," balas Mark santai.

Haechan semakin mengernyit bingung. "Kok gue gak di bangunin?!" Tanya nya nyolot.

Mark medengus pelan. "Tidur lo terlalu nyenyak. Jeno sampai 5 jam nungguin lo bangun. Lo tidur dari siang sampe malam gini. Jeno juga makan di kamar Jaemin sambil nungguin lo bangun." Ujar Mark malas.

Haechan terdiam. Pandangan nya yang tadi bingung berubah menjadi sendu. "Jeno nungguin gue?" Tanya nya sedih.

Mark tersenyum lembut dan menarik Haechan untuk ia peluk. Menepuk-nepuk pelan punggung si Aa yang terlihat begitu turun dan lesu.

"Gue tahu lo yang paling gak terima sama keadaan ini. Lo yang paling gak mau kalau Jaemin pergi tapi, Chan..." Mark menjeda sejenak. "Kita yang jahat kalau maksa Jaemin tetap hadir di dunia yang telah membenci dia. Kasihan, Chan. Jaemin udah sakit sendirian selama ini."

Mark merasakan bahu nya basah, Haechan menangis secara diam.

"Lo boleh marah sama kami, Chan. Gapapa, kita semua paham. Jaemin tetap nomor 1 di pengaruh hidup lo. Kita akan selalu ada untuk lo, di belakang lo. Haechan, lo bisa lari ke kita kalau udah gak kuat sedih sendirian." Ujar Mark begitu halus, merasuki relung hati Haechan.

Haechan hanya bisa terdiam dengan air mata yang mengalir. Menyadari bahwa selama ini, bukan hanya dia saja yang tersika. 5 orang lain nya juga tak kalah tersiksa.

"Jangan sendirian lagi ya, Chan? Lo masih punya 5 monyet yang bakal selalu ada untuk lo."

Haechan tertawa sumbang. "Lawakan lo selalu gagal sialan," rutuk Haechan teredam.

Mark terkekeh ringan. "Kalau lo udah maki-maki gue, tanda nya lo waras."

Haechan mendengus malas. Tangan nya bergerak untuk menepuk-nepuk punggung Mark yang memeluk nya.

[i] 7D² (Dream & Death) || NCT DREAMWhere stories live. Discover now