4. How Renjun Plays his Cards

4.7K 472 28
                                    

Panorama Club.

Jisung memasuki club yang masih terlihat sepi. Wajar saja, siapa yang mau berkunjung ke club jika tidak ingin diringkus polisi saat masih jam 8 malam. Jisung merapatkan jaket kulit nya dan menghampiri salah satu bartender yang juga berperan sebagai teman satu kelas nya.

"Lo mau minum atau informasi?" Tanya Heeseung yang masih fokus meracik minuman.

"Gue gak mau digampar sama Kak Nana," balas Jisung.

Saat ini hanya mereka berdua yang berada di club, jadi Jisung tidak perlu merasa waspada akan sekitar nya.

"Gue anggap itu pilihan yang ke dua," Heeseung berbalik badan dan berdiri dihadapan Jisung yang menatapnya dengan tajam. "Apa yang lo butuhkan?"

"Kasus lelang, dimana acara itu bakal dilaksanakan?"

Heeseung terlihat berpikir. "Soal itu, gue gak bisa pastikan karena ada 2 tempat yang bakal jadi sasaran acara tersebut."

Jisung menghela berat. Sangat jarang Heeseung sulit mendapatkan informasi yang dibutuhkan nya. Lawan nya kali ini memang tidak main-main. Heeseung adalah tangan kanan Jisung yang selalu dengan mudah mendapatkan informasi karena tingkat kejelian nya sangat akurat.

"Dimana tempat nya?"

"Sky Road Hotel dan Rome Palace,"

Jisung mengernyit. 2 tempat yang disebutkan Heeseung adalah bangunan elit yang berada dibawah naungan pemerintah.

"Gue tahu lo mulai suudzon sama pemerintah karena gue juga mikir gitu. Tapi enggak, ini gak ada sangkut pautnya sama pemerintah. 1 minggu yang lalu, 2 aset ini beralih kepemilikan dan pemerintah lepas tangan sama 2 aset ini." Jelas Heeseung.

"Namkoong Min?" Tebak Jisung dan Heeseung menggeleng.

"Namkoong Min cuma sebagai penyelenggara jamuan mewah itu. Siapa yang merebut 2 aset itu dari pemerintah, gue gak tau sama sekali,"

Jisung mengerti. 2 aset yang di sebut Heeseung bukan aset sembarangan. 2 aset tersebut bisa mendatangkan profit yang begitu besar untuk pemasukan negara. Pasti orang ini memiliki kekuasaan yang seimbang dengan pemerintah sehingga dapat merebut aset mewah tersebut.

"Lo harus punya undangan kalau mau menyusup ke acara itu," ujar Heeseung membuyarkan lamunan Jisung.

"Lah anjir gimana gue bisa dapat?"

"Malam ini, salah satu tamu private acara itu akan datang ke club ini. Biasanya dia disini untuk minum dan bermain jalang sampai pukul 3 pagi. Rambut nya coklat tua dan perawakan nya khas orang Amerika. Namanya Pablo, dia pengusaha beer terkenal di benua Eropa," jelas Heeseung.

Jisung tersenyum sinis. Sekarang ia mengerti kenapa Mark menyuruhnya untuk memberi kabar kepada Renjun. Baiklah, Jisung akan mengikuti cara Renjun bermain.

"Oke. Gue udah paham, bayaran nya bisa lo ambil ke mansion besok pagi. Jaga diri lo karena gue gak yakin bisa menjamin lo untuk selamat selamanya," Jisung menjabat tangan Heeseung.

Heeseung tertawa kecil. "Udah jadi keputusan gue semenjak gue memutuskan untuk ikut dalam dunia lo," balas Heeseung.

💎

Renjun baru saja akan tidur jika dering ponsel nya tidak menahan niat nya. Dengan ogah-ogahan, is mengangkat panggilan dari Jisung.

"Udah dapat? Apa yang harus gue lakuin?"

"Gege datang aja ke club biasa. Aku nunggu di pintu masuk nya,"

Renjun mematikan ponsel nya dan langsung menyambar hoodie hitam kesayangan nya. Ketika di luar kamar, ia mengernyit heran melihat Jaemin yang duduk di ruang keluarga dengan laptop nya.

[i] 7D² (Dream & Death) || NCT DREAMWhere stories live. Discover now