57. Tidurmu Begitu Nyenyak, Adikku...

4.4K 457 250
                                    

"Ada apa ini?" Tanya Mark memecah perhatian beberapa orang yang berdiri depan pintu kamar Jaemin. Ia baru saja datang bersama Haechan di samping nya.

"Abang," panggil Renjun mendekati Mark yang kebingungan. "Mereka dari pemerintahan." Bisik nya kecil tepat di telinga Mark.

Wajah Mark langsung memerah dengan kedua tangan terkepal kuat. Ia melayangkan tatapan tajam dan raut datar yang menggambarkan bahwa... ia tidak suka.

"Saya tidak akan pernah mencabut seluruh alat kesehatan yang di pakai oleh Na Jaemin." Tekan Mark dengan nada tegas. "Saya harap telinga kalian berfungsi dengan baik untuk mendengar penekanan ini."

"Mark Lee," panggil Lee Dong-Wook yang merupakan perdana menteri kesehatan. "Ini sudah hampir 1 bulan dan tidak baik anda memaksa Na Jaemin untuk tetap hidup."

"Na Jaemin akan tetap hidup. Dia tidak pernah pergi!" Tekan Mark dengan nada tertahan. "Tidak ada yang boleh mencabut penunjang kehidupan dan ventilator. Berapa lagi biaya yang di butuhkan? Saya akan membayar tunai untuk jangka panjang."

Lee Dong-Wook menghela napas panjang. Sudah berulang kali ia datang untuk menemui Mark dan membahas hal sensitif ini bersama Mark Lee namun, jawaban Mark selalu sama sehingga Lee Dong-Wook mulai muak.

"Ini bukan masalah biaya, Mark. Saya tahu anda lebih dari kata mampu. Tapi, anda tidak bisa menyimpan mayat hanya un..."

"SIAPA YANG LO BILANG MAYAT?!" Teriak Haechan dengan urat-urat menonjol di sekitar leher. "NA JAEMIN MASIH HIDUP! TUTUP MULUT SIALAN LO SEBELUM GUE YANG BUAT LO TUTUP USIA!" Sarkas Haechan dengan emosi yang meningkat.

"Chan. Sabar," ujar Jeno menahan tubuh Haechan yang ingin mendekati Lee Dong-Wook.

"Tidak bisakah kalian membuka pikiran dan mata untuk melihat tubuh Na Jaemin yang sudah hancur?!" Bentak Lee Dong-Wook terpancing emosi. "Napas nya masih ada, detak jantung nya memang masih terdeteksi namun cabang otak nya telah mati. Pusat kehidupan nya telah mati. Dia tidak pernah bisa kembali."

"DIA BAKAL BALIK ANJING! LO BENERAN PERLU MATI DI TANGAN GUE YA SIALAN!" Seloroh Haechan menggebu-gebu dan memberontak di cekalan Jeno beserta Chenle.

"Anda tidak bisa membahas hal sensitif ini karena jawaban saya selalu sama..." Mark berbicara untuk menarik atensi Lee Dong-Wook. "Tidak ada pencabutan alat penunjang kehidupan Na Jaemin." Sarkas Mark dengan penuh penekanan.

Lee Dong-Wook mengerang frustasi. "Secara medis dan hukum Na Jaemin telah mati, Mark. Tidak ada yang bisa mengembalikan kondisi Na Jaemin seperti semula." Ujarnya berusaha sabar.

"Tetapi secara agama Na Jaemin belum mati. Anda tentu tahu bahwa hukum menghilangkan nyawa ketika jantung masih berdetak adalah suatu dosa besar." Balas Mark dengan nada dingin. "Saya percaya Tuhan selalu mendengar seluruh doa saya."

"Astaga! Kenapa aku harus menghadapi bocah-bocah sinting ini?!" Jerit Lee Dong-Wook merasa frustasi. "Yoon Jaehyuk. Berikan berkas itu." Pinta Lee Dong-Wook kepada asisten nya yang sedari tadi memperhatikan.

Yoon Jaehyuk membuka tas dan mengeluarkan map hitam, memberikan map tersebut kepada Mark.

"Apalagi ini?" Tanya Mark jengah sambil mengangkat map hitam tersebut.

"Surat resmi pencabutan alat penunjang kehidupan Na Jaemin." Jawab Lee Dong-Wook dingin.

Mark meremat kuat map tersebut hingga lecek. Tatapan mata nya semakin tajam dengan napas yang tak beraturan.

"SUDAH BERULANG KALI SAYA KATAKAN. TIDAK ADA PENCABUTAN ALAT TERSEBUT! TIDAK AKAN TERJADI." Teriak Mark menggelegar.

Haechan yang melihat map hitam tersebut semakin memberontak kuat hingga cekalan Jeno dan Chenle terlepas. Dengan amarah yang membuncah, ia menghampiri Lee Dong-Wook dan melayangkan bogeman tepat ke wajah pria tersebut hingga terjatuh.

[i] 7D² (Dream & Death) || NCT DREAMWhere stories live. Discover now