25. Ayo... Kita Istirahat Sejenak

4K 414 58
                                    

Jaemin hanya diam memandangi wajah Haechan yang sedang tertidur pulas. Sedari Haechan pingsan dan di bawa ke rumah sakit, laki-laki itu tidak meninggalkan Haechan sama sekali. Ia tetap duduk di kursi sambil memandang sendu wajah Haechan.

"Sehat-sehat ya anak baik. Gapapa, gue bakal tetap ada untuk lo," gumam Jaemin dengan senyuman tipis.

Mendengar berita yang di sampaikan Jisung beberapa jam yang lalu membuat Jaemin mati-matian menahan gejolak dalam diri nya.

Ceklek..

"Dia masih belum sadar?" Tanya Mark yang baru saja masuk di ikuti saudara nya yang lain.

Jaemin terdiam menatap raut wajah mereka satu per satu, terlebih mata Mark yang bengkak dan hidung Chenle yang merah. Ah... ternyata mereka juga merasakan hal yang sedari tadi Jaemin tahan.

"Dia lagi capek. Butuh istirahat," jawab Jaemin singkat.

Jeno berjalan mendekati Haechan dan duduk di kursi yang bersebrangan dengan Jaemin.

Tangan berurat milik Jeno bergerak mengusap rambut Haechan. "Kalau udah bangun, kita jenguk Ibu lo, ya? Rumah nya cantik banget.. gue yang hias loh.." ujar Jeno seraya menarik napas pelan.

"Gimana sama me..."

"Bukan urusan kita lagi," Renjun menyela ucapan Jaemin. "Itu tergantung pengadilan dan Om Minho yang bakal turun tangan." Lanjut nya.

"Semua bukti udah aku keluarin. Begitu juga dengan bukti kasus perusahaan Zhong Han Liang," timpal Chenle.

"Lo gapapa?" Tanya Jisung yang berdiri di samping Chenle.

Chenle hanya tertawa kecil. "Mau gue bilang gapapa juga kayaknya gue bohong." Ia menarik napas berat. "Tapi gue gak bisa biarin mereka semakin berdosa. Setidaknya, gue harus mutus semuanya biar dosa mereka gak makin banyak. Ck... gak cukup apa dulu mau bunuh gue tapi gak bisa-bisa," gerutu Chenle dengan raut wajah keruh.

Mereka tertawa tipis. Sedikit berusaha untuk menghibur perasaan masing-masing. Tawa mereka terhenti ketika mendengar rintihan lirih dari pasien yang perlahan membuka mata nya.

"Anjir.. masih hidup," cetus Renjun dengan wajah syok.

"Bacot anjing." Maki Haechan sangat lirih.

"Lo sakit ya sakit aja anjir. Baru sadar gak usah banyak tingkah!" Omel Jaemin sambil membantu Haechan melepas masker oksigen. "Ada yang sakit gak?"

"Kepala.." jawab Haechan pelan.

Jeno yang perhatian segera memijat lembut kepala Haechan. "Udah enakan?" Tanya Jeno.

Haechan berdehem pelan. Pandangan nya yang masih kabur menatap satu persatu wajah saudara nya, lantas ia tersenyum tipis.

"Makasih semuanya," ujar Haechan.

"Untuk apa?" Tanya Mark.

"Untuk segala nya. Pokoknya makasih.." balas Haechan malas. Ia terlalu gengsi untuk mengungkap kan rasa sayang dan terimakasih nya.

"Lo kayak pamitan mau mati," ujar Renjun geleng-geleng kepala.

"Njun. Biar gue aja yang ngeselin dan gangguin lo, jangan tukar peran gini, deh.." balas Haechan kesal.

Renjun tertawa ringan. "Gak peduli! Siapa suruh gangguin gue terus? Ini namanya karma kalau lo mau tahu." Ledek Renjun mendekati Haechan. Tangan Renjun bergerak menuju kepala Haechan.

"Jangan cekik gue,"

Renjun mendengus kesal dan mengusap lembut rambut Haechan. "Sembuh dulu, baru gue cekik." Balas Renjun sadis.

[i] 7D² (Dream & Death) || NCT DREAMWhere stories live. Discover now