24. Kami yang Patah dan Hancur

3.8K 421 34
                                    

Evakuasi mengeluarkan Mark dari sumur sedalam 7 meter cukup memakan waktu yang lama. Tepat setelah kepala Mark terlihat, Renjun dan Jeno segera menarik keluar tubuh Mark yang kotor dan basah kuyup.

"Lo kalau mau mandi ya di mansion, Bang. Mansion kita gak kekurangan air kok," omel Renjun dengan wajah datar.

Mark terkekeh ringan lalu mengangkat buntalan yang di bungkus oleh jas nya. Dengan hati-hati, Mark membuka bungkusan tersebut dan...

"ABANG?! LO DAPAT INI DARI MANA, BANG?!" Teriak Jaemin histeris.

Kehebohan mulai terjadi melihat tulang-tulang yang di bawa oleh Mark. Om Minho berjalan mendekat dan menyentuh salah satu tulang dengan pandangan meneliti.

"Tulang manusia," gumam Om Minho yang membuat kericuhan semakin menjadi.

"Sumur ini.." Mark menatap Om Minho dengan pandangan serius. "Aku yang ambil alih."

Om Minho mengangguk paham. "Biar Om yang bawa tulang-tulang ini ke forensik,"

"Silahkan. Aku minta hasil secepat nya bisa?" Tanya Mark.

"Tergantung. Tulang-tulang ini mulai terlihat keropos karena terlalu lama terpendam di air. Akan kami usahakan," jawab Om Minho. "Apa masih ada yang tersisa disana?"

"Aku gak tahu. Terlalu minim cahaya dan kemungkinan, masih ada tulang-tulang lain di dalam sana," ujar Mark.

"Lo kenapa senekat ini sih, Bang?" Tanya Jeno dengan raut tak percaya.

Mark mendengus. "Nama nya juga kepo," balas Mark santai.

"Kenapa Abang bisa tahu ada tulang-tulang ini?" Tanya Jisung dengan wajah bergidik ngeri. Melihat tulang manusia di hadapan nya cukup membuat Jisung menahan diri untuk tidak muntah, bahkan Chenle saja sudah terpaku saking ngeri nya.

"Gue curiga sedari awal datang kesini. Seolah-olah ada yang nahan gue dan maksa gue untuk masuk." Mark mengalihkan pandangan nya kepada tumpukan batu-bata di samping sumur. "Gue coba tes apa yang ada di dalam sumur itu dan ternyata isinya air. Akhirnya gue yakin untuk coba nyemplung dan yah... ketemu ini,"

Chenle menarik napas panjang. "Kenapa Abang seyakin ini sih untuk nyemplung? Kalau gak ada yang tahu gimana?"

"Karena gue punya rasa percaya." Jawab Mark sambil tersenyum memandangi adik-adik nya. "Gue percaya kalian bakal datang untuk cari gue," lanjut nya.

"Kalau Abang gak jorok, pasti udah gue peluk," dumel Jaemin dengan wajah sebal.

Mark terkekeh pelan dan mengusak kepala adik nya satu persatu. Pandangan Mark terpaku kepada Zhong Chuxi yang menatap sumur tua di belakang nya. Dengan langkah pelan, Mark menghampiri nya dan berdiri tepat di hadapan nya.

"Ini alasan kenapa Ju Ji-Hoon tidak ingin radar ilusi optik 3D menyentuh area ini," gumam Zhong Chuxi dengan pandangan kosong.

"Apa Ju Ji-Hoon memberi tahu sesuatu?" Mark bertanya dengan nada pelan, tidak ingin membuat Zhong Chuxi semakin syok.

Zhong Chuxi menggeleng pelan. "Bahkan aku baru tahu jika ada sumur di area ini sekitar 2 bulan yang lalu." Jawab nya.

"Apa..."

"MARK!" Teriakan dari arah parkiran membuat Mark mengalihkan pandangan nya.

"Hyunsuk? Kenapa?" Tanya Mark dengan nada bingung di ikuti adik-adik nya yang menatap heran.

Napas Hyunsuk terengah-engah dengan wajah penuh ketakutan. "Haechan..."

💎

2 jam yang lalu sebelum tim Mark di Rumah Bordil.

[i] 7D² (Dream & Death) || NCT DREAMWhere stories live. Discover now