23. Mulai dan Akhiri Eksekusi

3.4K 385 17
                                    

Jisung bersenandung kecil menuju cafetaria rumah sakit. Pagi ini terasa cukup dingin mengingat hujan sisa semalam yang masih turun membasahi bumi. Setidaknya, Jisung butuh kopi untuk menghangatkan tubuh nya.

Mata sipit Jisung membulat ketika mendapati eksistensi orang yang di kenal nya.

"Loh? Tumben kalian kesini?" Tanya Jisung dengan nada bingung.

"Kalau bukan di seret Abang, gue juga gak mau. Mending molor di rumah sampai siang," ujar Jaemin kesal.

Mark mendengus malas. "Siapa suruh begadang nungguin martabak?"

"Ya kan gue lapar!" Bela Jaemin dengan nada nyolot.

"Gege sama Mas juga ikut?" Tanya Jisung.

"Mereka di parkiran. Bentar lagi kesini kayaknya," jawab Chenle seraya memandangi perawat dan dokter yang berlarian di lorong rumah sakit.

"Itu Gege sama Mas," tunjuk Jisung ke arah pintu rumah sakit.

"Udah lo kunci mobil nya?" Tanya Mark memastikan.

"Udah.." balas Renjun dengan wajah bantal nya, kentara sekali laki-laki itu kurang tidur.

"Yaudah ayo ke..."

"TANTE YOONA!" Teriak Mark memanggil Yoona yang akan menaiki lift.

"Mark? Syukurlah.." lirih Tante Yoona menghampiri mereka dengan wajah panik.

"Kenapa, Tante?" Tanya Jeno heran.

"Haechan... dia kambuh."

Tanpa aba-aba, 6 laki-laki itu berlari menggunakan tangga darurat untuk menuju kamar Haechan di lantai 8.

"SIALAN, JISUNG! LO BARUSAN NINGGALIN AA, KAN?" Teriak Chenle di sela lari nya.

"GUE BAHKAN IZIN SAMA DIA UNTUK TURUN BELI KOPI!" Balas Jisung juga berteriak.

Tepat di hadapan kamar VVIP dengan pintu yang terbuka, telah ramai dokter dan perawat yang menahan tubuh Haechan.

"LEE HAECHAN!" Jaemin menerobos masuk dan menahan pisau yang sedari tadi di tahan-tahan oleh petugas. "SADAR HAECHAN! SADAR!" Teriak Jaemin menahan tangan kanan Haechan yang akan mengiris nadi di tangan kiri nya.

"Bajingan itu... dia bunuh Ibu.."

"Bajingan itu... mengambil Ibuku."

"Lee Haechan! Tolong.. jangan kayak gini," lirih Jaemin membawa Wajah Haechan untuk menatap diri nya. "Lihat gue! Lihat ke arah gue."

Tubuh Haechan yang sedari tadi memberontak perlahan mulai tenang, laki-laki itu tepat menatap mata Jaemin.

"Lee Haechan anak yang baik. Lee Haechan gak boleh melukai diri sendiri. Masa mau sakit nya semakin menjadi?" Tanya Jaemin dengan nada lembut sambil menghapus air mata yang mengalir di pipi Haechan.

"Ibu... pergi.." lirih Haechan yang kembali memberontak ingin mengiris nadi nya. "Mau.. Ibu.."

"BIUS DIA CEPAT!" Teriak Jaemin membuat dokter langsung menyuntikkan bius lewat infus.

"Ibu..." gumam Haechan dengan pandangan kosong.

"Ju Ji-Hoon... mati.." mata Haechan mulai tertutup, bius itu mulai bekerja sehingga Haechan langsung tertidur pulas.

Jaemin seketika mengambil pisau yang terjatuh di lantai. Laki-laki itu merasa sangat ketakutan hingga tak sanggup menopang kedua kaki nya untuk berdiri tegak.

"Kak Nana!" Seru Chenle menahan tubuh Jaemin yang merosot ke lantai.

Jaemin terpaku memperhatikan wajah damai Haechan yang tidur. Sorot mata itu, ketika menatap nya terasa sangat kosong namun penuh akan dendam.

[i] 7D² (Dream & Death) || NCT DREAMМесто, где живут истории. Откройте их для себя