48. Terra Aeterna, Tahun 1850

3.6K 433 455
                                    

Seorang bodyguard memasuki ruang bawah tanah yang menjadi rumah hunian seorang tawanan selama 1 bulan penuh.

Ia membuka pintu besi dan bunyi besi yang bergesekan dengan semen terdengar sangat memekikkan telinga.

"Kau ha..." ucapan nya terhenti ketika tak mendapati sang tawanan ada di dalam ruangan.

Mata bodyguard itu mulai mengedar panik dan menelusuri ruangan ukuran 2×2 tersebut. Keringat dingin mulai mengalir ketika melihat jeruji jendela yang patah dan berhasil di rusak.

"Sial!" Maki nya tertahan dan mengeluarkan walkie talkie. "Kalian yang disana!"

"Kami mendengar."

"Na Jaemin berhasil kabur." Tekan si bodyguard dan mematikan walkie talkie. "Dia benar-benar anak yang luar biasa," decak si bodyguard dan berlari pergi meninggalkan ruang bawah tanah yang menjadi rumah tahanan Na Jaemin.

Setelah 2 bulan lalu Jaemin berhasil kabur dari rumah sederhana di Roma. Namkoong Min melakukan pencarian besar-besaran selama 2 minggu dan Jaemin berhasil di tangkap. Jaemin berakhir di sekap di ruang bawah tanah untuk mencegah pelarian nya lagi. Selama 1 bulan penuh, siksaan nya semakin menyakitkan bahkan terhitung dengan jari berapa kali ia di beri makan.

Namun hebat nya, Na Jaemin masih bisa kabur dari cekalan Namkoong Min.

💎

"Le, berhenti dulu," tegur Mark melihat Chenle yang serius berkutat dengan laptop di hadapan nya.

"Gak bisa, sebelum Na Jaemin terlacak." Jawab Chenle datar.

Mark menghela napas panjang. Chenle benar-benar niat denga ucapan nya yang akan mencari Jaemin sampai dapat, ia terlihat sangat berambisi untuk mendapatkan Jaemin.

"Segitu niat nya lo mau bunuh Jaemin?" Tanya Mark pasrah.

Chenle mengangguk singkat. "Abang tahu sendiri aku kayak mana." Balas nya dan menatap Mark sekilas. "Dia memang Kakak aku, tapi itu dulu."

"Lo puas kalau dia udah mati di tangan lo?"

Pertanyaan Mark berhasil mengalihkan perhatian Chenle. Ia berhenti menatap laptop dan menjatuhkan seluruh atensi nya kepada Mark.

"Lo puas?" Tanya Mark lagi.

Chenle terdiam. Ia menatap Mark dengan tatapan kosong yang membuat Mark bergidik ngeri. Seperti sedang di tatapi oleh hantu yang siap membuat jantung Mark jatuh saking terkejut nya.

"Gue tahu lo marah besar karena semua yang telah terjadi, sama, gue juga marah. Gue kecewa, kita semua kecewa. Gue juga mau bunuh Jaemin karena saking kecewa nya tapi, Le..." Mark menjeda kalimat nya. "Itu semua gak akan merubah apa-apa."

Jika tidak di sadarkan seperti ini, Chenle akan terus menyimpan dendam yang semakin hari semakin besar kepada Jaemin dan Mark takut... akan ada penyesalan di ujung nanti.

"Jaemin yang pengkhianat itu udah kejadian lama. Itu udah kejadian yang lalu dan kita gak bisa merubah masa lalu, marah sewajarnya, Le. Dendam lo terlalu membutakan segala nya," ujar Mark pelan.

Selama 3 bulan ini, Mark berhasil menyadari sesuatu. Jaemin punya alasan. Alasan yang mungkin Jaemin sendiri tidak ingin melakukan nya, yang perlu di cari adalah alasan laki-laki itu, baru keputusan akhir bisa di tetapkan.

"Lo gak ingat siapa yang selalu peluk lo kalau lagi capek?" Tanya Mark lagi.

"Kalian ber-lima."

"Ber-enam, Chenle." Ralat Mark tegas. "Jaemin juga masih bagian dari kita, terlepas dari semua yang udah terjadi." Lanjut nya.

[i] 7D² (Dream & Death) || NCT DREAMOù les histoires vivent. Découvrez maintenant