9. Haechan and his Nightmares

4.7K 439 18
                                    

"Mau bercerita anak ganteng?" Tanya Tante Yoona sambil tersenyum lembut menatap Haechan yang berbaring rilex diatas kasur.

"Aku bertemu Ju Haknyeon. Dia anak pertama Ju Ji-hoon dan Kim Hyo-yeon. Seperti yang tante tahu, aku anak haram Ji-hoon sama sekretarisnya yang berperan sebagai Ibu kandung ku," jelas Haechan dengan pandangan menerawang ke plafon rumah.

"Lalu?" Yoona mengelus rambut Haechan guna menenangkan laki-laki itu.

"Aku gak bisa nahan diri sendiri waktu lihat mata Haknyeon. Semuanya langsung bercampur dan yang aku ingat cuma Ibu. Ibu yang sampai sekarang gak pernah aku kenal dan gak pernah aku tahu namanya,"

"Aku marah. Aku muak. Aku mau bunuh dia tapi aku gak bisa karena teringat janji sama Mark untuk gak bunuh siapapun. Tapi aku sadar, tatapan Haknyeon seolah-olah bilang kalau dia sayang sama aku," Haechan menghela napas pelan.

"Masih sering bermimpi buruk?"

Haechan terdiam lama. Ingatan nya kembali memutar kapan terakhir kali ia mengalami mimpi yang terus berulang dan membuat nya teriak kesakitan.

Dengan lirih Haechan berkata, "bahkan aku lupa gimana caranya tidur nyenyak saking seringnya mimpi itu datang."

Tante Yoona mengangguk paham. "Kamu mau istirahat disini dulu? Tante panggilkan saudara-saudara kamu," ujarnya dan dijawab anggukan oleh Haechan.

Wanita yang berprofesi sebagai psikiater pribadi Haechan itu melangkah keluar ruangan dan mendapati 6 saudara Haechan sedang menatap dirinya.

"Kalian bisa temui Haechan. Temani dia," Tante Yoona beralih kepada Mark. "Tante mau bicara sama kakak tertua kalian dulu,"

Mereka mengangguk paham dan memasuki ruangan, meninggalkan Mark yang menatap Tante Yoona dengan pandangan sendu.

Mark mendengar nya, mereka semua mendengarnya. Ruangan yang ditempati Haechan dan Tante Yoona tadi memang tidak kedap suara sehingga mereka bisa mendengar semua cerita Haechan.

"Sudah Tante bilang bukan? Berhenti dari pekerjaan yang hanya membuat dia semakin tertekan dengan jiwa lainnya," ujar Tante Yoona menghela napas lelah.

"Aku udah berusaha, Tante. Tapi gak semudah itu," balas Mark keukeh.

"Kalau begitu tidak ada gunanya kamu mengobati dia sedangkan yang membuat dia sakit masih terus dilakukan. Sadar Mark, dia mau hidup bebas seperti kalian tanpa dipandang sebagai anak penyakit mental," kelakar Tante Yoona.

Mark tepekur lama. Matanya memandang Haechan yang tertawa bersama saudara-saudranya. Dari jendela, Mark bisa melihat gurat lelah wajah Haechan yang masih bisa tertawa dengan riang nya. Bahkan Mark bisa mendengar seberapa bahagia nya ia tertawa.

"Dia terus bermimpi buruk, Mark. Mimpi itu benar-benar menyiksa nya di tambah dengan pekerjaan yang kalian lakukan. Tidak ada gunanya pengobatan terapi dilakukan Mark," Tante Yoona menarik napas gusar. "Secara tidak langsung, kalian membunuh nya perlahan-lahan, Mark. Beruntung karena kali ini Haechan tidak separah saat 5 bulan lalu,"

Mark semakin frustasi. Ia menarik napas panjang yang terkesan gusar. Kalau saja 5 bulan yang lalu Tante Yoona tidak menolong Haechan dan mengetahui semua rahasia mereka, Haechan mungkin sudah dinyatakan gila.

"Aku bakal cari jalan keluarnya, Tante," putus Mark pada akhirnya.

"Tante harap kamu bisa mengambil keputusan dengan tepat kalau memang kamu menyayangi Haechan," Tante Yoona beralih pergi dan meninggalkan Mark yang mematung sendirian.

Setelah beberapa saat menguasai dirinya, Mark mengeluarkan ponsel nya dan menelpon Hyunsuk.

"Usut latar belakang perusahaan Ju Ji-hoon. Semua data karyawan dan staf yang bekerja 17 tahun yang lalu. Bekerja sama dengan Heeseung, gue tunggu semuanya dalam waktu 2 hari ini," lalu Mark langsung mematikan telpon nya.

[i] 7D² (Dream & Death) || NCT DREAMWhere stories live. Discover now