7. Eksekusi 2

3.7K 424 19
                                    

"Tahan, Lee. Please tahan diri lo," lirih Renjun menahan suara nya yang bergetar. "Jangan sekarang.."

Haechan termangu sesaat. Lalu pelukan ringan di punggung nya membuat Haechan tersadar, apalagi ketika mendengar Chenle terisak di punggung nya.

"Aa.. jangan kayak gini.." lirih Chenle menahan tangisnya.

Haechan terdiam. Ia menatap tangan nya yang penuh darah dan juga hoodie nya yang terciprat darah, lantas laki-laki itu menatap Renjun. "Maaf," ungkap nya dengan binar mata yang begitu polos.

Renjun tersenyum kecil. "Gapapa. Sekarang kita fokus ya?" Renjun mengambil sapu tangan yang selalu ia bawa kemana-mana.

Renjun mengelap darah-darah yang terciprat di wajah dan tangan Haechan. Dengan perasaan sedih tak terkira, ia menghapus noda darah di hoodie Haechan.

"Le. Lepasin dulu atuh," ujar Haechan ketika merasa Chenle masih memeluknya.

Chenle melepaskan pelukan nya, dengan wajah sembab ia menatap Haechan. Haechan terkekeh ringan dan menahan diri untuk tidak mengusak kepala Chenle, ia tak ingin darah mengotori kepala adiknya.

"Maafin Aa, ya?" Tanya Haechan dan Chenle mengangguk.

Sudah biasa melihat Haechan dengan darah para korban nya, namun mereka tak terbiasa melihat Haechan yang kehilangan akal nya saat tertawa dan memainkan darah. Terasa palu godam menghancurkan hati mereka melihat Haechan yang kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

"Sekarang lo masuk ke troli ini dulu, nanti lo bisa menyusup ke tempat duduk diantara tamu undangan," ujar Renjun menjelaskan dan Haechan mengangguk ringan.

Haechan memasuki troli makanan dan terkikik kecil ketika troli berjalan. "Seru banget. Kayak main prosotan gue," ujarnya pelan.

"Iya gapapa. Suka hati Aa aja, besok kita main perosotan. Aku ajak Aa main sampai puas," ujar Jisung di sebrang sana, mendengar Haechan terkikik polos membuat Jisung tersenyum sedih.

Renjun dan Chenle membuka pintu besar dihadapan mereka. Ballroom sudah penuh dengan tamu undangan yang tertawa menggelegar. Tawa yang menyiratkan akan kesombongan dan matinya hati nurani.

Renjun dan Chenle berjalan menuju meja makanan besar yang diatasnya sudah tersaji berbagai macam jenis makanan.

"Chan. Sekarang lo bisa ngumpet dan menyusup!" Jaemin mengarahkan pergerakan dan Haechan segera keluar dari troli lalu masuk ke kolong meja.

Haechan sedikit mengintip dari dalam kolong meja. Ketika dirasa semua tamu undangan sibuk sendiri, Haechan langsung keluar dan menyusup diantara bangku-bangku, lalu pemuda itu duduk di kursi pojok paling belakang.

"Acarnya dimulai beberapa menit lagi. Renjun dan Chenle bisa keluar sekarang," ujar Jaemin.

Melihat Haechan yang sudah aman di posisi nya, barulah Renjun dan Chenle bergegas keluar dan turun melalui pintu darurat ke lantai 47. Kini saatnya mereka menjalankan tugasnya.

Renjun dan Chenle berhenti tepat di koridor hotel lantai 47. Diujung belokan, mereka mendengar suara tawa bersahut-sahutan. Sontak mereka bersembunyi di belakang pot bunga besar.

"Kita akan mendapat keuntungan dari hasil ekspor ini!"

"Bos memang benar-benar cerdas dalam menjalankan bisnis tak terduga seperti ini."

"Menyenangkan rasanya melihat para perempuan yang akan diekspor nanti. Untungnya kita sudah mencicipi tubuh mereka, sangat ahli layaknya pelacur sejati!"

"Hey.. kau tak mencoba para bocah laki-laki itu? Hole mereka sangat sempit dan aku sangat puas dengan mereka,"

"HAHAHA DASAR PEDOFIL GILA!"

[i] 7D² (Dream & Death) || NCT DREAMWhere stories live. Discover now