28. Identity

3.8K 405 119
                                    

"Ini udah 5 hari tapi lo betah banget tidur nya," gerutu Chenle memainkan ujung selimut Jisung.

"Lo gak capek tidur mulu? Gak encok pinggang lo?"

"Ayo bangun dong. Gue jadi orang gila karena sering ngomong sendiri kalau sama lo,"

Chenle menatap lamat wajah pucat Jisung. Sudah hampir mendekati seminggu tapi Jisung tidak juga bangun, kondisi nya tetap sama tanpa ada perubahan sama sekali. Setidaknya, Chenle bersyukur karena kondisi Jisung tidak menurun.

Chenle menidurkan kepala nya di brankar, menghadap langsung ke arah Jisung. "Keadaan kacau tahu," ia menarik napas panjang. "Gege jadi sering ngomel, lo tahu cerewet nya dia kayak mana kalau hari biasanya, kan? Ini makin cerewet kubik sampai-sampai Abang sama Mas langsung lari kalau ketemu Gege."

Jari Chenle bergerak abstrak di ujung selimut Jisung. "Aa yang biasanya kayak monyet begajulan malah jadi sering diam kayak sariawan. Dia cuma duduk di sofa terus melamun, beneran ngeri tahu, gak? Mas aja sampai jaga jarak sama Aa karena takut ketularan kerasukan,"

Laki-laki dengan nama panggilan yang mirip salah satu jenis ikan tersebut menarik napas pelan. "Yang paling ngeri nya.." Chenle menjeda sejenak. "Kak Nana beneran berubah. Total banget."

"Dia jadi sering merokok. Lo bayangin aja Kak Nana yang gak pernah nyentuh rokok sama sekali dan kali ini dia merokok coy. Dia juga jadi sering minum Americano nya yang pahit banget itu anjir." Keluh Chenle geleng-geleng kepala. "Biasanya kalau di larang Abang sama Gege, Kak Nana pasti nurut. Kali ini enggak, Ji. Lo beneran buat Kak Nana frustasi."

Chenle menghela napas. "Cuma Abang sama Mas yang sampai saat ini masih tetap sama."

Dalam ruang rawat tersebut, hanya suara Chenle yang bergema di iringi suara mesin EKG yang seolah menjawab semua cerita Chenle.

Chenle kembali menarik napas pelan. Entahlah, dirinya tidak tahu sudah berapa kali menarik dan membuang napas malas. Ia terlalu frustasi seperti memiliki banyak beban hidup.

"Bahkan gue beneran kayak orang gila karena ngomong sendiri," gumam Chenle menepuk pelan jidat nya dan menegakkan posisi duduk nya.

Laki-laki itu melihat jam yang melingkar di tangan nya dan berdecak kecil. "Ini mereka beli sarapan dima..."

"Aa..."

Chenle terpaku mendengar suara lirih tepat di samping telinga nya. "Anjir kok ngeri..." gumam Chenle mengusap bulu kuduk nya yang tiba-tiba berdiri.

"Jangan..."

"Weh anjing. Gak benar nih," gusar Chenle ketakutan. Bagaimanapun juga, ia berada di rumah sakit yang identik dengan hal-hal berbau horor.

"Jang...an..."

"Ini kena- WEH JI?! LO GAPAPA?!" Pekik Chenle menyadari tubuh Jisung yang mulai bergetar.

"Aa.. jang..an.."

"JISUNG?! KENAPA JI?! LO KENAPA?!" Teriak Chenle panik dengan air mata yang mulai berjatuhan melihat Jisung semakin kejang-kejang.

Tanpa pikir panjang, Chenle menekan nurse call systems berulang kali sambil menahan tubuh Jisung yang semakin bergetar.

"Ji, lo buat gue nangis," lirih Chenle dan langsung berlari keluar dari ruang rawat. "CEPAT PANGGIL DOKTER, SIALAN!" Teriak Chenle kepada para bodyguard yang berjaga di lorong rumah sakit.

Chenle kembali memasuki ruang rawat dan air mata nya semakin mengalir melihat sudut mata Jisung yang basah.

"Jisung, sakit banget ya..hiks.." Chenle menghapus air mata Jisung. "Sakit nya buat aku aja, Tuhan." pinta Chenle benar-benar memohon.

[i] 7D² (Dream & Death) || NCT DREAMWhere stories live. Discover now