Bab 53 : Permintaan

136 8 4
                                    

Kopi hitam di atas meja entah berapa kali sudah diganti menunjukkan betapa sulitnya problematik yang tengah dijalani. Pasca kebocoran pipa dan membutuhkan waktu lama untuk melakukan maintenance, Altezza memutuskan untuk menggunakan suplai energi sementara dari perusahaan utilitas sekitar.

Tingginya kadar deposit yang terkandung pada pipa sudah membuktikan perlunya regenerasi unit demineralisasi. Sepertinya itu pun bukan kesalahan dari para operator. Melainkan kondisi alam yang semakin ekstrem memberikan perubahan dari waktu ke waktu. Alat yang dibuat manusia tidak akan mampu menangkal aktivitas itu.

"Izin menanggapi sekaligus bertanya. Apakah normal jika ada resin yang terlarut didalam pipa? Maksudnya kita tahu bersama seharusnya resin itu tidak terlarut kesana,"ucapku melihat hasil analisa laboratorium.

"Kebocoran demineralisasi. Sepertinya unit dengan kode 312-DA itu perlu diganti Pak Altezza. Mengingat beberapa waktu sebelumnya terdapat laporan serupa,"ucap beberapa suara menanggapi.

"Saya pernah menyarankan penggantian sebelumnya. Tetapi melihat kondisi alat masih efisien, saya rasa tidak perlu diganti,"ucap Altezza memberikan jawaban.

Sejenak suasana menjadi terisi berbagai argumentasi mengenai penggantian unit demineralisasi. Tetapi jika memikirkan keamanan tidak ada yang lebih penting. Batubara yang sudah dikirim sebagai bahan bakar boiler tidak mungkin didiamkan dahulu hanya karena masalah sepele. Kalau cuaca kembali terik hanya akan menambah kerugian lain.

"Baiklah, saya akan menyarankan penggantian alat. Operasi di sekitar boiler sudah kembali berfungsi normal. Kini untuk mengganti unit demineralisasi 312-DA digunakan 312-DD. Selain itu, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya atas ledakan kecil yang memicu beberapa masalah di unit pabrik di Pupuk Anumerta. Terima kasih atas kerja samanya,"ucap Altezza akhirnya membuatku menghela nafas lega.

Tetapi tidak dengannya yang masih terlihat pusing memikirkan penggantian alat dan sebagainya. Pria itu masih sibuk berkutat di layar laptop tidak peduli semua orang sudah beranjak. Altezza yang gemar bermain itu memiliki tanggung jawab besar di pundaknya. Terlihat jelas wajahnya sedang begitu lelah tetapi masih harus berpikir.

"Apa ada yang bisa saya bantu, Pak Altezza?"tanyaku menyapanya.

"Maafkan aku harus mengganggumu di waktu libur. Bahkan sekarang sudah melewati hari libur. Tidak perlu cemas begitu, Git. Aku sudah mengurus semuanya sesuai dengan tempatnya. Aku hanya butuh tidur saja,"ucap Altezza membuatku menghela nafas lega.

"Jangan lupa memeriksakan diri ke dokter. Entah berapa banyak kafein yang sudah kalian minum sepanjang menyelesaikan masalah".

Kalimat singkat itu membuat kami mendongak menatap Ardhito yang baru saja menutup layar laptopnya. Pria itu mengambil tiga gelas air putih dengan tablet vitamin. Rasanya sudah lama tidak lagi melakukan rapat panjang seperti hari ini. Bahkan pinggang ku sepertinya perlu sebuah kasur saja.

"Lama tidak rapat membuat seluruh badan ku terasa pegal,"ucapku.

"Aku pikir itu karena akan mendapatkan Dirga junior,"ucap Ardhito membuatku membuang pandangan lelah.

"Tidak semudah itu. Kami saling terikat pada negara dan hanya bertemu beberapa waktu saja,"ucapku mengemasi barang.

"Kamu terlalu keras pada dirimu sendiri. Bukankah beberapa waktu lalu aku sudah memberikan tawaran untuk merubah kontrak shift penuh dengan mengurangi cuti?"tanya Altezza membuatku menggeleng pelan.

Kontrak itu bukan mainan. Lagipula pertemuan saat cuti tidak akan ku kurangi untuk hal apapun. Aku saat ini adalah perempuan yang punya keluarga dan berperan penting didalamnya. Waktu bersama adalah hal yang selalu ku dambakan bisa menjadi kenyataan. Sibuk terus dengan urusan pabrik hingga lupa belum mengabari keluarga pun bukan menjadi hal baru.

Renjana : Arutala Dirgantara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang