Bab 27 : Luka Lama

158 17 0
                                    

Dirga POV

Aditya hanya melenguh sabar mendengar ocehan ku seperti kereta api. Andai dia tidak melupakan makan karena mengurus kegiatan pagi ini, tidak mungkin dirinya akan masuk rumah sakit. GERD memang sebuah penyakit yang menyebalkan bagi semua orang.

Yah, ku akui penyakit ini sedikit membuatku teringat pada gadis itu. Perempuan muda terpelajar itu meninggalkan kesan sejak dia memucat karena GERD. Bukan lagi waktunya bagi ku untuk jatuh cinta. Aku sudah cukup memiliki Rania dalam hidup.

Drrt

Nah, dia tengah merindukan ku. Deretan nama sebuah instansi pendidikan agama membuatku begitu tentram.

"Assalamu'alaikum, Ayah".

Ucapannya sudah tidak lagi seperti toak yang begitu mengganggu. Dia sepertinya sudah tumbuh besar disana.

"Wa'alaikumussalam, sayang. Ada yang mengganggumu malam ini? Sudah sebulan ini kamu tidak menghubungi Ayah,"ucapku.

"Hei, Ayah. Aku bukan pacarmu, jadi jangan panggil aku sayang begitu. Salah Ayah, bukan sebulan tapi 3 bulan. Untung saja pacar Ayah yang marah-marah waktu itu rutin mengirimkan barang keperluan ku".

Eh?

Pacar?

Sejak kapan aku memiliki seorang kekasih? Apa dia tidak salah buka paketan? Aku saja baru ingat tidak mengirimkan paket apapun dalam jangka waktu itu.

"Siapa yang kamu maksud pacar Ayah? Ayah tidak punya pacar,"ucapku.

"Tidak mungkin hantu, kan. Disana tertulis Rania Elvina Atmaja. Apa itu tidak cukup membuktikan paketan itu benar dari ku? Bahkan Bu Nyai dan Ning Anisa sendiri yang memberikan padaku,".

Apa mungkin pengurus pondok yang memberikan atas namanya? Karena tahu barangnya sudah habis tapi aku tidak kunjung mengirimkannya.

"Ayah. Apa Ayah benar-benar hanya ingin aku pulang setahun sekali? Disini sudah libur semester dan semuanya sedang pulang. Untungnya keluarga Bu Nyai Maulida baik dan meminta ku tinggal di rumahnya,"keluhnya.

"Ayah malas,"ucapku membuatnya mengomel panjang lebar.

"Bilang saja Ayah mau pacaran. Eh, Ayah kata Ustadzah Nurin pacaran itu dosa. Lebih baik menahan tapi kalau sudah siap menikah. Lain kali bawa pacar Ayah pada Rania. Aku mau melihatnya,"oceh Rania membuatku semakin frustasi.

"Kamu semakin melantur, Ran. AYAH TIDAK PUNYA PACAR,"ucapku membuat Aditya terkejut menatapku kaget.

Pria itu menatapku heran karena terlalu bersemangat mengatakan tidak memiliki kekasih. Tapi mau bagaimana lagi? Rania terus menerus mengatakan pacar Ayahnya.

"Ayah berteriak terlalu keras hanya untuk mengatakan bukan pacar Ayah. Heuh, beruntung perempuan itu bukan Ning Anggi, putrinya Kyai Nizam,"ucap Rania.

"Yak, cukup, Rania. Siapa lagi yang kamu maksud dengan Ning Anggi dan apa hubungannya jika dia pacar Ayah? Lagipula kenapa Ayah harus berpacaran dengan putri kyai seperti itu. Yang ada Ayah akan langsung dibunuh Kyai Nizam karena mengajak putrinya pacaran,"ucapku semakin sebal.

Ku kira momen menyenangkan setelah sekian lama tidak mendengar suaranya akan jadi begitu mengharukan. Ini malah menjadi momen menyebalkan. Kenapa juga aku harus disamakan dengan para Ustadz yang sudah jelas akan terlihat menarik di mata putri Kyai.

Renjana : Arutala Dirgantara Where stories live. Discover now