Bab 6 : Nikah sama anakku saja

364 20 0
                                    

"Bawa saja, ini juga bawa. Aku bisa kesana dan beli lagi nanti,"ucap Azhara memasukkan banyak barang ke dalam ransel.

"Duh, habis ini aku langsung nikah kalau begini ceritanya,"ucap Sinta menggeleng pelan.

"Ini juga perlu kamu bawa. Pakai kalau semisal ada kenduri. Di jamin langsung dapat suami,"ucap Azhara.

Sementara aku hanya menatap keduanya malas. Dua orang itu ternyata sama bodohnya jika dipertemukan. Tunggu saja, tidak lama lagi bahkan mereka berdua akan kembali berulah. Lihatlah, entah berapa banyak barang yang akan dibawa Sinta. Mulai dari hair dryer, catokan, masker sampai semua jenis perlengkapan kecantikan dan oleh-oleh.

Celine hanya tertawa sesekali bersama mereka. Aku harap gadis itu akan tetap normal meskipun bersama dengan mereka. Aku hanya khawatir kejiwaannya mungkin akan terganggu setelahnya.

"Ayah, Tante Gita ajak ke Madiun juga. Sebentar saja nanti baru kembali ke Surabaya,"ucap Rania malah menoleh.

"Nggak bisa, Nak. Nona Gita punya urusan disini,"ucap Dirga.

"Tapi kan sebentar saja, yah,"ucap Rania.

Ku harap Dirga tidak membuat kebodohan dengan mengajak ke Madiun. Aku harus mencuci otak selama seharian setelah bermalam bersama anak-anak. Aku takut logika ku tidak berjalan dengan lurus lagi.

"Gita, akan kesana. Ayolah, Git. Kapan lagi kamu berlibur? Lagipula besok tinggal penyerahan delegasi bukan presentasi. Malam masih bisa tiba di Surabaya,"ucap Altezza membuatku menatapnya sebal.

"Kamu benar-benar sudah bosan hidup rupanya,"ucapku menatapnya tajam.

"Celine, tidak masalah, kan,"ucap Altezza membuat Celine mengangguk mantap.

"Anda juga harus menyegarkan kepala, Mbak. Saya dengar di Madiun masih begitu asri. Biar saya pesan kan tiket pesawat,"ucap Celine begitu semangat.

"Mbak Celine, boleh kami yang memilih maskapainya. Karena kami bisa langsung menuju Bandara Iswahyudi,"ucap Dirga membuat Celine menyerahkan tablet nya.

Hilang sudah harapan tidur siang dengan damai tanpa kekacauan. Apa mereka sekarang benar-benar tidak ingin diriku damai? Apalagi melirik Azhara dan Sinta yang saling sibuk mengurus gaya rambut. Altezza yang sedang asyik berbincang dengan ketiga pria itu mengenai pertandingan bola.

Alasan sebenarnya kepergiannya kemarin malam. Demi menonton bola ke Stadion Gayajana, dia sampai lupa membawa ku ke acara undangan Stela. Atau Celine dan Dirga yang tengah berdebat memilih kelas penerbangan. Dan Rania, anak itu malah menatapku.

"Mbak, sudah saya putuskan kita akan berangkat ke Madiun 35 menit lagi. Bandara Juanda berada 5 menit dari sini. Kita akan menaiki pesawat Boeing-725-,"

"Cukup, Celine. Kapan kita akan berangkat? Saat ini aku hanya ingin beristirahat dengan damai,"ucapku membuatnya mengangguk paham.

"Kita akan berangkat 15 menit lagi, Nona,"ucap Celine membuatku mengangguk paham.

Perkara anak kecil sampai sepanjang ini.

-&-

Ku rasakan sesuatu menyelimuti membuat kedua mata segera terbuka. Tampak Dirga duduk disebelah ku memejamkan mata begitu tenang menggunakan jaket bergambar kuda terbang untuk menyelimuti diri.

"Hei, kenapa kamu yang duduk disini?"tanyaku sebal.

"Nona Celine yang mengatur semuanya. Saya hanya mengikuti aturan itu,"ucap Dirga tanpa membuka mata.

Sementara saat menoleh ke belakang Altezza masih dengan bahasan yang sama. Sementara Sinta sedang bersama Celine entah membahas apa. Sepertinya Azhara sudah terbang lagi. Rania terlihat tertidur lelap di sebelah Aswa. Tidak. Bukan itu pertanyaan yang ingin ku tanyakan.

Renjana : Arutala Dirgantara Where stories live. Discover now