38. Birthday

726 70 27
                                    

Warning: siapin tisu, mungkin?

***















Ada yang aneh.

Yizhuo baru sadar kalau saat Ayden pulang ke rumah, bocah itu mengenakan sebuah topi berwarna merah. Padahal seingatnya saat berangkat sekolah tadi Ayden tidak membawa topi sama sekali. Hal yang ganjal lainnya adalah Yizhuo tahu persis Ayden tidak punya topi dengan model seperti itu.

Dia juga menyadari hal lain bahwa belakangan ini Ayla jarang sekali merengek meminta cokelat padanya. Padahal biasanya Ayla sampai memohon padanya demi sebuah cokelat. Dia memang sengaja tidak sering memberikan itu sebab kalau keseringan pasti tidak akan baik untuk kesehatan Ayla.

Hal yang aneh adalah semalam Yizhuo tidak sengaja menemukan bekas bungkus permen coklat. Merknya berbeda dengan yang sering dia berikan untuk Ayla. Yizhuo menduga itu didapat Ayla dari orang lain.

Tapi masalahnya siapa? Darimana dua kesayangannya mendapatkan benda-benda itu?

Maka untuk menuntaskan rasa penasarannya, Yizhuo mengumpulkan si kembar di kamarnya. Dulu kamar Renjun sebenarnya tapi sekarang anggap saja jadi miliknya. Toh mansion ini juga sudah atas namanya dan dia sudah menempati kamar ini nyaris lima tahun lamanya.

Dia memutuskan untuk absen dulu bercerita hari ini. Rasa penasarannya harus terjawab segera.

"Nah, jadi Ayden dan Ayla harus menjawab dengan jujur semua pertanyaan Mommy. Paham kan?" Si kembar kompak mengangguk membuat Yizhuo tersenyum tipis.

"Kapan terakhir kali Ayla makan cokelat?" Yizhuo menatap Ayla dengan lembut. Bocah itu terlihat berpikir lalu menjawab, "Hari Minggu saat Grandma datang ke sini." Dia menyipitkan matanya mendengar jawaban tersebut.

"Ayla… tadi Mommy bilang apa hm?" Bocah itu mengerjap dan Yizhuo menyadari Ayla mulai sedikit panik.

"Ayla tidak berbohong, Mommy," jawab Ayla sambil menggelengkan kepalanya berulang kali. Tapi Yizhuo melihat Ayla yang menutup mulutnya dengan kedua tangan walau sekilas. Yizhuo menghela napas pelan melihat itu. Dia tahu Ayla sedang berbohong. Memilih mengabaikan itu sejenak, pandangannya teralih pada Ayden.

"Kakak, ingat ya, Mommy sudah bilang semuanya harus dijawab dengan jujur. Paham kan?" Ayden terlihat mengangguk terpatah. Agaknya sedikit takut sebab Yizhuo sudah menggunakan panggilan 'kakak' yang artinya ibunya memang sedang serius.

"Topi warna merah, hijau, dan abu yang Ayden pakai kemarin dan beberapa hari sebelumnya itu dari siapa hm?" Yizhuo meraih tangan Ayden saat bocah itu tidak berani menatapnya. Memilih menundukkan pandangan.

"Mommy tidak akan marah, janji. Kalian cukup jujur saja. Paham kan?" Dia melakukan hal yang sama pada Ayla. Berusaha membuat keduanya paham kalau dia tidak akan marah sama sekali. Yizhuo hanya ingin tahu.

"Itu dari Paman Jun…" Yizhuo mengernyitkan dahinya mendengar Ayden yang berbisik begitu pelan.

"Apa? Coba diulangi sekali lagi, sayang."

"Topi itu Paman Jun yang memberikannya." Ayden mengangkat pandangan dan menatap Yizhuo walau masih terlihat sedikit takut. "Coklat juga. Paman Jun yang memberikan Ayla coklat." Ayla masih belum berani mengangkat pandangan. Malah tubuhnya terlihat merapat pada sang kakak. Mungkin jadi takut padanya.

"Kalau begitu bisa diceritakan siapa Paman Jun itu?" Tangannya mengelus kepala Ayden dengan lembut. "Mommy tidak akan marah, janji. Mommy hanya ingin tahu saja. Jangan takut ya?" Dia mengulas senyum tipis untuk meyakinkan Ayden.

Senyumnya terkembang lebar saat akhirnya Ayden mau membuka suara. Menceritakan siapa sosok Paman Jun yang disebutnya di awal. Ayden bilang tidak tahu nama lengkapnya siapa. Tapi dari cerita itu, Yizhuo tebak Paman Jun itu mungkin seumuran dengannya. Sebab Ayden bilang pernah mengira lelaki itu sebagai salah satu temannya.

Wounded SoulWhere stories live. Discover now