28. For You

550 61 51
                                    

Yizhuo melangkah menuju meja makan dengan perlahan dan menemukan Renjun yang masih duduk di sana. Padahal selama dua hari ini dia berhasil menghindari lelaki itu dengan bangun agak siang. Sehingga ketika dia sarapan, Renjun sudah pergi duluan. Tapi sialnya pagi ini Renjun malah masih belum berangkat padahal waktu sudah menunjukkan nyaris pukul setengah sembilan.

"Duduk, Yizhuo."

Dia mengepalkan tangannya mendengar suara Renjun yang memerintahnya. Tapi bahkan lelaki itu tidak meliriknya sedikitpun dan fokus dengan makanannya. Akhirnya hanya ada suara alat makan yang beradu sebagai pengisi keheningan diantara mereka pagi itu.

"Berangkat sama aku." Yizhuo mengangkat pandangannya ketika suara Renjun terdengar. "Aku tunggu di depan." Lagi, tanpa meliriknya lelaki itu langsung berlalu pergi.

Tanpa sadar, Yizhuo sedikit membanting alat makannya. Entah mengapa dia sangat kesal sekali dengan kelakuan Renjun. Kalau tahu begini, memang sudah benar dia menghindari lelaki itu dua hari belakangan.

Mengabaikan sarapannya yang baru habis beberapa suap, Yizhuo memilih langsung beranjak pergi. Menghampiri Renjun yang ternyata memang menunggunya di depan. Oh jangan lupakan lelaki itu juga sedang merokok. Dia baru melihat itu lagi setelah sekian lama.

"Cepet banget, baru juga lima menit."

Yizhuo memilih mengabaikan komentar Renjun dan langsung masuk ke dalam mobil. Kepalanya bersandar pada jendela dan memperhatikan Renjun di luar sana yang masih saja asyik merokok.

Dia sering bertanya-tanya apa saja yang sudah terjadi sampai Renjun berkelakuan seperti ini?

Yizhuo sadar satu tahun adalah waktu yang singkat untuk memahami seseorang. Namun, satu tahun yang pernah dia habiskan bersama Renjun adalah salah satu momen terbaik dalam hidupnya, kalau dia boleh jujur. Dan selama itu pula, Yizhuo jatuh sangat dalam pada lelaki itu. Sikapnya sangat ramah dan sopan bahkan tutur katanya sangat manis.

Bukan seperti ini.

Dalam satu tahun itu, dia tidak pernah mendapati sikap Renjun yang seperti sekarang. Kalaupun lelaki itu berubah, apakah bisa sedrastis itu? Atau itu hanya berlaku untuk dirinya?

Mungkin begitu. Renjun jahat hanya padanya. Renjun begitu karena membencinya. Tapi apa salahnya?

Yizhuo tidak mengerti.

Lebih tidak mengerti karena tiba-tiba saja dirinya menangis keras karena memikirkan hal itu.

Sementara Renjun langsung mengalihkan pandangannya ketika mendengar suara tangis di belakangnya. Dia langsung membuka pintu mobil dan mendapati Yizhuo yang menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan dan menangis keras.

Renjun mengernyit heran melihat itu. Tidak terpikirkan sama sekali apa hal yang kiranya membuat Yizhuo menangis. Maksudnya, dia bahkan belum mengganggu Yizhuo hari ini. Jadi, apa coba alasannya. Walau begitu, dia tetap mendekat dan menarik Yizhuo dalam sebuah pelukan. Tangannya bergerak mengelus lembut punggung Yizhuo secara teratur.

"Kenapa sih pagi-pagi udah nangis aja?" Jemari Renjun bergerak menghapus sisa-sisa air mata di wajah Yizhuo. Tatapannya jelas sekali mengejek namun Yizhuo tidak memberikan respon sedikitpun. Malah memandang Renjun dengan tatapan sendu.

"Aku kangen sama kamu." Gerakan tangan Renjun langsung terhenti seketika. Dia menatap Yizhuo seakan memastikan pendengarannya tidak keliru.

"Tapi aku kangennya sama kamu yang aku temui di liburan musim panas dulu, bukan kamu yang sekarang."

Renjun tersenyum samar mendengar lanjutan ucapan Yizhuo. Tangannya kembali bergerak untuk mengelus pipi perempuan itu dengan lembut.

"Dia udah lama mati, Yizhuo." Setitik air mata kembali membasahi wajahnya. "Huang Renjun yang itu... udah lama mati."

Wounded SoulWhere stories live. Discover now