35. Irises

472 56 52
                                    

Warning: more than 12k words semoga ga eneg dan minta maaf di atas materai 10k x 2🙏

***





















"Siapa yang sakit?"

Minjeong dan Bibi Xue sedikit terkejut dan langsung menghentikan obrolan mereka saat menyadari kehadiran Yizhuo. Minjeong berubah panik saat Bibi Xue malah pamit pergi meninggalkannya berdua dengan Yizhuo yang kini masih menatap penasaran.

"Kalian membicarakan apa tadi? Siapa yang sakit?" Yizhuo kembali mengulangi pertanyaannya karena Minjeong hanya diam saja tidak menjawab pertanyaannya tadi.

"Anu... itu... ti—tidak ada yang sakit, Nona." Dia menatap sangsi mendengar jawaban Minjeong yang begitu terbata. "Jangan bohong! Ceritakan dengan benar!"

Minjeong terlihat ragu tapi setelahnya menuruti keinginan Yizhuo dan mulai bercerita. Sementara Yizhuo hanya bisa terdiam mendengar semua itu. Dia bingung harus mengeluarkan reaksi seperti apa.

"Begitu, Nona. Kami hanya khawatir kalau Tuan Renjun kembali sakit sebab semalam terlihat begitu pucat." Dia tidak tahu kalau malam itu Renjun pingsan. Bahkan paginya sampai harus pergi ke rumah sakit.

Bukankah itu artinya sakitnya parah?

"Dia sakit apa?" Pertanyaan itu meluncur sebab rasa penasaran yang tiba-tiba hadir. Namun Minjeong menggeleng pelan sehingga rasa penasarannya tidak terjawab sama sekali.

"Kalau itu saya tidak tahu, Nona." Yizhuo hanya mengangguk paham. Tidak bertanya kembali karena sepertinya kali ini Minjeong berkata jujur.

Yizhuo mau menyangkal ini tapi ternyata rasa khawatir itu tetap ada. Dia baru sadar, semalam juga Renjun terlihat begitu lelah. Tapi dia tidak terlalu memperhatikan itu sebab rasa marah dan benci sudah terlalu banyak menguasainya. Membuat hal pertama yang terlintas di pikirannya hanya meminta Renjun untuk menjauh pergi.

Dia memilih kembali ke kamar dan mendudukkan diri di tepi ranjang. Merenungi kembali apa yang terjadi pada mereka beberapa waktu belakangan.

"Kalau aku bilang dia yang bunuh Yizhen, kamu mau berhenti nemuin dia?"

Kepalanya menggeleng berulang saat mengingat kembali ucapan Renjun waktu. Kalimat yang terasa seperti omong kosong dan dia pikir hanya diucapkan Renjun dengan asal. Namun entah mengapa, dia malah merasa gelisah mengingat itu sekarang.

Tapi bukankah kalimat itu memang sungguh tidak masuk akal?

Bagaimana bisa Jian yang sebaik itu membunuh kakaknya. Yizhuo tidak menemukan satupun alasan yang tepat. Bahkan Jian dan kakaknya dia rasa hanya pernah bertemu satu atau dua kali saja. Mereka tidak seakrab itu. Yizhen mengenal Jian hanya karena lelaki itu adalah temannya.

Alasan macam apa yang membuat Renjun sampai berpikir ke sana. Yizhuo sungguh tidak mengerti. Apakah hanya karena Renjun tidak menyukai Jian? Tapi kalaupun iya, maka itu sungguh keterlaluan.

Yizhuo rasanya sangat pening memikirkan itu semua. Apa yang terjadi sungguh membuat perasaannya menjadi semakin bingung.

Dia yakin dengan jelas bahwa memang tidak ingin melihat Renjun lagi. Namun entah mengapa, sekarang dia juga merasa sedikit kosong dan sepi menyapa hatinya. Seolah ada hal yang hilang. Terutama menyadari, setelah pertengkaran mereka terakhir kali, dia tidak pernah melihat Renjun lagi.

Minjeong juga bilang Renjun memang jarang pulang kemari. Bahkan semalam adalah pertama kalinya sejak tiga hari lalu. Yizhuo rasa, Renjun seolah menuruti keinginannya dengan tidak pernah berusaha menampakan diri lewat cara apapun. Bahkan Renjun tidak pernah menghubunginya lagi sekalipun dia keluar untuk waktu yang lama.

Wounded Soulحيث تعيش القصص. اكتشف الآن