3. Take You Home

556 91 7
                                    

"Ayo pergi aja kalau gitu. Jangan takut, aku bakal selalu nemenin kamu kemanapun itu."

Yizhuo menggeleng pelan mendengar perkataan Jian barusan. Jujur, dalam hati pun dia ingin sekali melakukan itu. Pergi ke tempat yang sangat jauh tanpa seorang pun tahu. Atau bahkan menghilang saja sekalian tanpa perlu kembali sama sekali. Tapi tidak mungkin, dia tidak bisa melakukan itu.

"Terus kamu nikah gitu aja sama dia? Demi Tuhan Ning Yizhuo pernikahan itu bukan main-main! Kamu bakal terus sama dia seumur hidup. Emangnya kamu mau?!" Jian kembali berkata padanya dengan nada frustasi yang terdengar jelas.

Nggak. Yizhuo menjawab dalam hati. Kalau bisa memilih juga dia tidak akan mau menikah dengan Renjun. Lebih tepatnya, dia tidak pernah memikirkan pernikahan sama sekali. Dia bahkan pernah bilang tidak akan mau menikah pada Yizhen yang langsung diprotes.

"Gak boleh! Kamu belum nemu yang cocok aja. Nanti aku cariin jodoh yang baik, ganteng, kaya, rapi, bisa kamu ajak nge-date keliling museum di dunia. Tenang aja, bakal aku cariin sampe dapet!"

Kala itu, Yizhuo tertawa keras ketika mendengar Yizhen yang berkata dengan begitu berapi-api. Dalam hati mengira-ngira memangnya ada lelaki yang seperti itu. Hmm sepertinya mustahil. Sudahlah, lagipula dia benar-benar tidak tertarik untuk menikah.

"Nggak, tapi aku harus. Mau gak mau kan? Papa sama Mama pasti sedih kalau aku pergi," ujarnya sambil menghibur diri sendiri. Dia bahkan tidak yakin kalau kedua orang tuanya akan bersedih seandainya dia memutuskan kabur bersama Jian. Beberapa hari ini saja tidak mereka tidak mengajaknya berbicara sama sekali bahkan ketika berpapasan.

Yizhuo rasa, seluruh keluarga kini membencinya. Semua orang menuduhnya sebagai dalang di balik kematian Yizhen. Padahal demi Tuhan, dia saja tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Tapi sayang, dia tidak diberikan sedikitpun kesempatan untuk membela diri. Kini, semua orang terlanjur membencinya dan dia tidak bisa melakukan apapun untuk menghentikan itu.

Seandainya dia memutuskan kabur dari pernikahannya dengan Renjun, bisa dipastikan semua orang benar-benar tidak akan pernah sudi lagi memandangnya. Paling parah, mungkin dia tidak akan pernah dianggap lagi di keluarganya sendiri. Dan itu adalah hal terakhir yang Yizhuo inginkan. Dia menyayangi seluruh keluarganya, terutama Papa dan Mama. Dia tidak sanggup harus meninggalkan mereka.

Jian menghela napas pasrah mendengar itu. "Kabarin aku kalau kamu berubah pikiran. Aku selalu siap sedia, kapanpun itu." Yizhuo mengangguk pelan dan balas memeluk pelukan lelaki itu ketika Jian membawanya dalam sebuah pelukan erat.

"Jangan tinggalin aku ya?" Yizhuo berujar dengan pelukan yang masih tidak terlepas. "Gak akan, aku selalu di sini."

Yizhuo tahu dia egois sekali ketika mengatakan itu. Tapi dia tidak punya pilihan lain. Kini, dia hanya sendirian. Kalau Jian juga pergi, dia sungguh tidak mengerti harus melakukan apalagi. Entah pada siapa dia harus berbagi seluruh keluh kesah hidupnya.

Karena dia punya firasat, Huang Renjun tidak akan membiarkan hidupnya berjalan dengan mudah.

*

Jika ditanya apa alasan lain Yizhuo mau menjalani pernikahan ini, maka jawabannya adalah rasa bersalah. Bukan hanya pada Yizhen dan keluarganya sendiri, tapi juga pada Renjun.

Yizhuo tahu mereka berdua saling mencintai. Iya, makanya mereka berdua sampai merencanakan pernikahan. Bahkan undangan pernikahan keduanya telah disebar. Alasan dia dan Yizhen berlibur pun karena itu.

"Kurang dari sebulan lagi aku bakal nikah. Sebelum itu, aku mau liburan dulu sama kamu, berdua. Soalnya kalau udah nikah nanti kayaknya pasti agak susah deh. Jadi, ayo kita liburan minggu depan!" Ajak Yizhen dengan penuh semangat kala itu.

Wounded SoulWhere stories live. Discover now