9. How Can I?

520 79 14
                                    

"Ini apa?"

Yizhuo bertanya ketika mendapati beberapa paper bag dengan merk brand mode ternama di kamarnya. Dia baru saja pulang bekerja dan berniat merebahkan diri di atas ranjang. Tapi langsung mengernyit heran mendapati semua itu. Maka akhirnya dia memanggil Minjeong untuk meminta penjelasan.

"Tuan Renjun yang membelikannya, Nona. Katanya itu untuk acara nanti malam. Anda bebas memilih yang mana saja diantara itu."

Yizhuo menghela napas pelan mendengar itu. Sungguh heran dengan perilaku Renjun yang sering berubah dengan ekstrim. Dia meminta Minjeong menyingkirkan itu semua dan berpesan, "Bangunkan aku pukul enam nanti."

Tubuhnya terasa sangat lelah dan butuh mengisi ulang energinya. Apalagi nanti malam dia harus menemani Renjun ke acara perusahaan dan otomatis akan membuatnya bertemu banyak orang. Dia harus mempersiapkan banyak energi untuk itu. Maka tidur sejenak menjadi sebuah opsi.

*

"Eungh~~" Yizhuo melenguh pelan dan mencoba membuka matanya perlahan. Dia merasakan tubuhnya yang sedikit berat, seperti ada sesuatu di atasnya. Matanya langsung membelalak kaget mendapati Renjun yang kini mengukung tubuhnya.

"Kamu nga-"

"Shh jangan berisik, Chèrie." Renjun mengarahkan telunjuknya ke depan bibir Yizhuo.

"A-aku mau mandi dulu, awas." Yizhuo berusaha menyingkirkan tubuh Renjun tetapi tangannya langsung dicekal erat. "Gak usah buru-buru. Masih ada satu jam lagi," ujar Renjun kemudian mengecupi jemarinya satu persatu. Sementara tatapannya masih mengarah pada Yizhuo dan menyeringai lebar.

"Re-renjun, gak mau..." Yizhuo berujar pelan ketika tangan Renjun mulai melepas kancing kemejanya satu persatu. Dia sudah bisa menebak kemana arah kegiatan mereka sekarang. "Tapi aku gak minta persetujuan kamu," ujar Renjun dengan ringan kemudian mengecup dadanya perlahan. Yizhuo refleks memejamkan mata merasakan itu.

Dia menggigit bibirnya dengan keras untuk menahan desahan. Menutup mata dengan erat dan sebisa mungkin tidak memberikan reaksi berarti. Walau sungguh tubuhnya terasa sangat sulit untuk dikendalikan.

"You are so wet down there, Chèrie." Yizhuo menggelengkan kepalanya dengan ribut ketika Renjun mulai melepas resleting celananya. "Berhenti, please..." Renjun terkekeh pelan mendengar Yizhuo yang kembali memohon.

Dia sedikit bangkit sehingga jarak mereka mulai sedikit menjauh. Pandangannya memperhatikan Yizhuo di bawahnya yang terlihat sangat berantakan. Hanya celana dalam yang kini menutupi tubuh bagian bawah perempuan itu. Bagian atas tubuhnya ternoda oleh bekas kemerahan yang beberapa menit lalu dia ciptakan. Wajahnya berantakan dengan jejak air mata. Tapi dasarnya mungkin ada yang salah dengan otaknya, dia mendapati pemandangan itu terasa menarik di penglihatannya.

Dengan perlahan, tangannya bergerak membuka kemejanya sendiri dengan tatapan yang masih mengarah pada Yizhuo di bawahnya. Perempuan itu langsung mengalihkan pandangan dengan pipi yang bersemu merah membuat Renjun semakin terkekeh.

"Don't you want to look at me, Chèrie?"

"Aa-no, please!" Yizhuo berteriak ketika Renjun menarik satu-satunya kain yang menutupi tubuhnya. Membuatnya kini telanjang bulat di bawah lelaki itu. Dia menahan dada lelaki itu ketika Renjun terlihat kembali mengikis jarak mereka. "Re-renjun, please... ki-kita akan terlambat nanti..." Yizhuo mengatakan alasan yang sekiranya membuat Renjun mau menghentikan kegiatan mereka sekarang juga.

Pandangan Renjun teralih pada jam dinding dan menemukan waktu telah menunjuk pukul 06.18. Artinya hanya tersisa kurang lebih 40 menit lagi. "Ah benar juga." Yizhuo sedikit menghela napas lega mendengar itu. "Ya sudah kita tidak perlu berangkat saja." Matanya langsung membulat terkejut mendapati lanjutan perkataan Renjun.

Wounded SoulWhere stories live. Discover now