12. She was (is) Pretty

554 81 4
                                    

"Astaga!"

Yizhuo memekik begitu baru saja keluar dari kamar mandi dan mendapati Renjun yang sedang berbaring santai di ranjangnya. Lelaki itu berbaring menyamping dengan bertumpu pada sebelah tangannya. Bibirnya terlihat menyunggingkan senyum miring dengan tatapan yang memindai tubuhnya mulai dari bawah. Lama-lama membuatnya jadi risih.

Langkahnya langsung berjalan menuju lemari untuk mengambil piyama. Berusaha mengabaikan tatapan Renjun yang masih mengarah padanya.

Matanya refleks terpejam erat begitu merasakan sepasang tangan yang kini melingkari pinggangnya dengan erat. "Gak usah pake baju, nanti juga dibuka lagi." Demi Tuhan, dia bisa merasakan senyuman licik lelaki itu di belakang sana.

"I-I am still on my period," ujar Yizhuo dengan mengepalkan tangannya. Dalam hati berharap kalau Renjun akan pergi setelah ini.

"Nah, don't lie to me, Chèrie," bisik Renjun sambil mengecupi belakang telinganya.

Sialan!

Yizhuo masih memejamkan dengan erat sambil berpikir bagaimana kiranya dia harus mengusir Renjun sekarang. Secara halus tentunya. Kalau dia menolak terang-terangan, lelaki itu pasti tidak terima atau marah padanya. Yizhuo sungguh lelah, dia hanya ingin tidur sekarang. Tapi Renjun mana mungkin peduli. Lelaki itu hanya akan memikirkan kepuasannya sendiri.

"Don't bite your lips, Chèrie." Yizhuo malah semakin menggigit bibirnya mendengar itu. "Aah!" Tapi desahan itu keluar juga ketika Renjun meremas dadanya dengan sedikit keras.

Dia menggeleng ribut ketika Renjun menarik tali bathrobenya hingga terlepas. Dia ingin menangis saja ketika tangan lelaki itu menyentuh bagian bawah tubuhnya yang tidak tertutup apapun. Gila, tubuhnya terasa berubah menjadi jelly. Dia tidak sanggup lagi berdiri dikarenakan seluruh stimulasi yang lelaki itu beri.

Tanpa aba-aba, Renjun langsung membalik tubuhnya dan mencium bibirnya dengan tegesa. Tangan lelaki itu memeluk pinggangnya dengan erat, menahannya agar tidak terjatuh.

Renjun melepaskan tautan mereka yang membuat Yizhuo menghirup napas sebanyak-banyaknya. Gila, lelaki itu memang sinting. Jantungnya berdetak kencang ketika tangan Renjun mengelus kepalanya pelan. Menyeka sedikit keringat yang muncul di dahinya.

"Chèrie..." Yizhuo sedikit takut ketika Renjun kembali mengeluarkan seringai miringnya. "How about we try something new?" Matanya memandang tidak mengerti pada lelaki itu. Kemudian dia menyadari tatapan Renjun yang mengarah pada sisi lain kamarnya. Pada sebuah cermin besar yang terletak di sudut kanan kamar.

Dia menggeleng pelan dan berniat menolak tapi Renjun lebih dulu menyela, "Rules number 1, be a good kitten." Lelaki itu menyeringai dan kembali memagut bibirnya dengan dalam.

Demi Tuhan, Yizhuo ingin kabur sekarang juga!

*

Yizhuo meremas selimutnya erat dengan pandangan lurus pada langit-langit kamar. Sedikitpun tidak berani menggerakkan tubuhnya. Sebabnya adalah eksistensi Renjun di sampingnya. Usai mereka bercinta, yang membuatnya sedikit shock karena seperti kata Renjun tadi, mereka benar-benar mencoba hal baru. Sialnya, dia juga mendapatkan beberapa tamparan di wajah dan pukulan tubuhnya. Alasannya tentu karena dia tidak mau dan meminta Renjun berhenti. Tapi kapan sih lelaki itu menurut, sepertinya tidak akan pernah.

Dia kira Renjun akan langsung pergi tapi malah berbaik hati membersihkan tubuhnya. Memakaikannya piyama yang nyaman meski diiringi penghinaan. "Jelek banget nangis mulu!"

Dia sungguh benci. Renjun malah semakin menjadi meledeknya dengan kalimat itu. Lagipula siapa yang tidak akan menangis kalau disiksa seperti dirinya? Oke, mungkin terlalu berlebihan. Tapi, Renjun memukul tubuhnya berkali-kali dan itu rasanya sakit. Hal yang wajar kan kalau dia menangis. Dia yakin besok tubuhnya akan dipenuhi banyak memar kembali.

Wounded SoulWhere stories live. Discover now