33. The Worst Nightmare

640 61 19
                                    

"Telanjang saja sekalian jika pakaianmu seperti itu!"

Edward mencibir begitu melihat Raquel berdiri di depan meja rias tengah mengoleskan lipstik berwarna merah menyala. Gaun yang dipakai wanita itu sungguh menyakiti mata. Sudah warnanya merah terang ditambah penampakannya yang minim sekali. Bagian bawahnya bahkan tidak sampai menutupi setengah paha.

"I will, tapi nanti di hadapan Christian haha!"

"Wanita gila!" Edward kembali mencibir sambil merebahkan dirinya di atas ranjang. Memperhatikan Raquel yang kini sibuk menyemprotkan parfum pada beberapa bagian tubuhnya.

"Bagaimana? Wangi kan?" Tidak lama perempuan itu langsung berbalik untuk meminta pendapatnya. "Tidak, aku malah ingin muntah." 

"Menjijikkan!" Raquel mendelik dan kembali fokus merapikan penampilannya. Memang tidak ada gunanya meminta pendapat Edward. Jawabannya selalu asal.

"Memangnya kau yakin kali ini dia akan tergoda?" Raquel yang mendengar itu langsung berbalik dan duduk di tepi ranjang. "Harus! Jika tidak, berarti dia bukan lelaki yang normal!" Raquel menjawab dengan berapi-api.

"Bukan dia yang tidak normal, kau yang gila."

"Hush! Sesama orang gila tidak boleh saling mengejek."

"Aku waras ya!"

"Kalau kau waras maka kau sudah mengencani wanita lain sekarang. Bukannya meratapi seseorang yang sudah beda alam," ujar Raquel dengan pandangan mengejek membuat Edward langsung protes. "Aku tidak meratap!"

"Tidak meratap, tidak bisa move on, tidak bisa melupakan, ah itulah pokoknya." Raquel mengibaskan tangannya pelan. "Tapi wajar sih karena dia Ning Yizhen. Aku saja senang sekali saat mengobrol dengannya waktu itu. Bisa dimengerti jika kau jadi gila."

Bukannya tersinggung, kini Edward malah terkekeh pelan. Apa yang dikatakan sepupunya ini mungkin ada benarnya juga. Sepertinya semenjak kepergian Yizhen dia sungguhan jadi gila.

"Aku menyesal tidak menemuinya hari itu," ujar Edward dengan pandangan menerawang.

Saat tahu bahwa Yizhen tidak mau menerimanya karena telah dijodohkan dengan orang lain, rasanya dia ingin marah sekali. Dan kepalanya nyaris meledak ketika tahu bahwa yang akan dijodohkan dengan Yizhen adalah Huang Renjun. Dia bahkan sampai bertengkar hebat dengan Yizhen karena tidak mau mengalah.

Well, dia sering bersaing dengan Renjun dalam banyak hal, terutama dalam bisnis. Dalam hal itu, dia bisa saja terima walaupun kalah. Tapi untuk yang satu ini dia tidak bisa. Dia mau Yizhen. Dia tidak rela kalau Yizhen harus berakhir dengan orang lain. Makanya dia ingin memperjuangkan perempuan itu sampai akhir.

Tapi sepertinya Yizhen tidak berpikiran seperti itu. Karena ketika dia bilang ingin menemui kedua orang tuanya, Yizhen langsung melarang. Malah mengatakan sesuatu yang mengisyaratkan kalau mereka harus berakhir. Katanya, Yizhen ingin mereka berdua berakhir sebagai teman saja.

Demi Tuhan, dia ingin tertawa keras sekali saat itu. Mungkin karena emosinya yang sedang memuncak, dia banyak mengatakan kata-kata kasar dalam nada yang tinggi. Seminggu setelahnya dia memutuskan pergi. Bahkan ketika Yizhen meminta bertemu, tidak dia hiraukan sama sekali. Mana sanggup dia menemui perempuan itu lagi ketika menyadari sebuah kenyataan bahwa mereka tidak akan pernah bisa bersama.

Namun sekarang, hal itu jadi salah satu yang dia sesali. Edward berharap pendengarannya kala itu keliru saat Raquel menghubunginya dan mengatakan bahwa Yizhen telah meninggal. Dia berharap itu hanya sebuah lelucon yang Raquel buat di siang hari karena suntuk dengan pekerjaannya. Tapi kalaupun iya, maka Raquel keterlaluan sekali menjadikan hal itu sebagai lelucon.

Wounded SoulWhere stories live. Discover now