6. Broken

556 89 12
                                    

Yizhuo memeluk kedua lututnya erat dengan bibir yang tidak henti mengeluarkan isakan pelan. Guyuran shower yang sudah mengenai tubuhnya sejak dua jam lalu tidak lagi dia pedulikan. Meski hal itu kini telah membuatnya menggigil kedinginan. Tapi sedikitpun, dia tidak memiliki niat untuk beranjak.

Malah kini dia menggosok badannya sendiri dengan kasar. Berharap jejak yang Renjun tinggalkan akan menghilang. Namun nyatanya hal itu malah semakin melukai tubuhnya. Menimbulkan semakin banyak ruam kemerahan yang tertinggal di sana.

Disgusting.

Dia merasa jijik dengan tubuhnya sendiri sekarang. Teringat bagaimana Renjun yang menyentuhnya dengan begitu kasar. Lelaki itu bahkan tidak segan memukulnya ketika dia tidak berhenti menangis. Lagipula manabisa dia dengan sukarela menyerahkan tubuhnya ketika lelaki itu mungkin hanya menganggapnya tidak lebih dari sebuah barang yang bisa digunakan sepuasnya? Tanpa memikirkan perasaannya? Tanpa memikirkan rasa sakit yang dia rasakan?

"AAAAAAA!"

Yizhuo berteriak keras sambil menarik rambutnya dengan frustasi ketika bayangan kejadian semalam terus menari-nari di otaknya. Bagaimana Renjun yang tersenyum lebar melihat tangisannya. Bagaimana lelaki itu yang langsung pergi meninggalkannya begitu saja tanpa sepatah katapun. Bagaimana lelaki itu yang langsung pergi setelah menorehkan luka pada tubuh dan hatinya.

Dia benci Renjun; dan dirinya sendiri.

*

Prang

Botol wine itu terlempar mengenai dinding. Kacanya pecah berhamburan dan isinya tumpah mengenai dinding. Mencipta noda yang cukup besar di sana. Renjun melangkahkan kakinya mondar mandir di dalam kamarnya sendiri sambil menggigit kuku jarinya dengan sedikit keras.

Matanya terpejam dan ketika terbuka, tangannya kembali melempar sebuah gelas membuatnya hancur mengenai dinding. Bergabung bersama pecahan botol wine sebelumnya.

Renjun menyugar rambutnya dan menghela napas kasar begitu bayangan kejadian semalam kembali terngiang di otaknya. Dia yakin sepenuhnya, melihat Yizhuo hancur dan menderita adalah tujuannya sekarang. Tadinya.

Tapi mendengar tangisan dan permohonan perempuan itu semalam, entah mengapa Renjun seperti merasa ada sesuatu yang salah. Sesuatu yang begitu mengganjal di hatinya. Seharusnya, setelah meninggalkan Yizhuo begitu saja, dia akan bisa tertidur nyenyak. Tapi tidak, malahan sampai pagi menjelang dia tidak bisa memejamkan mata walau hanya sejenak.

Ada yang salah. Pasti ada yang salah dengan otaknya.

Pandangannya tidak sengaja teralih pada sebuah foto berukuran sedang yang dipajang di dinding kamarnya. Fotonya yang berpelukan bersama Yizhen saat merayakan tahun baru di rooftop sebuah hotel. Mereka nampak tersenyum bahagia di sana.

Iya, memang ada yang salah dengan otaknya.

Apa yang terjadi semalam memang layak Yizhuo dapatkan atas semua perbuatan yang telah dia lakukan. Iya, benar begitu. Perempuan itu telah membuatnya hancur dan Renjun tidak sudi jika harus hancur sendirian.

Yizhuo juga harus merasakan hal yang sama.

*

"Jaem, kesini sekarang."

"Apaan anjir?! Gue masih ada pasien-iya sebentar ya. Noh lo denger gak?"

"Nggak."

"Anjing!"

"Kesini sekarang atau klinik lo yang bahkan belum jadi sepenuhnya itu gue hancurin lagi?"

"EMANG ANJING LO!"

Wounded SoulWhere stories live. Discover now