18. He left

521 75 26
                                    

Musim Semi, 6 Tahun Lalu


Yizhuo melirik jam di ponselnya sore ini entah untuk yang ke berapa kali. Pukul 17.45 dan taman sudah mulai sepi. Hanya ada beberapa orang saja yang berdiam di sini. Tapi hal itu tidak membuat Yizhuo tergerak untuk segera beranjak. Dia masih tetap ingin di sini.

Dia masih tetap ingin menunggu... Renjun. Lelaki itu pasti datang. Yizhuo yakin.

Namun kenyataannya, sampai pukul sebelas malam menjelang, nihil. Dia melirik keadaan sekitar dan hanya menemukan dirinya bersama dua orang di pojok sana yang masih berada di taman ini. Begitu saja, air matanya mengalir tiba-tiba. Lagi-lagi, Renjun tidak datang.

Minggu depan. Ayo kita coba minggu depan.

Setelah mengucapkan itu dalam hati, Yizhuo memutuskan untuk beranjak. Tersenyum tipis untuk menegarkan hatinya sendiri. Selain itu, dia juga takut orang rumah akan mencurigainya kalau dia pulang dengan keadaan terlihat seperti habis menangis. Dia tidak akan bisa menjelaskan alasannya dengan baik.

Akhirnya dia melangkahkan kakinya keluar area taman. Kali ini memilih menaiki taksi agar cepat sampai di rumah. Begitu sampai, dia mendapati keadaan rumah yang terasa hening. Orang-orang pasti sudah tidur karena jelas ini sudah menjelang tengah malam.

Hanya ada seorang pelayan yang sempat menyapanya dan tidak lama berlalu ke dapur entah untuk apa. Makanya Yizhuo memutuskan untuk langsung menuju kamarnya saja yang terletak di lantai dua.

"Dor!"

"MAMAAA!"

Yizhuo refleks berteriak dan memejamkan matanya erat ketika baru saja masuk pintu kamar dan mendapati seseorang mengagetkannya. Pelakunya, yang tidak lain adalah kakaknya sendiri kini hanya tertawa dan berjalan menuju ranjangnya. Mendudukan diri di tepi ranjang dan mengajaknya untuk bergabung.

"Abis dari mana?" Yizhuo mengalihkan pandangannya, tidak ingin menatap Yizhen sedikitpun. "Dari toko cat," jawab Yizhuo dengan jawaban yang menurutnya dapat diterima oleh sang kakak. Kalau boleh jujur, dia sedang malas menjelaskan apapun. Rasanya sangat lelah.

"Tapi kamu gak bawa pulang cat tuh!" Yizhen menatapnya dengan pandangan menelisik. "Wa-warnanya gak ada." Yizhuo kembali menambah kebohongannya.

"Siapa?"

"A-apa?" Yizhuo menatap Yizhen dengan pandangan tidak mengerti. Sang kakak kini malah menatapnya dengan pandangan sendu. "Siapa yang jahatin kamu? Siapa yang bikin adik aku nangis? Sini bilang." Yizhuo langsung terdiam ketika Yizhen mengelus wajahnya pelan.

"Gak ada," jawab Yizhuo pelan dan menyingkirkan tangan Yizhen dengan hati-hati. Dia menundukkan pandangan dengan menggigit bibir bawahnya pelan.

"Gak usah bohong, hati aku rasanya sakit. Pasti karena kamu lagi sedih kan?" Matanya tiba-tiba memanas ketika mendengar itu. Dia lupa kalau mereka berdua itu terhubung. Entah bagaimana, mereka akan lebih peka terhadap perasaan satu sama lain.

"Adik manis..." Yizhuo menggigit bibir bawahnya semakin keras ketika Yizhen kembali mengelus wajahnya dengan pelan. "Kenapa hm?" Suara lembut sang kakak entah mengapa malah membuatnya merasa semakin sesak. Tanpa bisa dicegah, air matanya turun begitu saja.

Isakannya terdengar semakin keras ketika Yizhen menariknya dalam sebuah pelukan erat. "Kakak... Sakit..." Yizhuo hanya tidak mengerti. Perasaannya terasa sesak luar biasa dan hatinya berdenyut nyeri. Dan itu semua itu terjadi hanya karena satu orang.

Wounded SoulWhere stories live. Discover now