86. Lo Jangan Aneh-aneh, Nanti Gue Laporin Polisi

Start bij het begin
                                    

Ia tertawa puas, khas bapak-bapak. Namun tawanya yang menggelegar tersebut rupanya masih menarik atensi dari beberapa orang yang melewati mereka. khususnya beberapa pekerja restoran yang mulai merasa heran dengan hubungan pasutri muda tersebut.

"Lo ya! bisa-bisanya jahilin gue sampai bikin gue balik ke sini! Gue malu tahu!!"

Seje yang terus merepet dengan suaranya yang tidak selow itu lantas kian mengundang atensi seisi restoran. Seje yang kadung emosi agaknya tak menyadari betapa suaranya sudah menggelegar. Namun Sean yang sadar betul akan situasi sekitar lantas tanpa pikir panjang langsung menarik tubuh isterinya itu untuk masuk dalam pelukannya.

"Iya, iya maafin aku ya sayaaaaang," ucap Sean kemudian yang semakin membuat Seje tak mengerti sama sekali.

Perempuan itu ingin berontak dari dekapan Sean namun suaminya itu tak mengizinkannya bergerak sama sekali. Terlebih ketika dilihatnya Sean telah tersenyum lebar padanya. Mengelus lembut dan mulai menepuki punggungnya perlahan-lahan. Seolah memberi kode bahwa mereka harus mengakhiri kekeosan tersebut dengan sebuah pelukan hangat.

"Allright allright! Aku bercandain kamu, aku minta maaf yaaa."

Seje semakin paham situasi kala ekor matanya mulai menemui beberapa pasang mata yang masih menaruh atensi pada mereka. Menyadari hal tersebut, ia yang baru diliputi rasa malu itu pun tak bisa melakukan apa-apa selain menyembunyikan wajahnya di dalam tubuh Sean dan mencubiti pinggang laki-laki itu pelan.

"Lo ngapain sih! Gue malu banget tahu!!" Seje berbisik pedas.

"Awh! Sakit. Kenapa dicubit sih?" balas Sean pelan.

"Biarin! Siapa suruh jahil banget?"

"Biar impas. Siapa suruh jahilin aku pas di ice skating tadi?"

"Ih dendaman sama isteri sendiri!"

"Awh! Jangan dicubit dong-ah! Oke-oke!"

"Ini mau sampai kapan pelukan di tempat umum kaya gini ha? Ayo balikk!!!!"

"Yaudah iya-iya..."

Lantas, tanpa ba-bi-bu lagi, Sean pun buru-buru mengurai pelukan mereka dan menarik bahu Seje untuk masuk dalam rangkulannya dengan gestur mesra.

"Oke sayang, sepertinya kita harus buru-buru pulang ya. Anak-anak kayanya udah nungguin."

Begitu kalimat dengan nada cukup besar yang diutarakan Sean tanpa segan. Berhasil membuat Seje kembali melototkan kedua matanya sempurna. Terkejut bukan main. Namun tak ada yang bisa dilakukan perempuan itu karena berikutnya, Sean langsung menggandeng tangannya dan membawanya pergi dari restoran tersebut.

****

"Anak-anak kayanya udah nungguin," Seje yang masih berang bukan kepalang lantas meniru kata-kata terakhir Sean saat di restoran tadi dengan tampang mengejek.

"Anak-anak? Anak siapa? Anak kucing?!" semprot perempuan itu pada suaminya yang hanya bisa duduk sembari senyam-senyum di bangku kemudi.

Kali ini, keduanya telah berada di dalam mobil untuk melakoni perjalanan kembali ke rumah. Agaknya petang yang telah berganti menjadi malam yang juga pelan-pelan larut, cukup menjadi alarm yang memperingati mereka untuk menyudahi sesi kencan hari ini.

"Ya anak orang lah masa anak kucing sih," sahut Sean. Seolah belum puas memancing amarah Seje yang terlihat menggemaskan di matanya.

"Orang siapa? Anak siapa yang nungguin kita buat pulang?"

"Ya anak kita lah."

"Dih!" Seje lantas memicingkan matanya pada Sean yang masih terkekeh puas. "Anak kita dari Hongkong?" lanjut perempuan itu dengan nada julid bukan main.

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu