33

4K 273 0
                                    

Menunggu Lathif yang masih sibuk dengan pekerjaan di laptopnya membuat Alesha sedikit bosan.

Sore ini mereka berdua akan mengunjungi Pesantren Darussalam. Kebetulan Pesantren Darussalam sedang mengadakan acara dan Lathif di undang sebagai tamu acara.

Acara nya akan di laksanakan esok pagi. Sehingga Lathif dan Alesha memutuskan untuk menginap disana, hal tersebut juga merupakan permintaan dari umi Layla, istri dari kyai Abdullah, pemimpin sekaligus pemilik pesantren tersebut.

Sebenarnya Alesha malu jika harus menginap disana. Mengingat dirinya pernah mengundurkan diri dari pesantren, namun Lathif tetap kekeuh memaksa Alesha agar ikut mendampingi nya.

"Sayang, kemarilah"-titah Lathif dengan mata yang masih fokus memandangi Laptop nya itu.

Alesha berjalan sesuai perintah Lathif dan duduk di sebelah Lathif.

"Kamu lebih suka desain yang mana? Yang A atau B?"-tanya Lathif menunjukan gambar sebuah rumah yang ada di layar Laptop.

Alesha mengikuti arah pandang Lathif "Suka dua-dua nya"-jawab Alesha jujur.

"Harus pilih satu sayang, mas gabisa beliin kamu keduanya. Mubazir, jika salah satunya tidak terpakai"-balas Lathif.

"Mas mau beli rumah?"-tanya Alesha memastikan.

"Iya"-jawab Lathif.

"Kamu suka yang mana?"-lanjut Lathif kembali bertanya.

"Sayang?"

"Bentar mas, Alesha lagi mikir mau yang mana"-balas Alesha.

"Yang tipe A, warna nya kalem gak terlalu ngejreng terus keliatan nya juga simple and elegan. Alesha suka"-jawab Alesha menentukan pilihannya.

Lathif tersenyum. Ternyata selera istrinya sama dengan seleranya.

"Oke sayang, mas ambil desain yang ini"

"Makasih"-ucap Lathif mengecup singkat pipi kanan Alesha.

"Oh iya mas, kapan kita berangkat ke pesantren?"-tanya Alesha.

"Sekarang"

"Bentar, mas selesaikan ini dulu"

"10 menitan lagi sayang, tunggu ya"-jawab Lathif.

Alesha mengangguk. Ia pergi ke kamar nya untuk mengambil tas rajutan yang akan ia berikan kepada keenam santriwati yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri. Kemudian memasukan nya ke dalam tas yang akan di bawa.

Terdengar suara pintu kamar di buka. Alesha menoleh dan mendapatkan Lathif yang menenteng Laptop nya.

"Ayo berangkat. Supir dari pesantren udah di depan"-ucap Lathif mengambil tas dan memasukan Laptop nya kemudian menggandeng tangan Alesha.

"Kenapa kesana nya gak jalan aja? Padahal seru sore-sore gini, pasti angin nya sejuk"-celetuk Alesha sambil berjalan mengikuti Lathif.

Kyai Abdullah sengaja menyuruh supir pesantren untuk menjemput mereka, karena Lathif merupakan tamu penting sekaligus putra Azzam, temannya.

"Jauh sayang, nanti kemalaman di jalan"-jawab Lathif.

"Enggak mas, kita bisa lewat gerbang belakang bukan gerbang depan. Kalau lewat gerbang depan ya memang lumayan jauh"-balas Alesha membuat Lathif mengerenyitkan dahinya.

"Seriusan?"-tanya Lathif memastikan.

Alesha mengangguk "Dua rius malah, dulu aku sering lewat situ kalau ngaji"-jawab Alesha.

"Yaudah ayo lewat sana. Kita titipkan tas nya saja ke pak supir, biar gak ribet"-final Lathif langsung membuat Alesha tersenyum.

"Pak, saya sama istri saya nitip tas nya saja ya. Jika sudah sampai sana, simpan saja di Ndalem. Bilang saja ini punya gus Lathif"-ucap Lathif kepada pak supir.

ABC and 3L (Revisi)Where stories live. Discover now