06

4.9K 243 0
                                    

Pagi ini cukup cerah dan sedikit panas. Mengucap syukur 'Alhamdulillah' karena masih bisa merasakan dan melakukan aktivitas dengan keadaan sehat, baik batin maupun fisik.

Alesha berniat akan mencuci baju ke sungai karena air di rumah nya kosong akibat pam yang rusak dan bocor secara tiba-tiba. Mungkin karena memang usianya sudah puluhan tahun dan belum di ganti, sehingga pam tersebut rusak.

Namun, sebelum ia pergi ke sungai ia membereskan area dapur terlebih dahulu yang masih ada serpihan pecahan gelas malam tadi.

Setelah itu ia menelepon Dewi terlebih dahulu untuk meminta bantuan.

"Assalamualaikum"-ucap Alesha saat sambungan telepon sudah terhubung.

"Waalaikumussalam, iya mbak?"-jawab Dewi.

"Mau minta tolong lagi boleh Wi?"-ucap Alesha yang lebih dahulu meminta izin.

"Boleh dong, kaya ke siapa aja sih mbak. Mau minta tolong apaa, Dewi siap menolong mbak selagi Dewi bisa sih, hehehe"-jawab Dewi di akhiri kekehan.

"Pam di rumah saya kayanya sudah rusak Wi, air nya juga jadi gak naik ke atas. Tolong ya carikan tukang untuk ngebenerin pam di rumah,"

"Oh oke mbak siapp"

"Kalau bisa sekarang ya Wi, langsung ke pinggir rumah aja. Nanti kamu yang kasih tau, soalnya saya mau pergi dulu"

"Siap mbak siap, Dewi stay di rumah berarti ya?"

"Iya boleh, untuk cemilan ambil saja di tempat biasa gausah sungkan. Terimakasih ya Wi"-ucap Alesha dengan tersenyum, kembali bersyukur memiliki teman seperti Dewi.

"Oke mbak sama-sama. Eh... Kunci nya di simpan dimana mbak?"-tanya Dewi sebelum mengakhiri pembicaraan.

"Enggak saya kunci Wi, terus kalau tukang nya sudah beres dan saya belum pulang. Dewi ambil uang di bawah taplak meja yang saya tutupi pot bunga kecil"-pesan Alesha kepada Dewi.

"Okeh mbak siapp laksanakan"

"Iya, sekali lagi terimakasih. Assalamualaikum"-ucap Alesha sebelum mengakhiri sambungan telepon.

"Waalaikumussalam"-jawab Dewi.

Alesha menyimpan handphone nya di kamar kemudian mengunci pintu kamar. Setelah itu ia membawa keranjang pakaiannya, tidak begitu berat karena ia hanya mencuci beberapa pakaian saja. Lagipula jarak sungai dan rumahnya sangat dekat, mungkin sekitar 20 sampai 30 langkah saja jika di ukur dengan langkah kaki nya.

Menutup pintu rumah yang hanya di cantelkan saja, tidak di kunci karena ia tau sebentar lagi Dewi pasti akan segera sampai.

Saat sampai di sungai, ternyata ada yang mencuci disini. Alesha kenal mereka, mereka adalah anak pesantren sebrang yang memang sering mencuci pakaian disini jika sedang libur.

Usia nya tentu saja di bawah Alesha dan mereka masih bersekolah di jenjang Tsanawiyah.

"Loh ada mbak Alesha Han"-celetuk salah satu santriwati bernama Hanna, kembaran Hanni.

"Hai, lagi nyuci juga ya"-sapa Alesha sekaligus basa-basi.

"Iya nih mbak, mumpung libur sekalian main kesini"-balas Hanni.

"Kita kangen tau sama mbak"-timbal santriwati lainnya.

"Kangen banget yang banget-banget kangen nya"-ucap Sahnaz yang juga ikut manyaut.

"Iya mbak, udah lama gak liat mbak nyuci disini lagi. Biasanya kan habis nyuci langsung makan ya di rumah mbak. Masakan mbak enak tau"-celetuk Hanna yang memang sedikit cerewet di bandingkan mereka.

"Hanna..."-kompak mereka melihat ke arah Hanna. Bisa-bisa nya gadis itu berterus terang kepada Alesha tanpa rasa malu.

Alesha terkekeh mendengar ucapan Hanna "Jadi kangen sama mbak atau masakan mbak?"-tanya Alesha bercanda.

Mereka juga ikut terkekeh "Dua-dua nya sih mbak"-jawab mereka dengan tangan yang fokus mencuci pakaiannya masing-masing.

"Kalau sudah beres nyuci, ayo main ke rumah mbak. Nanti kita masak bareng ya"-ajak Alesha membuat mereka tersenyum lebar "Asikk, seru deh kayanya belajar masak bareng mbak Alesha"-seru mereka.

"Oh iya mbak, mbak kemana aja? Kita baru lihat mbak lagi"-tanya Hanni kepada Alesha.

"Ada di rumah, cuman emang mbak baru keluar rumah lagi. Kemarin-kemarin ada kesibukan lain"-jawab Alesha jujur, karena ia memang sibuk memahami dirinya sendiri.

"Oh kirain kenapa, kita takutnya mbak Alesha sakit. Makanya khawatir"-balas Hanni di ikuti Sahnaz yang berucap "Alhamdulillah deh kalau mbak baik-baik aja"

Alesha tersenyum, lagi-lagi ia bersyukur di kelilingi orang-orang baik seperti mereka. Ia melanjutkan kegiatannya di temani dengan canda dan tawa yang di buat oleh keenam santriwati tersebut.

"Mbak, nanti kalau mbak nikah wajib ngundang aku pokoknya"-celetuk Hanna tiba-tiba.

"Terus aku wajib jadi pager ayu sama Hanni, biar orang lain ngeliat kalau aku punya kembaran. Ya walaupun lebih cantik aku"-lanjut Hanna meramaikan suasana.

Alesha hanya tersenyum saja tanpa mau membalas ucapan Hanna. Lagipula belum ada kepikiran untuk menikah.

"Heh Hanni, kamu mah pantesan jadi tukang cuci piring nya aja"-balas Fanni ikut bercanda, sengaja mengejek Hanna karena ia memang suka bercanda dengan Hanna yang notabenya tidak mudah baperan.

Mereka tertawa mendengar balasan Fani "Boleh, nanti aku banjur kamu pakai air bekas cuci piring biar glowing"-balas Hanna tak mau kalah.

"Tahajud atuh kalau mau glowing mah"-timbal Sahnaz.

"Tuh dengar Hanna, tahajud kamu teh jangan tidur wae kalau di kobong teh"-ucap Zahra yang juga ikut memojokan Hanna.

"Hayu weh terus ke aku, padahal kalian juga kebo. Susah di bangunin kalau bukan sama ustadzah Hanni"-jawab Hanna yang sekarang membawa-bawa nama Hanni.

Sedangkan Hanni hanya geleng-geleng kepala melihat teman sekaligus saudara nya yang begitu aktif bercanda disini.

"Ah Hanni mah kenapa gak nyautin sih, diem mulu heran,"-kesal Hanna yang melihat Hanni hanya tersenyum.

"Udah ah syutt, lagian mbak juga belum kepikiran nikah"-ucap Alesha meleraikan Hanna yang terus berbicara tentang pernikahan.

"Tapi mbak, mbak udah ada calon?"-tanya Syahla yang sedikit penasaran dengan Alesha.

"Belum, mbak masih pengen sendiri. Tenang aja, kalau mbak nikah mbak pasti undang kalian. Itupun kalau mbak nikah nya disini, karena kan mbak juga gatau gimana pernikahan mbak"-jelas Alesha yang akhirnya membuat mereka mengangguk paham.

ABC and 3L (Revisi)Where stories live. Discover now