13

4.1K 263 0
                                    

Alesha sedang berada di kamar setelah selesai mengobrol dengan Aziza. Duduk di atas sajadah, merenung dalam kesendirian. Berdiskusi dengan hati dan meminta petunjuk pada sang pemilik hatinya.

Ya Allah sesungguhnya hanya engkau sebaik-sebaiknya pemberi petunjuk. Hati ini sedang kosong selain namamu serta ibu yang ada berada disini. Tidak ada yang lain, meski beberapa tahun memang pernah terisi oleh seseorang.

Hari ini hamba meminta kepadamu, hamba meminta jawaban dari mu, mengenai lelaki yang akan melamar hamba. Berikan jawaban terbaik mu sebagaimana engkau menjawab segala doa orang-orang shalih sebelum hamba.

Tenangkan hati hamba jika memang ia di takdirkan menjadi jodohku. Mudahkan hati hamba untuk menerimanya jika ia memang jodoh hamba serta tetapkanlah hati hamba agar mencintainya karena mu ya Allah.

Aamiin ya Rabb..

Sekilas doa Alesha menyuarakan isi hatinya, mengadu pada sang pencipta.

Alesha kembali menemui Aziza yang sedang berada di belakang karena ingin melihat sapi-sapi yang Alesha rawat.

"Umi"-panggil Alesha mendekati Aziza.

"Iya sayang?"

"Boleh aku mengetahui tentang kepribadian putra umi?"-tanya Alesha kemudian mengajak Aziza untuk masuk ke dalam rumah, berbicara di ruang tamu.

"Namanya.."-ucapan Aziza terpotong kala Alesha bersuara "Alesha belum ingin mengetahui namanya. Alesha hanya ingin mengetahui kepribadian serta sifatnya saja umi"-timbal Alesha.

Aziza tersenyum "Putra umi orangnya penyayang apalagi kepada adik perempuannya, namun ia terlihat tidak peduli dengan yang bukan mahramnya. Dari kecil putra umi selalu meminta restu dan doa ketika ia akan mengerjakan suatu hal. Ia selalu cerita jika suatu saat ia menikah, ia akan mencintai istrinya sebagaimana ia mencintai umi, ia ingin membuat istrinya merasa bersyukur mempunyai suami sepertinya dan ia selalu berjanji pada diri sendiri untuk menikah 1x seumur hidup."

"Teman lelaki putra umi banyak bahkan sangat banyak. Putra umi gaul, sama seperti remaja lainnya. Bahkan umi juga sedikit was-was ia melakukan hal-hal yang Allah tidak suka, tetapi ia selalu meyakinkan dan membuktikan kepada keluarganya bahwa ia masih memegang perintah dan larangan seorang muslim."

"Umi bukan ingin memuji atau melebih-lebihkan tentang putra umi, namun kenyataanya memang begitu. Tapi ada satu hal yang buat umi menepuk jidat dengannya, ketika ia sedang sakit ia sangat manja bahkan seperti seorang bayi yang baru lahir dan saat menginginkan sesuatu ia pasti merayu dengan berbagai cara agar diizinkan"-jelas Aziza membicarakan tentang kepribadian dan tingkah laku putra sulung nya.

Alesha tertarik dan merasa nyaman mendengar cerita dari Aziza. Apa mungkin ini sebuah petunjuk? Hati nya tenang, namun ia belum bisa memberikan jawabannya sekarang.

"Ada lagi yang ingin kamu ketahui tentang nya?"-tanya Aziza saat melihat Alesha yang diam tidak merespon.

Alesha berpikir sejenak "Bisa umi tanyakan padanya, bagaiman menanggapi wanita ketika ia sedang marah?"-jawab Alesha.

Aziza mengangguk "Tentu, boleh umi kembali meminjam handphone mu?"-balas Aziza.

Alesha mengangguk dan menyerahkan ponsel nya "Umi, Alesha mau tidur siang. Alesha tinggal gapapa?"-izin Alesha membuat Aziza mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban.

Alesha meninggalkan Aziza dan memilih untuk tidur. Namun sebelum tertidur ia berdoa agar Allah kembali memberi jawaban melalui mimpinya.

Disisi lain Aziza sedang mengirim sebuah chat kepada Lathif. Selalu saja begitu, Lathif pasti akan lama membalasnya karena lelaki itu jarang memainkan handphone siang-siang gini. Jalan satu-satu nya adalah dengan menelpon nya.

ABC and 3L (Revisi)Where stories live. Discover now