18

4.1K 245 1
                                    

Disini sekarang Lathif berada. Di atas balkon kamarnya, ia sedang mengerjakan sesuatu di laptop sambil menunggu Aziza yang akan kemari membawa cemilan.

Saat subuh tadi, Lathif memang berpesan kepada Aziza bahwa ia ingin mengobrol banyak hal dengan nya. Lathif juga tidak gengsi mengatakan bahwa ia kangen dengan segala nasehat dan omelan yang keluar dari mulut sang umi.

"Sudah selesai bang?"-ucap Aziza sekaligus meletakan cemilan di atas meja dekat Lathif.

Lathif mengangguk dan menutup laptop serta handphone nya "Umi selama disana baik-baik aja kan?"-tanya Lathif memulai obrolan.

"Alhamdulillah, bahkan umi sangat baik"

"Umi lihat kamu makin kurus. Pasti jarang merhatiin kesehatan? Kan umi udah bilang sama Lathif, boleh fokus sama kuliah ataupun kerjaan kamu, tapi jangan sampai lupa sama kesehatan bang"-lanjut Aziza yang mulai mengomel. Hal ini adalah hal yang paling di rindukan oleh Lathif.

"Lathif kangen sama suapan dari umi"-balas Lathif terus terang.

Aziza terkekeh "Sudah besar juga masih aja manja. Inget bang bentar lagi kamu mau menikah, nanti di ketawain istri kamu"-ucap Aziza sengaja meledek.

"Gapapa, bagus malah kalau Lathif sudah nikah, nanti Lathif bisa lebih manja sama istri Lathif"

"Kamu gak mau nanyain dimana calon istri kamu gitu?"-tanya Aziza memulai topik mengenai Alesha.

Lathif menggaruk belakang lehernya "Ya sebenarnya Lathif mau ngobrolin hal ini sama umi"-jawabnya sambil terkekeh.

"Udah tau belum siapa namanya?"

Lathif menggeleng "Belum, emang siapa?"-tanya balik Lathif.

"Alesha. Sekeluarga sudah bertemu kemarin saat di bandara, dia ikut dan sekarang tinggal di suatu tempat"-jelas Aziza membuat Lathif melongo, jadi mereka semua sudah bertemu sedangkan dirinya belum? Oh ayolah, ia sangat penasaran.

"Kok gak bilang sih. Padahal Lathif pengen liat umi"

"Salah sendiri kamu gak ikut ke bandara"

"Gada yang ngasih tau Lathif"-balas Lathif kesal.

Aziza terkekeh "Tapi, Alesha nya juga belum mau ketemu kamu sebelum halal. Dia pemalu, waktu ketemu sama adik-adik kamu saja dia banyak diam"

"Aisyah, dia seneng banget waktu ketemu Alesha, sampai sifat cerewet nya keluar"-lanjut Aziza.

"Yaudah mi, besok aja nikahnya"-balas Lathif tidak sadar dirinya mengucapkan hal itu.

Aziza semakin tertawa "Ga Sabaran banget kamu bang. Umi udah bicarakan hal ini sama abi dan Alesha dan kemungkinan besar pernikahan kamu kurang lebih 2 sampai 3 minggu lagi. Tinggal nunggu keputusan dari kamu aja sih sebenarnya"-jelas Aziza.

"Umi, sebenarnya Lathif takut kalau bicara soal pernikahan. Lathif takut gabisa jadi imam yang baik, Lathif juga takut ngikutin jejak abi. Walau di hati dan pikiran Lathif sekarang memang pengen cepat halal sama Alesha, tapi tetep aja ketakutan di hati Lathif masih ada"-balas Lathif mulai curhat.

Aziza paham dengan pemikiran putranya "Lathif kamu taukan bahwa pernikahan bukan hal main-main? Umi juga sudah bilang bahwa umi tidak memaksa jika Lathif belum siap. Namun, jika sekarang di batalkan umi tidak enak terhadap Alesha nak. Dia selalu berdoa meminta petunjuk tentang penawaran perjodohan yang umi bilang kepadanya dan ia selalu berkata pada umi bahwa segala doa nya selalu Allah jawab untuk menerimanya"-ucap Aziza berhenti sejenak,

"Kamu sebagai pria harus bisa meyakinkan bahwa kamu bisa menghadapi rasa takut itu. Semuanya Insya Allah berjalan lancar, minta lah kepada Allah agar selalu di tenangkan segala pikiran dan hati kamu"

"Dan.. umi boleh minta satu permintaan lagi sama Lathif?"-lanjut Aziza bertanya.

Lathif mengangguk "Selagi Lathif bisa, Lathif akan menuruti permintaan umi"-jawab Lathif yang kini kepalanya sudah berada di paha Aziza, tiduran.

"Jangan pernah melakukan poligami nak. Kalau boleh jujur, tidak ada wanita yang mau cinta nya di bagi sekalipun di janjikan sebuah surga. Dahulukan yang wajib daripada yang sunah ya sayang"-jelas Aziza.

Lathif bangkit dan duduk di sebelah Aziza. Ia mengerti perasaan Aziza, ia bukan anak kecil seperti Balqis yang bahagia memiliki dua ibu. Namun, ia harus bisa menerima takdir.

"Tidak pernah ada di pikiran Lathif untuk poligami umi. Lathif hanya ingin menikah sekali seumur hidup"-balas Lathif membuat Aziza tersenyum.

"Umi bahagia?"-tanya Lathif

Aziza mengangguk "Bahagia banget. Umi di kelilingi oleh orang-orang yang shaleh dan shalihah serta sayang kepada umi"-balas nya meski tidak sepenuh hati.

Terkadang Aziza juga cemburu kepada madunya. Namun, ia tidak bisa apa-apa selain tersenyum dan menerima takdir. Azzam memang melakukan mereka dengan adil, tapi setiap hati seseorang tidak ada yang tau. Ia yakin, Hazzirah pun tidak jauh darinya yang memiliki sifat cemburu. Karena hakikatnya seorang wanita adalah mudah cemburu.

"Aisyah bagaimana selama umi tidak ada di rumah?"-tanya Aziza menanyakan putri kandung bungsunya itu.

"Masih seperti biasa. Ia tidak pernah mau memakan masakan ummah, bahkan ia selalu menatap ummah dengan sinis. Lathif kadang tidak enak dengan abi dan ummah, namun sepertinya mereka mengerti dengan sifat Aisyah"-balas Lathif.

"Lalu selama ini Aisyah makan dimana? Umi lihat juga mata Aisyah sembab, kenapa?"-tanya Aziza bertubi-tubi.

"Aisyah makan makanan yang Lathif masak. Kadang dia juga ke rumah tante Sofi, nginep dan bermain dengan Hira"-jawab Lathif.

"Lalu mata sembab Aisyah?"

"Aisyah sering nangis, ia selalu menyalahkan dirinya tentang kecelakaan itu umi. Dia juga sering ketiduran di kamar Ilya dengan mata yang sembab dan saat umi gaada Aisyah selalu tidur bersama Ilyana. Setiap Lathif tanya Ilya tentang Aisyah, Ilya selalu jawab bahwa Aisyah lagi-lagi menangis dan menanyakan umi"-jawab Lathif detail membuat Aziza merasa bersalah.

"Aisyah juga sempat berantem sama ummah dan berakhir di marahi oleh abi. Karena Aisyah keterlaluan, Lathif juga sempat marah dengan perkataan Aisyah. Tapi Lathif masih bisa menahan amarah"

"Saat Aisyah di marahi oleh abi, Aisyah pergi ke rumah tante Sofi dan ia tidak mau pulang. Namun Ilyana berhasil membujuknya, sehingga ia berbaikan dengan abi. Tapi, ia sama sekali tidak berbaikan dengan ummah"-jelas Lathif.

Aziza terdiam mendengar cerita Lathif. Apakah ia sudah gagal dalam mendidik putri nya itu? Ia tidak mau Aisyah larut bahkan memelihara kebencian.

Aziza menangis, sepertinya disini ia yang salah menjadi seorang ibu. Ia harus berbicara dengan Aisyah. Namun ia takut akan menyakiti hati putrinya, apalagi Aisyah termasuk orang yang mudah baper.

Lathif menyadari Aziza yang melamun "Umi, jangan pikirin hal itu. Aisyah biar Lathif yang urus. Lathif selalu memberinya nasihat dan sekarang sudah ada sedikit perubahan. Setidak Aisyah tidak lagi membantah ummah ataupun abi, meski ia masih cuek terhadap ummah"-jelas Lathif setidak membuat Aziza lega.

ABC and 3L (Revisi)Where stories live. Discover now