07

4.3K 231 0
                                    

Sedang asik mencuci. Mata Hanni menyorot kepada objek yang terhalang oleh batu yang cukup besar. Namun, yang buat ia kaget adalah objek tersebut adalah seorang wanita yang sepertinya sedang hanyut, tetapi tertahan oleh batu.

Pakainya pun sama seperti mereka, menutup aurat. Malahan wanita tersebut menutup auratnya dengan sempurna.

"Mbak, itu apa ya?"-ucap Hanni membuat Alesha dan mereka melihat ke arah yang di tunjuk oleh Hanni.

Alesha beristighfar "Han, kayanya itu korban kecelakaan"-jawab Alesha kemudian bangkit dan mendekati objek tersebut.

Alangkah terkejutnya saat Alesha melihat seorang wanita paruh baya yang terdapat luka darah di bagian kening serta baju wanita tersebut yang sangat kotor dan robek.

Alesha masuk ke dalam sungai untuk membawa wanita tersebut ke daratan, di bantu oleh Hanni dan Sahnaz.

"Astagfirullah, kasian banget. Kayanya ia deh mbak korban kecelakaan"-ucap Syahla saat melihat wanita tersebut.

"Ih meni ngeri gitu, pasti sakit"-celetuk Hanna.

"Bantu mbak bawa ke rumah mbak yuk, sebagian dari kalian jemur dulu pakaiannya disini. Ins Sya Allah gak akan hilang"-ucap Alesha menitah mereka.

Hanni dan Sahnaz membantu Alesha membawa wanita paruh baya tersebut. Sedangkan sisanya membereskan dan menjemur pakaiannya di sekitaran situ, kecuali pakaian Alesha. Mereka membawa pulang pakaian Alesha untuk di jemur di sekitar rumah mbak Alesha.

Dewi yang sedang menikmati cemilan sambil menunggu tukang yang benerin pam kaget saat melihat Alesha yang pulang membawa rombongan.

"Ya Allah mbak, kenapa ini?"-tanya Dewi yang kemudian ikut membantu Alesha untuk membawa wanita tersebut ke dalam.

"Kecelakaan mungkin Wi"

"Hanni tolong amparin kasur yang ada di ruang tamu ya"-titah Alesha yang langsung di turuti oleh Hanni.

Sebelum itu Alesha membersihkan dan mengganti pakaian wanita paruh baya tersebut sebelum mengobati nya. Karena ia rasa wanita paruh baya tersebut sedikit tidak nyaman dengan pakaian yang maaf sudah sangat kotor.

Akhirnya setelah selesai Alesha meletakan wanita paruh baya tersebut di atas kasur kemudian menyuruh Dewi untuk mencari dokter Tika yang merupakan dokter satu-satu nya di desa ini.

Sambil menunggu dokter datang. Alesha mengganti pakaiannya yang basah. Kemudian membersihkan luka yang ada pada wanita paruh baya tersebut.

"Kalian mending masak aja, belum pada makan kan?"-titah sekaligus tanya Alesha pada Sahnaz dan Hanni.

Mereka mengangguk dan segera berjalan ke arah dapur. Sebelumnya mereka juga sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian Alesha yang memang seukuran dengannya.

Tak lama dokter Tika datang bersama Dewi. Alesha mempersilahkan dokter Tika untuk mengobati nya dan ia lebih memilih pergi ke dapur untuk membantu Sahnaz dan juga Dewi. Namun, saat ia ke dapur ternyata keempat temannya sudah ada disini.

"Kalian mending ganti baju dulu. Baju kalian pada basah, takutnya nanti sakit"-titah Alesha kepada Hanna, Fanni, Syahla dan Zahra.

"Gausah deh mbak, kasian nanti mbak banyak cucian"-tolak Zahra sungkan.

"Enggak, ini baju baru buat kalian. Yang memang beberapa bulan lalu aku beli, tapi gak kepakai. Udah ayo ikut"-kekeuh Alesha mengajak mereka agar mengikutinya untuk mengganti baju.

"Kamar mbak rapih banget, wangi juga"-celetuk Hanna sangat kagum melihat kamar Alesha.

Alesha membuka laci bawah nya. Mengambil empat setelah gamis polos berwarna navy dan maroon yang masih baru dan di bungkus oleh plastik. "Nih pakai, hitung-hitung hadiah dari mbak. Cuman emang sedikit bau lemari deh. Nanti pakai parfum aja ya"-ucap Alesha, kemudian mempersilahkan mereka untuk mengganti pakaian di kamar mandi kamarnya satu persatu.

"Makasih ya mbak, maaf ngerepotin"-ucap mereka kemudian memeluk Alesha.

Alesha tersenyum "Terimakasih kembali dan mbak gak pernah ngerasa di repotin sama kalian"-jawab Alesha kemudian melepaskan pelukannya dan kembali ke dapur.

"Mbak tinggal kalian masak gapapa kan?"-tanya Alesha yang ia rasa mereka bisa melakukannya sendiri.

"Iya mbak gapapa, aman kok kita bisa"-jawab Hanni kemudian melanjutkan lagi kegiatannya di bantu oleh kelima temannya.

Alesha mengangguk percaya, ia kembali ke ruang tamu untuk melihat keadaan wanita paruh baya tadi. Namun, sepertinya dokter Tika belum selesai mengobati nya.

"Gimana dok?"-tanya Alesha yang memang sudah sangat penasaran.

"Tidak begitu parah, cuman memang banyak luka yang harus sering di bersihkan agar tidak infeksi. Saya juga sudah memberikan obat dalam ke infusan ini, jika sudah habis bisa di cabut saja. Untuk obat lainnya mungkin bisa di tebus di apotik, begitupun dengan alkohol dan kasa untuk membersihkan luka. Sebentar saya tulis apa saja yang harus di beli"-jelas dokter Tika kemudian memberikan catatan yang sudah selesai di tulis.

"Baik dok terimakasih, berapa biaya nya?"-ucap sekaligus tanya Alesha.

"Untuk infusan sekitar 30.000 namun untuk saya seikhlasnya saja"-jawab dokter Tika yang memang sangat ramah.

Alesha mengeluarkan amplop yang memang sebelumnya sudah ia isi dengan uang. Kemudian memberikannya kepada dokter Tika.

"Terimakasih ya dok, maaf jika saya hanya bisa memberi sedikit"-ucap Alesha.

"Tidak, ini sudah berarti bagi saya. Terimakasih kembali gadis cantik. Semoga ibu nya cepat sembuh ya"-balas dokter Tika ramah dan menyebut wanita paruh baya tersebut sebagai ibu Alesha.

Alesha mengangguk kemudian mengantar dokter Tika sampai depan pintu. Namun, sepertinya ia melupakan satu hal. Tukang benerin pam yang sedang duduk di depan, mungkin sedang menunggu bayaran.

Ia masuk ke dalam mendekati Dewi "Dewi, tukang pam sudah di bayar?"-tanya Alesha.

"Belum mbak, emang sudah beres?"-ucap Dewi malah kembali bertanya.

"Sepertinya sudah. Uang yang di bawah taplak meja sudah di ambil?"

"Sudah, nih 600 kan ya mbak?"

"Iya, tolong tanya berapa biaya nya, terus kalau misalkan kurang dari 600 kasih saja semuanya ya"-titah Alesha yang di angguki oleh Dewi.

"Mbak makanannya sudah jadi, ayo kita makan"-teriak dari dapur sana yang ia yakini itu adalah suara Hanni.

Alesha melirik ke arah wanita paruh baya tersebut yang masih menutup mata, belum siuman.

Tak lama Dewi kembali setelah selesai membayar tukang pam tersebut "300 mbak, tapi Dewi kasih semua sesuai kata mbak"-ucap Dewi

Alesha mengangguk "Makan dulu ya Wi, habis itu saya minta tolong lagi untuk antar ke apotik ya"-balas Alesha.

"Bolehh, kebetulan Dewi juga lagi free"-jawab Dewi.

Alesha, Dewi dan anak santriwati tersebut makan bersama. Kali ini Alesha tidak makan di meja makan, melainkan lesehan karena meja makan Alesha hanya cukup untuk 4 orang.

Terkadang mereka juga tertawa dengan Alesha yang beberapa kali mengingatkan agar tidak terlalu banyak bercanda jika sedang makan.

Dan terbukti dengan Hanni yang tersedak makanan, membuat mereka malah terkekeh. Sedangkan Alesha hanya menggeleng pelan.

Sangat seru, tidak kesepian seperti biasanya.

ABC and 3L (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang