15

4.3K 243 0
                                    

Sesudah selesai melaksanakan shalat tahajud Alesha dan Aziza di sibukkan dengan beberes rumah serta keperluan Alesha yang akan di bawa ke daerah Jakarta, tempat tinggal Aziza. Mereka akan berangkat jam 06:00 pagi menggunakan driver online untuk ke bandara. Tetapi dari desa akan di antar oleh Dewi menggunakan mobil kol buntung hingga sampai di luar desa, untuk memesan driver online.

Aziza dan Alesha memutuskan naik pesawat untuk mempersingkat waktu. Aziza juga sudah mengabarkan suaminya bahwa ia akan pulang sekarang, mereka sempat akan menjemput Aziza tetapi Aziza melarangnya karena ia ingin menikmati perjalanan berdua dengan Alesha.

Suami beserta keluarga Aziza memutuskan untuk menjemputnya di bandara saja, jika Aziza sudah tiba di Jakarta.

Dewi menyetir di depan sendiri, sedangkan Aziza dan Alesha duduk di belakang karena kursi depan hanya cukup untuk 2 orang saja.

Tak jarang Aziza bertanya tentang desa yang di tempati oleh Alesha. Sawah yang begitu luas dengan padi yang subur, air sungai yang mengalir begitu jernih serta kebun teh yang mereka lewati sepanjang jalan sangat lah luas.

"Umi lihat kesana"-titah Alesha menunjuk gerbang Pondok Pesantren Darussalam. Tempat dimana ini pernah menuntut ilmu disana. Pondok Pesantren Darussalam sangat luas hingga area belakang pondok mendekati rumah.

Aziza melihat ke arah yang ditunjuk oleh Alesha "Pesantren Darussalam? Umi kayanya pernah kesitu deh"-ucap Aziza merasa bahwa ia pernah mengunjungi pesantren itu, namun ia lupa-lupa ingat.

"Oh ya? Kapan?"-tanya Alesha penasaran.

Aziza menggeleng "Umi lupa, nanti umi tanyakan suami umi jika ingat"-jawab Aziza. "Kamu pernah mondok disitu?"-lanjut Aziza bertanya.

Alesha mengangguk "Enggak mondok sih, cuman sempet belajar disitu. Yang pernah aku ceritain itu loh umi, kalau aku pernah pesantren tapi pulang pergi"-jawab Alesha sambil terkekeh.

"Ohh jadi disitu tempatnya? Tapi jauh banget sama rumah kamu sayang"-balas Aziza namun merasa heran.

"Kalau dari gerbang depan emang jauh umi. Tapi gerbang belakang dekat kok sama rumah Alesha"-jawab Alesha kemudian menggaruk kepalanya yang tertutup kerudung "ya ga terlalu dekat juga sih"-lanjutnya.

"Maksudnya masih bisa di tempuh jalan kaki, sekitar 15 sampai 20 menitan"-jelas Alesha.

"Berarti luas ya pondok nya"-ucap Aziza.

"Iya luas banget"-jawab Alesha.

Perjalanan masih berlanjut hingga tak sadar mereka sudah keluar desa setelah menempuh perjalanan kurang lebih 35 menit dengan kecepatan yang lumayan.

Alesha dan Aziza tidak di biarkan menurunkan koper dan tas karena di larang oleh Dewi. Dewi ini memang sangat perhatian jika menyangkut Alesha.

"Udah mbak sama umi diem jangan bantu nurunin tas, biar Dewi aja!!"-ucap Dewi seakan sebuah perintah.

"Makasih Dewi"-balas Alesha dan Aziza berbarengan.

Tak lama muka Dewi cemberut "Mbak beneran bakal ninggalin Dewi?"-ucap Dewi yang entah sudah ke berapa kali seakan berat melepas Alesha.

"Saya enggak ninggalin Dewi. Kan saya udah bilang, kalau Dewi kangen, Dewi boleh telepon. Kapan-kapan mbak juga balik lagi ke desa."-balas Alesha sambil memeluk Dewi. "Dewi jangan sedih ah, saya jadi ga tega"-lanjut Alesha.

"Mbak hati-hati ya di perjalanan"-ucap Dewi kemudian beralih ke pelukan Aziza.

"Umi juga hati-hati, Dewi nitip mbak Alesha ya umi. Jagain dia, sayangin dia kaya umi sayang sama anak sendiri. Jangan pernah bentak mbak Alesha ya umi, mbak Alesha itu sebenarnya cengeng umi. Cuman dia gapernah nunjukin kesedihan nya aja, jadi Dewi nitip sama umi jangan buat Alesha sedih ya umi. Umi juga jaga kesehatan terus ya, makasih juga udah nemenin mbak Alesha"-ucap Dewi begitu tulus dan menitipkan Alesha pada Aziza.

Aziza tersenyum "Pasti. Insya Allah umi akan menjaga Alesha, kamu juga jaga kesehatan ya cantik. Semoga Allah selalu melindungi mu"-balas Aziza memeluk Dewi.

Tak lama mobil yang di pesan oleh Alesha telah tiba. Mereka berpamitan dan melambaikan tangan.

"Saya pamit ya. Terimakasih sudah menjadi teman bahkan keluarga saya, sehat selalu disini. Dewi ga boleh sedih lama-lama okai?"-ucap Alesha sebelum berpamitan dan mengambil tangan Dewi untuk memberi sesuatu "Buat jajan"-bisiknya kemudian ikut masuk ke dalam mobil bersama Aziza.

"Makasih mbak. Hati-hati kalian"-teriak Dewi melambaikan tangannya.

(⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)

Pukul 09:30 Alesha dan Aziza sudah berada di dalam pesawat. Pesawat akan terbang ke Jakarta kurang lebih 15 menit lagi.

Ini pertama kali bagi Alesha naik pesawat, pertama kali juga ia keluar kota sejauh ini dari daerah tempat tinggalnya. Sebenarnya ia aga gugup dan sedikit takut...

Sedangkan Aziza terlihat sangat santai, karena ia sudah biasa naik pesawat mengikuti sang suami yang selalu bekerja keluar kota maupun negara.

Aziza cukup peka dengan keadaan Alesha. Ia memegang tangan Alesha seraya berucap "Bismillah, Insya Allah selamat sampai tujuan"-ucapnya menenangkan.

Alesha mengangguk "Aamiin, cuman ya tetep aja umi aga gugup. Ini pertama kali Alesha naik pesawat"-jawab Alesha membuat Aziza tersenyum.

"Muka panik kamu mirip banget sama Aisyah anak umi kalau naik pesawat. Dia juga selalu gitu, takut katanya jadi sebelum pesawat terbang dia memilih untuk tidur kalau ga gitu dia megang tangan umi erat banget kaya mau ikut terbang aja"-balas Aziza sambil terkekeh membuat Alesha ikut terkekeh mendengar balasan dari Aziza.

Tak lama terdengar suara aba-aba bahwa pesawat akan segera terbang. Alesha menetralkan nafasnya dan mencoba untuk setenang mungkin.

Namun saat pesawat terbang ia malah memejamkan matanya hingga pesawat sudah berada di atas langit baru ia membukanya dan tanpa sadar tangannya juga memegang tangan Aziza, hanya saja tidak sekuat Aisyah memegangnya.

"Santai, relaks, jangan panik"-ucap Aziza menenangkan.

Alesha hanya tersenyum "Aman umi walau tadi deg degan"-balas nya.

Mereka berdua menikmati perjalanan di pesawat. Sepertinya hanya Alesha yang menikmati, ia berkali-kali melihat ke arah luar jendela.

Awan-awan yang melayang di atas langit berwarna biru sangatlah cantik, ia terlihat begitu nyaman menikmati keindahan langit cerah hari ini. Alesha juga dapat melihat daratan serta laut yang begitu luas, namun terlihat sangat kecil jika dilihat dari atas sini.

Langit tidak pernah gagal dalam menampakan keindahannya, begitupun dengan awan yang menjadi hiasan nya.

Ciptaan mu begitu indah ya Allah, mampu membuat mata yang juga diciptakan oleh mu terpanah akan keindahan salah satu ciptaan mu yaitu langit ini.

Ia seolah memberi kenyamanan bagi ia yang memandangnya dengan suka, memberi keindahan yang memanjakan mata serta suasana yang terlihat begitu adem, padahal jelas-jelas matahari sedang berada dekat dengannya.




ABC and 3L (Revisi)On viuen les histories. Descobreix ara