Twenty Nine

809 83 2
                                    

Pagi-pagi buta Jungkook sudah duduk rapih di bangkunya. Kepalanya tegak mengarah ke pintu kelasnya yang terbuka. Menanti kehadiran seseorang yang membuat Jungkook tidak bisa tidur bahkan hingga jam 1 pagi. Dalam kata lain ia hanya bisa tertidur selama 4 jam sebelum akhirnya harus terbangun pukul 5 pagi untuk bersiap berangkat ke sekolah.

Wajah Jimin selalu terngiang di kepalanya. Berputar mengelilingi isi kepala dan hati nya. Hingga Jungkook harus berpikir seribu kali untuk menemukan apa masalah yang ada pada dirinya hingga Jimin bersikap seperti ini padanya, bahkan sampai harus mem-blokir nomornya.

Kaki Jungkook bergerak gelisah menunggu kehadiran pria itu. Ia khawatir Jimin masih akan menghindari nya dan tak ingin berbicara kepadanya.

Jungkook mendengar langkah kaki mengarah menuju ke kelasnya. Lalu dilihatnya pria yang ditunggu memasuki kelas dengan wajah tak bersemangat.

Mata Jungkook tak beralih dari Jimin barang sedetik pun. Mengikuti setiap langkah yang laki-laki itu lakukan.

"Jimin" panggil Jungkook. Menoleh ke belakang tubuhnya untuk berhadapan langsung dengan Jimin yang duduk dibelakang nya.

Jimin hanya diam tak menjawab.

"Aku minta maaf" ucap Jungkook.

Jimin masih diam seribu bahasa. Ia bahkan sengaja mengabaikan perkataan Jungkook dan hanya fokus kepada buku paket ditangannya. Berpura-pura membaca buku meski sejujurnya kedua telinganya masih mendengarkan apa yang Jungkook katakan.

"Aku tau aku salah. Sebelumnya aku telah mengabaikan perasaanmu padaku dan tak membelamu saat kejadian di kantin waktu itu...."

Jungkook menjilat bibir bawahnya untuk menghilangkan kegugupan.

"....Tapi kau tau Jimin, aku telah berusaha untuk menemukan jawaban dari perasaanku padamu. Hanya saja aku belum menemukannya, aku juga tak lagi memiliki kesempatan untuk mencari jawaban karena hubunganku dengan Yuqi dan hubunganmu dengan Jaehyun. Dan untuk kejadian dikantin, aku sangat minta maaf. Aku tak dapat membelamu saat itu, karena apa yang Yuqi katakan memang benar. Kau memang menyukaiku Jimin jadi aku tak bisa membelamu" ucap Jungkook sedih.

Namun Jimin malah tertawa getir. "Sampai saat ini pun kau masih saja menyalahkan ku atas semua yang terjadi diantara kita Jungkook. Aku tak merasa permintaan maaf mu padaku itu tulus, Jung"

Jungkook panik. Ia tak bermaksud seperti itu. "Tidak Jimin, maksudku bukan begitu" Jungkook mengusap wajahnya kasar. "Maksudku, tidak bisakah kita mulai dari awal lagi? Tak bisakah kau izinkan aku untuk mencari jawaban dari perasaanku padamu?"

Jimin menggeleng. Ia telah memantapkan hatinya. "Tidak. Aku tak ingin kembali ke awal lagi. Aku lelah. Lagipula, kau bahkan tak berniat untuk putus dari Yuqi sejak kau tak mempercayai perkataan ku tentang wanita itu. Kau tak berniat untuk mengenalku, kau hanya ingin memuaskan rasa penasaranmu saja. Kau tak perduli pada perasaanku dan hanya memperdulikan perasaanmu saja Jungkook" ucap Jimin.

Setelah itu ia bangkit dari duduknya, dan beranjak untuk pergi ke kelas Seokjin. Ia tak ingin memperpanjang percakapan di antara mereka. Atau Jungkook akan memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat seolah-olah dirinya benar dan Jimin yang salah.

Jungkook memang seperti itu. Ia selalu merasa dirinya benar sedangkan orang lain salah. Karena memang seperti itu lah ia dibesarkan.

Mama nya tak pernah mendengarkan apa yang Jungkook ingin utarakan. Mamanya hanya memikirkan tentang pendapat nya saja dan apa yang ia anggap benar. Tak perduli bagaimana perasaan Jungkook, asalkan ia mendapatkan apa yang ia inginkan maka mama nya akan merasa puas.

Sehingga pola asuh tersebut pun telah tersetting di dalam otak Jungkook. Di luar rumah, ia akan selalu mencari pembenaran atas kesalahan yang ia perbuat karena di dalam rumah, ia tak akan bisa mendapatkan hal tersebut.

BINTANG || KOOKMIN [✓]Where stories live. Discover now